Terkadang sesuatu yang direncanakan tidak selalu tercapai. Namun anehnya sesuatu yang sering kali datang mendadak, dapat berakhir menjadi kenyataan. Sama halnya seperti pasangan hidup.
Sambil berjalan dengan satu tangan berada di saku kantongnya, Gallio berulang kali mendumal kesal. Hari ini lagi-lagi Xaren membuatkannya janji untuk bertemu dengan seorang wanita. Tapi parahnya dia sama sekali tidak mampu menolak hal tersebut. Meskipun meeting siang ini berakhir terlalu lama, sampai tidak menyisakannya waktu untuk makan siang, namun Gallio tetap mencoba untuk mendatangi tempat yang sudah Xaren pilihkan.
Kebetulan sekali restaurant yang dipilihkan oleh Xaren berada tepat di sebrang kantornya. Hanya dibatasi dua jalan Raya yang selalu ramai oleh kendaraan. Bahkan dari kantornya, kedua manik mata Gallio bisa melihat bangunan kuno itu yang dijadikan sebagai tempat makan.
Tapi sayangnya, Gallio tidak bisa begitu saja menyebrang jalanan untuk sampai di sana. Dia harus berputar. Berjalan menuju jembatan penyebrangan, lalu baru bisa tiba di sana.
"Sial.." desisnya memaki. Arlogi di tangannya sudah menunjukkan pukul 12.53. Itu berarti hanya tinggal 7 menit lagi jam makan siang selesai.
Di sepanjang perjalanan Gallio ke tempat makan itu, dia terus saja berpapasan dengan para karyawan kantornya yang kebetulan telah selesai makan siang.
Mereka yang karyawan biasa agak sedikit ragu untuk tersenyum kepada Gallio. Image bos sempurna sudah melekat pada diri pria itu begitu memancar dari dalam diri Gallio.
Saat mereka melihat sedikit tarikan dari sudut bibir Gallio sebagai balasan atas sapaan mereka, terasa begitu luar biasa.
Tidak hanya satu dua karyawan yang tahu seperti apa karakter Gallio, namun keseluruhan karyawan di Alfath Realty tbk tahu percis bagaimana karakter bosnya.
Walau dari sebagian karyawan dengan level terendah tidak pernah bertemu langsung dengan Gallio, tapi gosip itu telah menyebar dari mulut ke mulut. Menjadi bahan pembicaraan utama ketika makan siang bersama.
Tepat ketika kedua langkah kaki Gallio sampai di depan restaurant itu, kedua manik matanya melebar. Dia kembali memaki dalam hatinya. Ternyata masih banyak karyawan yang kebetulan dia kenal, dan sering terlibat langsung dengannya, masih menyelesaikan kegiatan makan siang mereka.
Dari segelintir pembicaraan yang Gallio dengar, mereka membicarakan tentang hasil meeting kemarin ini.
"Jadi itu ya Bu, Pak Gallio yang sering Ibu ceritain."
"Kamu baru tahu Clow?"
Seorang wanita dengan bola mata bulat itu langsung mengangguk. "Iya Bu. Sebelumnya tahu nama doang, tapi nggak tahu wujudnya."
Wujudnya? Ulang Gallio membantin. Memangnya dia setan yang tidak ada wujudnya?
Ketika Gallio memperhatikan lebih lanjut, manik matanya melotot tajam saat menyadari siapa wanita itu. Ternyata dia adalah salah satu anak buah dari Bu Utami. Wanita yang dia percaya menjadi Head dalam divisi pemasaran. Selama bekerja dengan Bu Utami memang belum ada keluhan berarti dari Gallio. Tapi kali ini sepertinya Bu Utami seakan melonggarkan ketentuan dalam tim pemasaran sektor 7 yang dia bentuk.
Tim tersebut bukan membuat pendapatan perusahaan meningkat, melainkan perusahaan seperti membayar gaji karyawan yang tidak memberikan effort apa-apa.
Sebelum melangkah semakin masuk, satu kalimat yang Gallio dengar berhasil membuatnya mematung di tempat.
"Ibu bilang sama kalian semua. Jangan mengenal Pak Gallio terlalu dekat. Karena kisah hidupnya lebih menyedihkan dibandingkan kisah hidup kalian pada tanggal 25 yang kebetulan jatuh pada hari minggu." suara tawa dari anak buah Bu Utami benar-benar pecah di tengah keramaian para pengunjung restaurant siang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under 40
RomanceCerita kolaborasi dengan @sitinuratika07 ---------------------------------------------------------- Dasar netizen jaman sekarang bisa-bisanya komentarin hidup orang lain. Coba lihat hidup mereka, apa lebih baik dari gue? Hidup gue ini sudah begitu...