Part 25 - Timses

17.1K 2.3K 88
                                    

Entah kenapa saya geli baca nama atika di bawah ini.. Whakaka SitiNurAtika07

-----

Pria pintar sekalipun bisa bertingkah idiot saat menjadi budak cinta - Atika Alfatih Trenton Franklin D. Osbert.

.
.
.

Tak bisa berkata-kata, itulah yang sedang Clowy hadapi sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak bisa berkata-kata, itulah yang sedang Clowy hadapi sekarang. Matanya hanya bisa melotot dan bibirnya menganga seolah menunggu lalat masuk ke sana.

Suara bisikan super mesra ditelinganya membuat bulu kuduknya berdiri dan juga, jantungnya seakan ingin melompat keluar. Belum lagi acakan kasar yang membuat rambutnya kusut seperti orang gila, semakin meramaikan suasana.

Clowy tidak menduga jika Gallio, sang pacar selaku CEO dikantor tempat dia bekerja, akan mampir ke kantin rendahan ini, padahal sebelumnya ia tidak pernah menginjakkan kaki kemari. Dia sudah besar kepala karena terlalu yakin itu tidak akan terjadi. Namun nyatanya—jeng-jeng—nol besar!

Gallio ingin terbahak melihat Clowy yang tiba-tiba berubah jadi patung bak papan triplek karena tubuhnya yang kurus. Ia lalu mengedarkan matanya ke sekeliling kantin dan baru sadar jika perbuatannya yang menggusel-gusel kepala Clowy telah menjadi pusat perhatian.

Tapi Gallio memilih tuk bersikap tak acuh. Dia melengos setelah melempar senyum ke arah rombongan pegawai marketing, kemudian menyusul Xaren yang berekspresi sama seperti Clowy. Sohibnya itu bahkan lebih besar membuka mulutnya daripada Clowy.

"Gile lo, jadi ini alasan lo ajak gue ke kantin?! Lo sama dia—" Xaren bicara pelan-pelan seraya menunjuk Gallio dan Clowy bergantian, tidak peduli jika interaksi itu dilihat oleh orang—seluruh orang dikantin.

"Sudah gak usah lebay. Cepet ambil makanan sana. Gue tunggu di sana." Gallio menunjuk kursi, yang sengaja dia pilih untuk berdekatan dengan Clowy tersayang.

"Cih mentang bos seenaknya nyuruh," celoteh Xaren, "bodoh juga gue nurutin kemauan lo." Setelah itu, dia berjalan menuju penjaja makanan yang membentuk sebuah area food court.

Sama seperti Gallio, sebenarnya Xaren juga tidak pernah mampir—apalagi makan dikantin karyawan yang berada lantai tujuh ini. Kantin tersebut merupakan kantin paling kecil diantara kedua kantin lain yang berada dilantai 14 dan lantai 21. Namun Xaren tidak pernah menyangka kalau kantin ini menjadi kantin teramai yang pernah dia lihat.

Banyak makanan rumahan di sana dengan harga yang ramah dikantong. Pantas saja kantin itu selalu dihampiri oleh pegawai dikantor Alfath Realty. Sedangkan kantin paling elit berada di lantai 21, di mana para petinggi direksi dan atasan makan siang bersama. Oh jangan lupakan juga kalau di sana selalu disediakan catering mahal.

Sementara Xaren pusing memilih menu yang semuanya terlihat lezat, Gallio kembali memamerkan aura penguasanya di seluruh kantin yang pengap dan ramai. Sepertinya, dia juga akan menunjang ulang kantin ini untuk direnovasi supaya angin dari AC lebih sejuk dan pengaturan meja-kursi lebih lengang.

Under 40Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang