Ke-9

7 3 0
                                        

Sekitar dua minggu sudah aku dan Jack melaksanakan hubungan ini. Orang tua dari kami masing-masing juga sudah mengetahuinya dan syukur merestuinya.

Hari libur masih berlaku 4 hari lagi. Dan tiga minggu lagi akan dilaksanakan ujian sekolah untuk murid kelas akhir.

"Ngga, kamu dirumah kan?" Jack menelfonku. "Iya, kenapa?". "Mama kamu di rumah?". "Dirumah, kenapa?". "Aku kesana ya".

Langsung dia ke rumah dengan motor ninjanya. "Tante" berjabat tangan. "Tante, boleh nggak Jingga ikut saya ke rumah nenek nginep dua hari. Sama mama papa juga kok" ekspresiku saat itu terkejut. Karena dia belum ngomong sebelumnya. "hmmm nanti kalian,,,". "Tenang tante kita juga tau mana yang benar mana yang salah" jelasnya. "Kalo gitu biarkan aku telfon mamamu. Jack menekan nomor mamanya dan menelfonnya untuk mama. "Oh, iya iya bu. Makasih ya, maaf kalo ngrepotin" akhir kata. "Okedeh, tapi jaga dia baik-baik" menegur.

Aku berbegas mengemasi barang-barang yang harus kubawa. Mulai dari baju, daleman, sepatu, alat mandi, sisir, bb cream, bedak, lip balm, charger dan lain sebagainya. "Dah, yuk. Ma berangkat ya" mencium tangan mama. "Ini uang jajannya ya. Jangan ngrepotin" nasehat mama. "Iyaa maaaa, assalamualaikum". "Waalaikumsalam".

Dengan membawa tas ransel yang penuh dengan barang-barang bawaan selama dua hari itu aku dibonceng Jack naik motor ninjanya. Seperti biasa lagaknya seperti seorang pembalap Jack kebut-kebutan dan berkelok-kelok padahal yang dibonceng ketir-ketir

Di rumah Jack kudapati om dan tante yang masih sibuk mengemasi barang dan dimasukkan ke bagasi mobil. "Jingga udah siap?" tanya tante. "Sudah tante, sini Jingga bantuin" aku menawarkan jasaku untuk membantu mama Jack membawa semua barang barang ke bagasi mobil. (jebret) pintu bagasi sudah ditutup, kami semua siap berangkat.

Jendela yang selalu kubuka setengah untuk mendapatkan udara segar. Itu menjadi kewajiban bagiku untuk jendela kaca selalu dibuka setengah.

Belum juga setengah perjalanan, adik Jack yang duduk diantara aku dan Jack mengadu "Maaa, ngantuk" keluhnya. "Sini yuk sama kakak" ajakku, mengambil bantal yang berbentuk kepala doraemon dan memangkunya membiarkan dia tertidur di pangkuanku. Belum juga dia lama mengeluh ngantuk, udah tidur dengan pulas. Lanjut, aku menikmati angin sepoi sepoi yang mengibarkan rambutku hingga berantakan.

"Ngga, udah sampe" tubuhku goyah. "Hah? Eeemmmm (meregangkan otot). Loh Juan mana?" panik karena sebelumnya Juan berada di pangkuanku. "Udah bangun, tuh lari-larian" tunjuknya.

"Nenek" senyum lebar mencium tangan nenek Jack. "Jadi ini yang bakalan kasih cicit" katanya. Aku tersipu malu mendengar nenek Jack mengatakan itu dan mukaku langsung memerah. Dengan muka yang masih memerah karena tersipu, Jack mencolek pundakku, "Ayo ikut aku" katanya. Aku memberi isyarat (kemana). Tanpa berkata kata langsung saja dia menarikku keluar. "Kalian mau kemana?" mama Jack meneriaki kita. "Jalan-jalan" sahut Jack.

Kami berdua berlari sejajar dan bersama. Dengan tanganku di gandeng Jack dan aku pasrah saja diajak dia berlari menyusuri jalan yang tertutup dengan daun daun kering yang sepi pengendara itu. Nyaris tidak ada pengendara yang melewati jalan itu. Sampai hingga kita menemukan jalan setapak yang sedikit menanjak tanpa aspal hanya tanah dan rumput saja. "Lewat sini?" tanyaku. "Iya lah" dia naik duluan. "Tungguuuu" rengekku. "Ayok cepet pasti bakalan suka" suara Jack terdengar dari tas sementara aku masih di jalan dasar.

Kami menapaki jalan yang hanya bisa dilewati oleh pejalan kaki saja itupun disamping kanan jurang sedang menunggu kita mendatanginya. Namun, jurangnya tidak terlalu dalam mungkin hanya beberapa meter saja. Tapi entah gimana juga rasanya jika kita jatuh kebawah.

"Masih lama kah?" nafas mulai terengah-engah. "Dikit lagi" dia pun sama. Karena tanah yang licin itu sekali dua kali aku terpeleset tapi untung masih bisa menahan tubuhku agar tidak jatuh. "Ayo dikit lagi" jack menyemangatiku.

Putra Kegelapan JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang