Part 17 - Terkuaknya Rahasia
"Fix, lo benar-benar menyebalkan."
-Athilla Faranisa Fredella🍭🍭🍭
"Hahaha, akhirnya gue bisa tidur nyenyak!" Dave menghirup udara dalam-dalam, sambil merentangkan kedua tangannya. "Good bye mata panda! Good bye kisi-kisi! Good bye pengawas gal-"
"Sst! Anjay, lo ngapain teriak-teriak kayak gitu. Lo mau dimarahin sama guru?" Kenzo melepas bekapannya setelah Dave mencubit perutnya. "Sakit, woi!"
Raffa memukul tas ransel yang digendong Dave. "Dasar Dave, si bocah kurang piknik. Hahaha!"
"Kurang piknik kata lo? Sini, gue jitak kepala lo!" Dave memiting kepala Raffa, lalu menjitaknya. Tidak lumayan keras, tapi cukup membuat Raffa jera.
Seorang guru yang baru saja selesai mengunci pintu ruang ujian, terkejut melihat tingkah muridnya. "Astaghfirullah! Kalian ngapain? Baru selesai ujian, udah berantem. Sana, pulang! Jangan berantem!"
"Eh, Bu guru. Iya, Bu, kami sebentar lagi pulang, kok. Kalau gitu, kami permisi, Bu. Assalamualaikum." Setelah Kenzo berkata seperti itu, ia dan ketiga temannya beranjak dari sana.
"Waalaikumsalam." Guru tersebut menggelengkan kepalanya. "Anak zaman sekarang kelakuannya, ckckck."
Walau sudah ditegur guru, dua sohib itu masih melanjutkan aksi balas dendam mereka masing-masing. Kenzo yang sudah kewalahan melerai kedua sahabatnya, memilih untuk tidak mengacuhkan mereka. Sama halnya dengan yang dilakukan oleh Alvaro. Semenjak keluar dari ruang ujian, headphone putih kesayangannya sudah bertengger manis di kepalanya, memutar playlist lagu kesukaan lelaki tersebut.
"Eh, bro! Enaknya, kita ke mana, nih? Kafe depan sekolah atau warung di belakang?" Dave bertanya kepada Raffa sambil memukul punggung teman sebangkunya itu.
Raffa meringis ketika punggungnya dipukul oleh Dave. "Sakit, woi! Tanya, tanya aja! Kagak usah mukul!"
"Elah, ngan hereuy, Raf. Gitu aja ngambek. Kayak cewek aja, lo!" (Cuma bercanda)
Tiba-tiba, Kenzo sudah berada di tengah-tengah mereka berdua. "Daripada lo berdua ribut mulu, mending ke kafe depan sekolah aja, kuy!"
Raffa dan Dave serempak menoleh ke belakang, di mana Alvaro tengah mendengarkan musik menggunakan headphone-nya. "Emang Alvaro mau, Ken?"
"Ya, pastinya mau, lah! Ya nggak, Ro? Woi, sibuk sendiri dari tadi!" Kenzo menarik-narik kabel headphone Alvaro, yang membuat pemiliknya mengerutkan dahi, tanda tak tahu. "Lo ikut ke kafe, kagak?"
"Ya."
Mereka bertiga berjalan menuju Hope's Cafe, yang menjadi salah satu markas mereka berempat.
"Panas-panas gini, enaknya pesen es buah atau es krim. Duhileh, mantap!"
Dave tiba-tiba berdiri, lalu berkata, "Gue ke toilet sebentar. Mau memenuhi panggilan alam."
"Anjay, dikira apaan."
Dave melesat menuju toilet yang terdapat di dalam kafe tersebut. Ketika sampai di persimpangan toilet, tak sengaja ia menubruk bahu seseorang. "Sorry, sorry. Gue nggak sengaja."

KAMU SEDANG MEMBACA
HUMORIS
Novela JuvenilTDS - 2 ; hiatus (you can read it without reading the prev series) Athilla Faranisa Fredella Seorang fangirl yang menyukai cogan, hal-hal yang manis, namun tak suka hanya diberi janji-janji manis. Dave Gavin Mahardika Seorang most wanted, playboy, d...