Ke-11

13 2 0
                                    

Hari ini, hari pertama dilaksanakannya try out. Aku yang menduduki bangku pojok belakang itu bersebelahan dengan Jack. "Ssssst sssst". "Apa?". "Ini jawabannya apa?" dia menunjukkan soal miliknya. "C mungkin".

Akhirnya, setelah selama satu jam setengah pusing dengan soal try out yang diberikan kami semua pulang lebih awal karena tidak ada jadwal pelajaran. Namun aku dan Jack pergi ke kantin. "Jack habis ini ke cafe ayah ya" kataku yang masih mengunyah baso. Dia pun menjawabnya dengan menganggukkan kepala.

"Ayaaaah" aku menyapanya begitu aju sampai di cafe. "Naaahhh, anterin pesenan" pintanya. "Okeeee, yuk Jack" aku mengajak Jack.

Rumah minimalis yang banyak motor dan mobil terparkir serta terdapat pos satpam yang kami tuju sekarang. Jack mematikan mesinnya "Awas nanti diculik om om lagi" godanya. "Kamu aja ya yang nganter kesana". Dia langsung merebut makanan itu dari tanganku.

Aku menunggu Jack duduk di atas motor ninjanya. Tak lama, dia kembali dan membawa beberapa lembar uang. "Nih, uangnya" katanya menyodorkan uang itu. "Kamu mau kuajak ke suatu tempat nggak?" tanyanya yang masih belum kunjung naik motor. "Kemana?" tanyaku. "Liat temenku tanding sih" jawabnya. "Tanding apa?". "Ah, banyak tanyaa" dia langsung meraih helmnya dan menyalakan mesin "Tapi ke cafe dulu ya" ucapku.

Setelah uang hasil ngantar makanan sudah berpindah tempat di meja kasir cafe, dan aku sudah berpamitan dengan ayah kami berdua berangkat ke tempat pertandingan teman Jack entah dimana dan pertandingan apa. Namun yang jelas adalah sebuah gedung, dimana dari luar itu terdengar sorakan para penonton. Jack mengajakku berjalan melewati para penonton belakang demi mendapatkan tempat paling depan. "Nahh, itu temanku biasanya nongkrong" dia menunjuk seseorang yang berada di atas ring. Saat itu kami sudah tertinggal hingga pertandingan ini akan berakhir. "Ayo terus koo terus" Jack berteriak menyemangati temannya, yang ku ketahui namanya Riko. Namun nahas, Riko terjatuh ketika lawannya memukulnya dengan cukup keras. Dan alhasil Riko kalah.

Pertandingan pertama sudah berakhir, kini akan memasuki pertandingan kedua dengan dua pemain yang berbeda. "Jack toile mana?" tanyaku yang kebelet saat itu. "Disana, mau di anterin?". "Nggak usah, aku ke toilet dulu ya" ucapku.

Setelah lega seperti semua isi perut keluar, aku bergegas kembali ke tempat semula. Namun ketika aku baru berjalan menuju tempat Jack, pandanganku tertuju ke arah ring yang sudah ada dua pemain disana. Terkrjutnya lagi, salah satu pemain itu orang yang ku kenal. Orang itupun melihatku juga ketika aku berjalan. Dan kami saling berpandangan heran. Awalnya aku tidak yakin bahwa dia benar-benar Sandy. Namun setelah aku mendekat di tempatku semula, aku semakin yakin jika itu Sandy. Aku masih menatapnya dengan heran. Begitu juga dengannya. Lalu apa? Dia melemparkan senyuman padaku. Aku menganga, namun berusaha membalas senyumannya. Jack yang juga terheran memandang kami berdua yang saling senyum. "Kamu kenal?" tanyanya. "Enggak sih, ya dia senyum duluan ya aku balas senyum juga lah" kataku. Aku berusaha meyakinkan Jack.

Dia tidak pernah bilang sebelumnya kalau dia itu ikut muay thai dan tidak memberitahuku juga jika hari ini dia akan bertanding. Mungkin dia sadar posisi jika dia bukanlah terdepan.

Dengan tanpa kesadaran Jack, aku memberikan semangat untuk Sandy. Dia membalas semangatku itu dengan perjuangannya, dengan kegigihannya melawan lawannya. Jack pun tidak menyadari jika aku hanya menyemangati satu orang. Yang Jack tau aku hanya ikut seru"an seperti penonton lain.

Nahas, Sandy tertelungkup tepat dihadapanku. Aku merasa miris mengetahui lewat raut wajah dan bunyi dari dia jatuh. Kedua tanganku mengepal dan terangkat disertai garis senyum dari bibirku untuk menyemangatinya. Dan aku juga memberinya isyarat "Kamu pasti bisa" dengan menggerakkan mulut dan tangan. Sandy tak pantang menyerah, dia bangkit dari jatuhnya.

Namun sayang, hari ini bukan hari keberuntungannya. Tetapi itu bukan berarti akhir dari perjuangan. "Bentar ya Jack aku ke toilet dulu" kataku. "Lagi?". "Iya hehe, bentar ya" kataku. Aku keluar dari barisan penonton namun tidak pergi ke toilet melainkan pergi area pemain. "Sandy" panggilku. Wajahnya yang memar memar karena pukulan, perut yang aku yakini sakit karena terkena sikut lawan serta tubuhnya yang berkeringat. Namun dengan itu dia masih memasang senyumannya itu. "Hey" ucapnya lirih ketika menghampiriku. Bibir tak bisa mengatakan apa-apa saat itu. Aku merasa gemetar melihatnya. Mulut hanya terdiam ketika dia semakin dekat mengarah padaku. Belum juga kami berbicara sepatah kata, aku khawatir akan Jack mampir kesini untuk menjemputku. "Aku pergi dulu ya" ucapku menjauh.

Putra Kegelapan JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang