18 | Penjelasan

874 41 0
                                    

Part 18 - Penjelasan

"Bukan uang yang Dave mau, Pa."

🍭🍭🍭

"Itu... gue, biasalah anak cowok Jakarta. Lo kayak nggak tahu kehidupan malam Jakarta aja," ujar Dave.

Athilla belum merasa puas dengan jawaban Dave. "Terus, kenapa lo tadi ada di atas panggung? Seolah-olah, lo lagi jadi DJ di klub ini. Jangan-jangan..."

"Iya, gue DJ."

Ungkapan Dave membuat Athilla menepukkan kedua tangannya. "Gila, gila! Tapi, apa alasan lo jadi DJ? Lo kan, tahu kalau profesi DJ itu bakalan ada sangkut pautnya sama dunia malam."

"I know that, but i must to do this. Ini bukan hanya sekedar penyaluran hobi, tapi tentang bagaimana gue bisa mendapat uang buat keperluan sehari-hari gue."

"Temen-temen lo tahu?"

"Cuma beberapa. Raffa, Kenzo, Alvaro, dan ditambah elo sekarang."

Athilla mengangguk. "Maaf sebelumnya nih, tapi... bokap sama nyokap lo tahu, nggak?"

"Nyokap udah meninggal ketika gue masih SMP, La. Sedangkan Bokap, dia sibuk sama kerjaannya di luar negeri."

Buliran air mata hampir menetes di pipinya, namun Dave harus menjaga image-nya sebagai seorang laki-laki. Tiba-tiba, kedua pergelangan tangannya disentuh oleh gadis di sampingnya. Lalu, gadis itu mengusap-usap kedua punggung tangannya.

"Kata orang-orang, kalau seseorang lagi sedih, yang dia perlukan adalah sebuah perhatian, seperti sebuah pelukan dari orang-orang terdekat atau yang kayak gue lakuin ke lo ini. Ingat Dave, lo nggak sendirian di dunia ini," ucap Athilla sambil menyalurkan kehangatan yang dimilikinya kepada Dave.

"Ah, lo apa-apaan sih, La? Menye banget jadi orang. Jangan-jangan, lo bukan Lalapo! Who are you?" Dave melepas tautan tangannya dari Athilla.

"Ish, lo ngerusak momen tahu, nggak?! Nggak asyik lo!" Athilla kembali memukuli Dave menggunakan bantal sofa. "Eh, sebelum kita masuk ke sini, gue ngeliat papan di pintu itu. Tulisannya kalau nggak salah, GAVIN'S. WAIT, KITA MASUK KE RUANGANNYA ORANG LAIN, NIH?!"

Bukan jawaban yang Athilla terima, melainkan suara tawa yang renyah dan menggema dari Dave.

"Heh, gue nanya beneran! Gue tuh nggak mau kalau si Gavin-Gavin itu tiba-tiba nyolot ke gue sama lo."

Gadis di sampingnya ini benar-benar ekspresif sekali. Sampai-sampai, Dave ingin melempar gadis itu ke sungai Amazon. "Ini punya gue, kali," kata Dave.

"Hah? Apanya yang punya lo?"

"Ruangan beserta seisinya ini, punya gue."

Mulut Athilla melongo, lalu suara tawa menggelegar terdengar. "Bwahahaha! Ngaco aja, lo! Heh, kurang-kurangin ngemil micin, deh!"

"Lo tahu nama panjang gue, nggak?"

Athilla tersenyum miring. "Ya, jelas tahulah! Siapa sih, yang nggak kenal Dave Gavin Mahardika, si biang onarnya X IPS 1, dan si playboy SMA Pelita Harapan!" Setelah berkata demikian, Athilla termangu sesaat. "Wait. JADI ELO SI GAVIN ITU?!"

"Absolutely, yes. Haha, keren kan gue," ucap Dave seraya menaik turunkan alisnya.

"Cih, keren? Tengil gitu." Athilla melirik ponsel yang baru saja ia ambil dari tas, lalu melotot. "What?! Udah jam 12?!"

"Gue anterin lo pulang," tawar Dave sambil mengangkat kunci motornya tinggi-tinggi.

🍭🍭🍭

HUMORISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang