25 | Arguing With Him

636 28 0
                                    

"I'm tired of arguing with you, stupid."

🍭🍭🍭

Mungkin jika ada penghargaan kelanggengan hubungan Dave dengan pacarnya, maka penghargaan tersebut akan diberikan untuk Jeniffer. Sementara.

Seorang Dave yang biasanya cuma awet berpacaran hingga satu bulan, itupun kalau pacarnya Dave tahan sama sikapnya Dave. Maka, tidak salah jika Jeniffer berhak diberi penghargaan karena telah berhasil berpacaran dengan Dave selama hampir tiga bulan.

Tidak semua orang menanggapi hubungan mereka dengan bahagia. Iya, tidak semua orang termasuk Athilla.

Pagi itu, kelas Athilla tengah ada jam olahraga. Karena olahraganya basket, jadilah sang guru olahraga membagi semua murid ke beberap kelompok. Naasnya, Athilla lagi-lagi harus sekelompok dengan si buaya darat dan si ratu manja. Siapa lagi kalau bukan Dave dengan Jeniffer.

Dave yang notabenenya ikut klub basket, langsung mengomando teman-temannya untuk bisa mencetak skor dengan mulus.

"Lo sama gue nyerang tim lawan. Dan lo, jaga jangan sampe tim lawan nyetak skor."

Jeniffer tiba-tiba menyeletuk, "Kalau aku kebagian apa, Dave?"

"Kamu mau main?" tanya Dave dengan lembut namun terkesan jijik di telinga Athilla.

"Enggak ah, aku cadangan aja, ya?"

"Iya-iya."

Setelah Dave mengiyakan permintaan Jeni, gadis itu langsung menghambur bergabung bersama teman-temannya.

Athilla yang semula biasa saja dengan interaksi mereka, tidak terima dengan keputusan Dave. "Eh, nggak bisa gitu. Cadangan kita udah banyak, ntar tim kita kalah jumlah sama tim lawan kalau Jeni jadi cadangan."

"Nggak papa, biar Jeni jadi cadangan aja, daripada dia ntar cidera," kata Dave.

"Cidera apaan? Itu cuma alibi biar nggak kepanasan doang, tuh."

"Ya udah kalau lo nggak mau main, lo juga boleh jadi cadangan. Semuanya jadi cadangan aja, biar gue sendiri yang nyetak skor."

Athilla merebut bola basket yang dipeluk erat oleh Dave, lalu memantul-mantulkan bola tersebut. "Tim itu terdiri dari banyak orang, mana bisa lo main sendirian? Ckckck."

Sang guru menyemprit peluit tanda permainan dimulai. Setelah bola basket dilambungkan oleh Alvaro yang saat itu menjadi wasit, Dave langsung menguasai bola tersebut, membawanya menuju daerah lawan untuk mencetak skor.

Aksinya itu membuat para perempuan yang duduk-duduk di pinggir lapangan berteriak menyemangatinya. Setelah Dave berhasil mencetak skor, mereka berteriak semakin kencang, apalagi si Jeniffer.

Permainan terus berlanjut, namun Dave yang selalu mencetak skor, tidak membiarkan rekan setimnya mencetak skor. Setiap salah seorang dari mereka membawa bola, Dave selalu meminta bolanya agar dirinya saja yang mencetak skor.

Hal itu tentu saja membuat Athilla geram. Bagaimana tidak? Basket adalah permainan tim, dan laki-laki bernama Dave itu malah asyik menguasai bolanya sendiri, tanpa memberi rekan setimnya mencetak skor. What the hell?

Tak tahan dengan sikap Dave, Athilla yang memanfaatkan waktu istirahat, menghampiri Dave yang asyik mengipasi wajahnya.

"Dave, lo nggak bisa dong main sendiri. Yang sportif tau, basket itu permainan tim, bukan permainan individu. Lo anak basket, tapi kok kayak gini?" protes Athilla.

"Emang lo bisa nyetak skor? Emang lo bisa rebut bola dari tim lawan? Emang lo bisa main basket?" tanya Dave sinis.

Athilla mengepalkan tangannya. Tanpa diduga, ia menonjok perut Dave sampai membuat laki-laki itu mengaduh kesakitan.

HUMORISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang