Bab 18 - Desahan manja

18.6K 2.8K 438
                                    

Jangan mencintai wanita atas fisiknya. Karena wanita akan cantik dengan sendirinya ketika ada pria yang mencintainya dengan tulus.

Tempat makan mie goreng Pak Toman yang Clowy bangga-banggakan ternyata cukup penuh saat-saat jam malam seperti ini. Gallio bisa melihat ada beberapa karyawannya yang ia kenali dari ekspresi kaget mereka karena melihat Gallio, serta beberapa karyawan kantor lain yang memang berada satu baris dengan kantornya.

Setiap gerakan yang Gallio ciptakan menimbulkan tatapan aneh dari sekelompok orang yang duduk dalam satu meja.

Clowy yang berjalan di depannya nampak tak peduli. Dia langsung memesan dua mie goreng kepada penjual tersebut.

"Kamu sudah pesankan untuk saya? Memangnya kamu tahu selera saya?" tanya Gallio sedikit tersanjung. Ia pikir selama ini Clowy memang sibuk memperhatikannya, mencari tahu kesukaan dan ketidak sukaan Gallio dengan alasan Clowy mungkin ada perasaan padanya.

"Belum. Pak Deyan pesan sendiri kali. Kayak anak kecil aja. Atau jangan-jangan Bapak belum paham aturan pemesanan makanan pinggir jalan seperti ini?" kekehnya geli.

"Enak aja kamu." Delik Gallio tak suka. "Pesan makanan di restoran mahal saja saya bisa masa pesan di sini saja saya nggak bisa."

Clowy mengangkat kedua alisnya kompak sebagai tanggapan dari kalimat Gallio. "Kalau begitu pesan sana. Saya nggak mau tungguin Bapak di sini kalau pesanannya belum dibuatkan sampai saya selesai makan."

Dengan ekspresi agak kesal. Gallio bergerak mendekati penjualnya. Di samping penjual tersebut terlihat beberapa orang mengerubunginya. Ada yang sengaja menunggu di dekat Pak Toman agar segera dibuatkan. Ada juga yang memang membelinya untuk dibawa pulang.

Saat Gallio mendekat, aroma harum makanan benar-benar menggodanya. Dia tidak sadar jika air liurnya mulai berkumpul di sudut bibirnya, dan akan menetes sebentar lagi.

Gila. Harum banget.

Tapi ketika Gallio memperhatikan cara masak penjual tersebut, kedua matanya membelalak lebar.

Eh ... buseh. Wajannya cuma dicuci pakai sapu lidi.

Setelah membuat pesanan beberapa orang dengan menu nasi goreng, wajan yang dipakainya hanya dibilas dengan air lalu digosok-gosok menggunakan sapu lidi kecil.

Benar-benar jorok.

Itulah yang ada dipikiran Gallio. Dia berniat tidak jadi memesan makanan di sini, dan berbalik arah ke tempat di mana Clowy duduk tenang dengan ponsel di tangannya.

Ekspresi jijiknya semakin bertambah jelas kala dia memikirkan seperti apa kebersihan sapu lidi itu.

"Kita makan di restoran saja, gimana? Saya yang bayarin deh," ringisnya mual.

"Kenapa kok berubah pikiran gitu?"

"Itu... "

Kalimat Gallio terputus, ketika penjual tersebut mengantarkan dua piring mie goreng ke meja di mana dirinya dan Clowy berada.

Kembali harum makanan menusuk indera penciumannya. Aroma panas yang menari-nari di atas mie goreng tersebut, membuatnya menelan ludah susah payah.

Dia menatap Clowy sejenak. Ekspresi di wajah Clowy sama sekali tidak tergambar keraguan. Bahkan gadis itu langsung menyambar sumpit kayu yang di letakkan dalam wadah.

"Kalau Pak Deyan nggak makan, saya makan dulu ya."

Slurrrppp..

Mie goreng tersebut begitu cepat diseruput oleh bibir tebal Clowy. Bibir yang membuat Gallio ketagihan setelah mencicipinya tadi kini mulai berminyak kembali.

Under 40Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang