Ke-2

36 4 0
                                    

Hari makin berlalu, suasana rumah kembali damai. Dengan jeadaan telinga yang masih diperban dan sesekali mendengar bisingan yang sama seperti saat kejadian ketika mendengar suara yang keras.

"Awwww"
Pengendara motor yang ngebut-ngebutan di jalan membunyikan klakson tepat di sampingku.

Setelahnya melanjutkan perjalanan menuju mini market.

Mulai dari potato chip, biskuit, minuman soda, sampai mie instan cup kuwadahkan di keranjang belanja.
"Roti tawarnya kak, lagi diskon"
"Enggak mbak"
"Atau mungkin biskuitnya beli dua gratis satu"
"Enggak"
"Semua seratus tiga empat tiga ratus"
"Dua ratus nya boleh di donasikan mba?"
"Ya"

Terkejut dengan pemuda yang turun dari motor itu membuka helm teropongnya.
Sial!
Aku mempercepat langkahku menghindar dari pemuda itu, Jackson.
"Buru-buru amat"
"Bukan urusanmu"
"Telinganya kenapa tuh. Banyak koreknya?" tertawa kecil.
Aku tak menghiraukannya pemuda yang memakai jaket motif army dan celana jeans terang itu dan meninggalkannya.

"Jok belakang masih kosong nih"
(balik badan, menatap dengan dalam)
"Nggak sudi"
"Yaudah, aku kan niatnya baik"

Dari lubuk hati yang dalam resah sebenarnya karena harus melewati gang kecil yang di sebut warga "gang macan" dimana kumpulan orang-orang semacam "brandal".

"Hmmm iya deh. Tapi awas sampe macem-macem" (jari telunjuk ke arahnya)
"Aku beli rokok dulu"

Demi apa, naik moge road star s dengan busana piyama bermotifkan robot kucing jepang dan membawa dua kantong plastik mini market dan sandal jepit yang udah melar dan kusam.

"Jalan"
Jackson mulai memakai seperangkat alat mengendarai motor.
"Seriusan nih" ragu-ragu
"Kenyeh" (cerewet)

Motor gede hitam silver yang berdominan hitam itu membawaku pulang ke rumah dengan keadaan gemetar akibat kebut"an dan berkelok-kelok seperti rosi sang pembalap
"Jangan ngebut, ngebut benjut" (Benjut=kecelakaan(mungkin))
"Tenang aja"

(Sampai)
"Sini?"
"Hmmm"
"Terima kasih" mencoba lembut.
Tanpa mengucapkan "sama-sama" langsung pergi aja dia diiringi suara "brom brom" dari mogenya.

"Siapa tadi" ayah bertanya.
"Temen, tadi ketemu di mini market" aku menjawabnya sambil menaiki tangga.

Dua kantong plastik masih berada di tanganku. Satunya di kasur, satunya lagi di meja belajar. Makan camilan, sambil nonton video klip musik-musik dari artis barat.
"Tungkling"
"Ngga, repot nggak?"
"Free"
"Temenin beli bahan bahan kue"

Tak lama, rupanya Hanna sudah ada di depan rumah.
"Sugeng Rawuh" (selamat datang) aku menyambutnya.
"Kok sepi"
"Lagi di kamar mungkin"
"Aku siap siap dulu ya"
(masuk kamar)
"Telingamu sudah mendingan kan"
"Lumayan. Ya, walaupun harus bolak balik rumah sakit"
"Sorry ya, yang kena jadi kamu kan"
"Yang salah terorisnya kalik"
"Ya kan, aku nggak sempet narik kamu"
"Santai aja. Udah ah, mandi dulu" handuk yang sudah terkalung di leher.

Motor matic Hanna penuh dengan kantong kantong plastik yang memuat bahan bahan kue pesanan ibunya.
"Apaan tuh rame rame"
"Kecelakaan kalik"
Hanna membelokkan motornya.

Terlihat dua pengendara motor tergeletak di sebelah mo.. Moge?? Jangan jangan
"Bukannya itu mogenya Jackson" dalam hati bertanya-tanya.

"Jackson" teriak Hanna.
Pipi kirinya bersimbah darah dan terluka sangat lebar. Tangan dan lututnya pun demikian. Sementara temannya, yang tidak pernah aku lihat sebelumnya mengalami luka ringan.
"Mbak keluarganya?"
"Saya temannya pak" jawabku.
"Tolong bantuin ke rumah sakit ya"
Sebenernya pengen bilang "Males".

Putra Kegelapan JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang