Ke-15

10 2 0
                                        

Yas, hari ini hari dimana aku akan dilepaskan dari masa sma ku selama tiga tahun dengan kenangan yang mungkin sukar untuk dilupakan "Ananda Jingga Hilya Nuha putri dari bapak Subandi" begitu namaku dipanggil, aku menaiki atas panggung dengan paras anggun disertai kebaya berwarna salem serta selembar kain jarit mengelilingi pinggul hingga kakiku. "Selamat, ya" kata kepala sekolah mengalungkan medali di leherku. "Terima kasih pak" aku menjabat tangan kepala sekolah. Setelah prosesi penerimaan ijazah telah usai, dilanjut dengan penampilan-penampilan yang luar biasa dari para adik kelas.

Aku duduk bersebelahan dengan Jack karena saat itu duduk tetap diatur sesuai dengan nomor absen. "Nanti langsung KUA yuk" bisiknya. "Kan udah cocok nih, kamu pake kebaya, aku pake jaz" lanjutnya. "Ayukkk" godaku.

Begitu inti acaranya selesai, "Boleh minta foto nggak?" Jack bertanya. "Hmmm, foto buku nikah aja deh" godaku. "Latihan aja dulu" katanya. "Hmmm baiklah" diiringi tawa kecil. "Mas tolong fotoin kita berdua" Jack minta tolong pada salah seorang yang kebetulan lewat. Dengan gaya pertama aku membonceng tangan Jack seperti halnya ke kondangan. Dan kedua, aku bergaya seolah-olah membenahi dasi Jack. "Ini nih baru istri yang baik" bisiknya ketika dipotret. "Tanteee, ayo foto bertiga" teriak Jack pada mama yang duduk menungguku. "Malu ah". Namun Jack memaksa, menarik mama. Kami pun bergaya sesuai dengan isi hati masing-masing.

Tiba-tiba, ada suara motor yang tak asing ditelingaku menghampiri gedung tempat dilaksanakannya purnawiyata. "Pangerannya datang tuh" goda Jack. "Sandy?" heranku menghampiri Sandy. "Hay, baru pertama ini aku melihat kamu pakai pakaian ini" katanya. "Menurut kamu?" tanyaku. "Hay" Jack menghampiri kami. Wajah Sandy langsung tegang. "Nggak nggak, santai aja. Aku juga mau minta maaf soal, yaaa kamu tau lah" kata Jack. "Secara tiba-tiba?" Sandy heran. "Ya, hidup nggak ada yang tau kelanjutannya kan" kata Jack. "Yaudah kalik, (aku memegang tangan Sandy dan Jack berniat mempersatukan mereka) kalian memang orang yang pernah ada dalam hidupku" aku memeluk mereka berdua secara bersamaan. "Mama fotoin kitaa" pintaku. Pose pertama layaknya memiliki dua pangeran sekaligus dengan menggandeng tangan mereka sementara aku berada di tengah. Pose kedua, kedua telapak tanganku menengadah sementara dagu Jack di tangan kiri ku sedangkan Sandy di tangan kananku.

"Yuk ikut aku" kata Sandy menarik tanganku. "Kemana" aku menahan tarikannya. "Ke camp" katanya. "Pake ginian??" heranku. "Emang tujuannya adalah mereka ingin tau kamu pake ginian" katanya. "Kenapa nggak mereka yang kesini" kataku. "Udah, ayok" katanya. "Tante, maaf anak tante saya culik dulu" kata Sandy. "Yaudah kalo gitu mama tinggal dulu ya" kata mama. "Mama beneran pulang sendiri?" tanyaku. "Nanti dijemput ayah" jawab mama. "Hati-hati tante"kata Sandy. Mama pun pergi meninggalkan kami. "Kamu kalo mau ikut, nggakpapa kok" kata Sandy pada Jack. Hatiku ikut bahagia hanya mendengar dengan kata-kata itu.

"Gimana nih naiknya" keluhku karena motornya cukup tinggi. Tiba-tiba aku digendong Jack agar aku bisa naik motor Sandy. Aku menatap Jack tanpa berkedip. Jack naik motor sendiri karena tak ada orang tuanya yang hadir walaupun mamanya hadir namun hanya sebentar lalu pergi.

"Jangan ngebut-ngebut sanggulku hampir lepas" kataku memegangi sanggul. Sandy pun melambatkan laju motornya. Ketika sudah kembali tenang, aku menoleh ke arah Jack yang naik motor mogenya sendiri di belakangku. Aku tersenyum melihatnya tersenyum. Namun aku menjulurkan lidah setelah itu. Dia pun melakukan hal yang sama.

"Hallo braaaay" sapa hangat Sandy pada teman-temannya. Disusul denganku dan Jack di belakang Sandy. "Haaaay" sapaku riang berlari kecil karena memakai jarit dan hendak memeluk mereka semua. "Wuihhhh, ibu kartini jaman kini" sahut Elang. "Siapa tuh" bisik Agung pada Sandy. "Oh iya, nih kenalin Jack". "Temenku" kata Jack terpotong olehku. "Salam kenal semua" kata Jack. "Ehh foto bareng yuk" ajakku.

Semua berpose dengan mengandalkan timer dari handphone. "1,,,2,,,3 cis buncis kacang bunciiiiiis" serentak semua mengatakannya.

"Eh bro kamu juga boleh ikutan ke puncak, mau nggak?" tanya Agung pada Jack. "Puncak? Puncak mana?". "Di kawah Ijen" jawab Agung. "Boleh juga tuhhh". "3 hari lagi berangkat siapkan perlatannya nanti aku fotoin semua keperluan yang harus dibawa" jelas Agung. "Siap" kata Jack. "Teman kamu gimana?" Agung bertanya padaku. "Belum ada kabar, coba deh nanti aku tanyain lagi" kataku.

Putra Kegelapan JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang