Maaf baru sempet update. Semalam lupa.. Hehheee.. Untuk part selanjutnya besok yakk..
Awalnya sih enggak, tapi lama-lama nyaman juga ya.
Sabtu pagi hari ini terlihat cerah dengan sinar matahari yang memaparkan cahaya hangatnya. Begitu pula dengan suasana hati Gallio yang lebih adem dibandingkan hari-hari sebelumnya. Jika biasanya kelabu, tapi pagi ini berbeda karena debat mulut bersama Clowy membuat hatinya gembira.
Pria itu tidak menyangka setiap bicara dengan Clowy, ada-ada saja perasaan aneh yang baru muncul. Seperti kesal, marah, sebal, kecewa, dan senang, misalnya di pagi ini.
Padahal jika mengingat suasana hatinya tadi malam, Gallio luar biasa marah dan meledak-ledak karena melihat Clowy mabuk bersama Kuzon. Sungguh bertolak belakang.
Setelah memakai pakaian santai ala rumahan, dengan kaos oblong dan celana pendek sebatas lutut, Gallio keluar dari kamarnya menuju ruang tengah, dimana Clowy duduk manis di sana lengkap dengan pakaian batik yang dia bangga-banggakan tadi malam.
Ngomong-ngomong, Clowy sudah mengingat semua tingkah absurd-nya yang membuka bajunya sendiri, memeluk Gallio, dan juga menggusel kepala Gallio di depan dada. Demi apapun di dunia, dia sangat malu. Clowy ingin cepat-cepat pulang ke kosan tercinta.
"Pak Deyan, saya pamit pulang sekarang." Clowy langsung bicara saat dia melihat Gallio menghampirinya. Dia tidak enak jika pulang tanpa permisi, sehingga dia rela menunggu Gallio untuk memakai baju sehabis mandi.
"Kamu belum sarapan kan? Sarapan bareng saya saja." Gallio sengaja ingin berlama-lama bersama gadis itu, karena—ya karena dia ingin saja. Rasanya belum rela jika harus membiarkan Clowy pulang begitu cepat. Masih banyak yang harus mereka bicarakan hari ini, termasuk tentang bar semalam.
Clowy sontak menggeleng," gak usah Pak. Saya sarapan sendiri saja. Kalau begitu saya permisi." Ia pun berdiri, dan ingin berjalan menuju pintu namun lengannya kembali ditarik oleh Gallio.
"Padahal saya ingin memasak nasi goreng untuk kita."
Kita. Gallio merasa tergelitik dengan kata itu. Apa-apaan dia. Kenapa kata 'kita' bisa sampai membuatnya geli?
Tak terduga, Clowy membelalakkan matanya seolah tidak percaya kalau Gallio bisa masak. Oh ya, dia sangat menyukai pria yang pintar memasak! Bagi Clowy, pria yang seperti itu sangatlah sexy dan patut dijadikan suami.
Tapi kalau Pak Deyan sih.. hemm, Clowy sendiri tidak tahu. Soalnya mereka tidak cocok. Lebih banyak berantemnya daripada baikannya.
"Bapak bisa masak?!" Clowy tidak malu-malu menunjukkan rasa sukanya. "Saya seneng banget liat cowok masak. Bapak mau masak apa?"
Gallio tersenyum tanpa sadar melihat tingkah Clowy yang jujur dan apa adanya. Gadis itu selalu ekspresif, benar-benar menunjukkan perasaan yang sebenarnya. Jika dia marah, dia akan marah, kalau dia sedih, maka dia akan menangis. Dan—Clowy akan tersenyum atau tertawa apabila sedang senang. Sepertinya, gadis itu juga tidak pintar berbohong.
"Sarapan simpel kok. Nasi goreng gimana?" Gallio meletakkan kedua tangannya di atas sofa. Posisinya saat ini berseberangan dengan Clowy yang memang daritadi berdiri di depan sofa.
"Wah. Boleh. Saya bantuin ya?"
"Oke. Ayo."
Clowy segera meletakkan tasnya kembali dimeja dan mengikuti Gallio menuju dapur. Seperti ruangan lainnya, dapur di dalam apartemen mewah milik bosnya ini terlihat berkelas dan cantik dengan pantry khusus dan alat-alat canggih lainnya. Ada pula meja bar kecil dengan kursi tinggi sebanyak dua buah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under 40
RomanceCerita kolaborasi dengan @sitinuratika07 ---------------------------------------------------------- Dasar netizen jaman sekarang bisa-bisanya komentarin hidup orang lain. Coba lihat hidup mereka, apa lebih baik dari gue? Hidup gue ini sudah begitu...