Ke-16

9 2 0
                                    

Dua hari setelah kejadian, luka yang masih belum sepenuhnya kering, kami semua berkumpul di rumah Agis yang mencapai tiga lantai itu. "Waaa" kami semua berteriak bersamaan karena film horror yang kami tonton sekarang ini. Dengan beberapa camilan yang menemani kami berdiri tegap di meja bundar milik ayah dan ibunya Agis karena tidak mungkin itu milik Agis. "Ih kurang kerjaan nih orang nih (nunjuk pemain di film) malem-malem bukannya tidor malah jalan-jalan pulak kau" kata Elang yang logat Medannya keluar. "Ketemu hantu baru tau rasa kau" lanjutnya lagi. "Agis, kamar mandi mana?" tanyaku yang sudah menahan kencing sedari tadi. "Dari dapur, belok kiri" jelasnya.

Keluar dari kamar mandi, aku menyempatkan ngaca di cermin yang panjang dan lebar itu. Namun anehnya, aku merasa seperti ada yang ikut mengaca dengan mengintip sedikit di kaca itu. Kulihat hanya sekelebatan saja. Namun aku mencoba mengabaikannya. Hingga aku kembali menghampiri mereka melihat kolam renang di samping dapur, dan akhirnya aku membelokkan langkahku menuju kolam. Aku merendamkan separuh kaki ku ke air kolam. "Hey" dia menepuk bahuku. "Hannaaaa" ringikku kaget. "Ngapain?" herannya. "Segerrrr" kataku. Dia pun mengikuti pose sepertiku. "Kamu kok kayak nggak harmonis sama Jack" katanya. "Ehmm, emang aku udah putus kan" kataku. "Ha?!! Sejak kapan? Kok aku nggak tau" katanya mengejutkan mereka yang masih nonton horror. "Ssst, panjang sih ceritanya" kataku. "Oh, sekarang gitu yaaaa" kata Hanna menyeringai. "Ngambeeeek" aku mencubit pipinya. "Ha!!" ada yang mengejutkanku dan akupun tercebur ke kolam. "Elaaaaaang" teriakku sebal. Sementara Elang dan Hanna hanya tertawa melihatku. Aku melampiaskan balas dendamku pada Hanna dengan menarik kakinya. "Nggak, nggak nggakmau" katanya. Dia menahan tubuhnya memegang pegangan yang ada di kolam renang. Aku berusaha menariknya sekuat tenaga. Dia memindahkan pegangannya pada kakinya Elang. Alhasil, Hanna dan Elang ikutan nyebur. Dengan senang, aku bersorak kemenangan berhasil memasukkan dua umpan sekaligus dalam satu tembakan.

"Kalian kenapa?" tanya Sandy yang hanya memutarkan badannya menghadap kami bertiga. "Berenang wuuuu" kataku memeragakan gerakan renang. "Ikut dong" Gema melompati sofa dan berlari menuju kolam "Byurrrrr" Gema melompat. Semua pun ikut serta melompat ke kolam hingga satu kolam penuh dengan kami. "Tapi aku nggabawa ganti" ucapku. "Pake baju mamaku dulu aja nanti" jawab Agis.

Kami semua bersenang ria menikmati sejuknya air kolam ketika di musim kemarau.aku merasa Seperti tak ada beban dalam hidup ketika sudah bertemu dengan air dimanapun itu.

*dirumah, masih dalam keadaan rambut basah dan masih memakai kaos ibu-ibu milik ibunya Agis.
Menerima telfon,
"Halloo"
"Jingga, cerita doooong kan kamu belum cerita"
"Harus banget ya emangnya"
"Iya dong, harus semuanya. Mulai dari kamu kenapa putus sama Jack, trus kenal Sandy itu darimana, kenal temen-temennya dari mana ceritanya kayak apa, kan aku belum tau".
"Ehmmmm, mulai dari,,,,," aku menceritakan semua pada Hanna mulai dari orang tuaku bertengkar hingga kejadian hari ini. "Ngga, kenala kamu nggak bilang sebelumnya?". "Yaaa, mungkin belum tepat"

Semua cerita non fiksi sudah kuceritakan sama persis dengan kejadiannya. Melihat kamar yang berantakan, aku merapikannya mulai dari meja belajar. Mulai dari buku tulis, buku novel, buku paket semua berserakan di meja belajar.

Selesa merapikan itu semua, aku tidur terlelap.

"Astaga" aku terbangun dengan terkejut ketika melihat jam menunjukkan pukul 4 sore. Aku mengecek ponselku. Terdapat 8 panggilan tak terjawab dari Sandy. Ponselku berdering lagi, namun ini dari Jack "Hallo", "Coba kamu keluar" katanya. Belum aku menjawab perintah itu, aku mengintip jendela. Benar, Jack ada di bawah.

Aku masih menebak-nebak kira-kira apa yang akan Jack lakukan di rumah. Kenapa aku merasa aku nervous begini?.

"Jingga, ada teman kamuuuu" teriak mama dari bawah. "Bentaaaar".

(membuka pintu) "Jack?". "Kamu masih pake baju mamanya Agis?" dia tertawa geli. "Hehehe. Bentar ya, aku ganti baju dulu, duduk disini" ucapku.

"Yuk" aku sudah siap. "Tante, kami permisi dulu" pamitnya. "Iya hati-hati ya".

Putra Kegelapan JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang