Bab ini dibuat oleh SitiNurAtika07.. Tetap dukung kami guys.. Komen kalian itu membantu banget loh.. Buat semangatttt... 😘😘😘
.
.
."Gallio, kenalin ini Ratna, Mama tiri kamu."
Gallio tidak akan pernah melupakan saat Bernard, Papa-nya tengah menggandeng seorang wanita cantik berambut hitam legam dengan riasan glamor ke dalam restoran. Padahal ia sudah menantikan pertemuan ini sejak lama, sejak Bernard tidak lagi tinggal bersama dengannya dan sang Mama.
Tapi Gallio tidak menyangka jika Bernard begitu berani membawa kekasih gelapnya yang sudah dia jadikan sebagai istri sah itu ke depannya. Meskipun waktu itu Gallio baru berusia sepuluh tahun, namun dia sudah mengerti keadaan keluarganya yang kacau.
Berawal dari masalah Papanya itulah, Gallio jadi membenci tipe wanita yang cuma mencari harta. Seperti Ratna, Mama tirinya itu. Dia pasti hanya mengincar kekayaan Bernard. Jika Papanya sudah tua dan sakit-sakitan, Ratna akan pergi meninggalkan pria itu. Kalau sudah begini, jangan harap Bernard ingin kembali ke rumah mereka.
Karena Bernard juga-lah, Gallio menjadi ragu untuk menikah. Dia takut akan membuat kesalahan seperti Papanya. Melihat Mamanya yang menangis tiap hari, menutup aib keluarga sekeras mungkin dengan berpura-pura tegar dan bahagia, hah—rasanya Gallio tidak sanggup hidup seperti itu.
Sudahlah. Untuk apa memusingkan masa lalu. Masa lalu hanya pantas dibuang ke tempat sampah. Tidak perlu diingat-ingat lagi.
Yang Gallio harus urus sekarang adalah lahan ekspansi perusahaannya ke wilayah Sulawesi Selatan yang sampai hari ini tidak ada kemajuan.
“Bukankah itu tanah sengketa?” tanya Gallio dengan suara beratnya yang khas. Dengan tidak sabar, dia menyibakkan rambut hitamnya yang tiap kali menjuntai ke depan saat melihat laporan.
Saat ini, Gallio sedang mengadakan rapat dengan para direktur masing-masing divisi. Bukan hanya membahas tentang ekspansi Alfath Realty, mereka juga membahas soal pemasaran, keuangan, dan sebagainya.
Rapat sudah berlangsung selama dua jam lebih. Muka Gallio sudah memerah, menahan kesal karena mereka belum menemukan titik temu yang jelas.
“Iya Pak. Karena itulah, kita sulit membangun di sana.” Yudi, pria asal Ambon yang menjabat sebagai Controller dalam perusahaan.
Gallio menghela napas, “tanah sengketa bukan berarti tidak bisa menjadi hak milik kita. Sebaiknya kita terus mencari pemiliknya ataupun ahli waris jika pemilik asli sudah meninggal.”
Mata Gallio menatap tajam karyawannya, tegas dengan rahang keras seperti patung. Matanya hitam pucat seolah makin menguatkan reputasi kejamnya dalam memimpin. Potongan jas abu-abu gelap itu pun menambah kesan penampilan yang tenang dan profesional pada diri Gallio.
Ya, seperti itulah wujud Gallio jika di lihat oleh bawahannya. Namun mereka tidak tahu jika pria ini menyimpan begitu banyak ekspresi dan kegelisahan hati yang begitu kentara.
“Baik Pak, kami akan berusaha.” Yudi menganggukkan kepalanya, kemudian mencatat point di note.
“Cari sampai akarnya. Jangan sampai kita berurusan dengan lintah darat,” lanjut Gallio menambahkan.
“Baik Pak.” Yudi membeo sekali lagi.
Gallio mengangguk puas. Satu lagi masalah yang perlu di selesaikan sehingga ia bisa melanjutkan pekerjaan untuk memindai para investor asing yang ingin bekerja sama dengan perusahaannya.
“Ahh, satu lagi sebelum rapat berakhir, masalah pemasaran apartemen di sektor tujuh.” Gallio mengetuk-ngetukkan pulpennya ke atas meja. “Anda, Bu Utami, sudah memilihkan tim khusus bukan?” tanyanya pada wanita paruh baya yang duduk di paling ujung. Wanita tersebut menjabat sebagai Kepala Divisi Pemasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under 40
RomanceCerita kolaborasi dengan @sitinuratika07 ---------------------------------------------------------- Dasar netizen jaman sekarang bisa-bisanya komentarin hidup orang lain. Coba lihat hidup mereka, apa lebih baik dari gue? Hidup gue ini sudah begitu...