Ke-14

17 3 0
                                        

Sampai detik ini aku masih terngiang perlakuan Jack padaku kemarin. Aku duduk termenung dan terdiam lesu di bangkuku. Aku pun tidak melihat Jack duduk di bangkunya. Aku tidak melihatnya hari ini, entah dia kemana. Semenjak kemarin dia tidak menghubungiku dia juga tidak memberi tahuku dimana dia sekarang ini.

Aku baru melihat Jack ketika jam setelah istirahat. Ketika aku sedang duduk sendiri, Jack memasuki kelas dengan berpakaian yang acak-acakan. Bajunya tidak rapi seperti hal biasanya. Terlihat mukanya kesal dan memerah. Rambutnya juga terlihat tidak dirapikan. Aku nekat menghampirinya dan bertanya "Kamu habis darimana" tanyaku. Namun dia mengalihkan pertanyaanku dengan sikapnya yang mengabaikanku. "Aku tanya sama kamu" kataku. Tetap saja dia mengabaikanku. Malah meninggalkanku berdiri sendiri. Aku menghalangi dia berjalan "Tolong jawab aku". "Jack dipanggil BK suruh ke ruangan" kata seorang murid kelas lain. "Kamu berbuat apa" aku menghalangnya jalan. "Bukan urusan kamu" dia menghempaskan genggamanku. "Jakcson jelas jelas ini urusanku" kataku. Jack meninggalkanku.

Karena rasa keingin tahuanku yang tinggi, aku mengikuti Jack ke ruang BK mengintipnya dari jendela.
"Kamu ada masalah apa sama murid sekolah lain" kata guru BK. "Sekolah lain?" dalam hati bertanya-tanya. Kulihat Jack duduk menunduk ketika guru BK menasehati dia. "Ngga, ngapain?" ada yang menepuk pundakku. Aku terkejut berjingkat. "Mau ambil absen tapi ada orang" kataku. "Masuk aja kali santai" katanya yang sudah masuk duluan.

Namun, Jack menyadari aku ada disini. Dengan itu, aku langsung pergi kembali ke kelas.

"Ngga, kamu tau nggak? Video Jack berantem ama murid sekolah lain?" kata Jannat. "Hah? Kapan? SMA mana?" tanyaku. Jannat pun menunjukkanku sebuah video dari instagram yang di upload oleh seseorang (mungkin saksi mata).

Yang membuatku terkejut adalah, lawan Jack adalah Sandy!. Di persawahan yang masih hijau itu mereka beradu kekuatan. Bukan hanya sekali Jack dan Sandy terperungkup jatuh karena pukulan yang cukup keras.

"Ketemu di hutan pinus pulang sekolah bisa?" aku menelfon Sandy.

"Ketemu di hutan pinus pulang sekolah bisa?" aku menelfon Jack.

Dengan itu, setelah pulang sekolah aku menuju ke hutan pinus mengendarai ojek online.

Sesudah kakiku menginjak puncak tanah tertinggi di hutan pinus, kudapati Jack dan Sandy yang sudah berada disana dengan tatapan yang sama sama tajam. "Tunggu!" teriakku menahan mereka. "Aku yang memanggil kalian. Untuk mempertanyakan apa yang kalian lakukan ketika jam pelajaran berlangsung" tanyaku dengan nada tinggi. "Apa yang kami lakukan? Pertanyaan yang salah. Apa yang dia lakukan! Itu yang harus kau tanyakan" kata Sandy menunjuk Jack. Sontak kepalaku menoleh kearah Jack. "Semua ini tidak kulakukan jika tidak ada yang menanamnya" jelas Jack. "Siapa yang menanam? Kau tiba-tiba mengajakku bertemu dan memukulku" kata Sandy. "Itu karena ulahmu" sahut Jack. "Ulah yang mana?" sahut Sandy. Disana aku seperti pembatas yang tidak dianggap ada.

"Jack, apa masalahmu?" aku bertanya pada Jack. "Kenapa kamu bertanya padaku? Seharusnya aku yang bertanya pada kalian" kata Jack. "Ada tali apa diantara kalian?" lanjutnya. "Tali apa yang kau bicarakan?" sahut Sandy. "Sudah begini masih saja mengelak?" kata Jack. "Pengecut" Jack melontarkan kata itu lalu pergi. "Jack, belum selesai" teriakku. "Gimana dong?" aku bertanya pada Sandy. "Jack" aku mengejar Jack. Namun, aku terpeleset karena tanah yang licin dan lenganku terkena ranting pohon yang menyebabkan lengan bajuku robek. "Awwww". "Jingga" Sandy mengarah padaku. Dalam keadaan seperti ini, aku berharao Jack membalikkan badan dan menolongku. Namun tidak ada tanda-tanda. Sandy yang membantuku berdiri.

Akhirnya aku diantar pulang oleh Sandy. "Masuk dulu yuk" Ajakku. "Emang boleh?" katanya. "Bayar karcis lima ribu" candaku. "Aku bayarnya pake hati aku aja deh" katanya. "Boleh, mana?" kataku. Kami berdua tertawa kecil.

Putra Kegelapan JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang