Aku merasa resah ketika Jackson akan meninggalkan sekolah selama kurang lebih satu minggu untuk tournamen volley kebanggan sekolah. Aku merasa bingung, sedih. Gimana ya? Kenapa ya?.
"Aku tinggal dulu ya nona manis" dia mengucapkan itu disaksikan oleh pohon ketepeng dekat lapangan basket saat ia akan berangkat sambil mencubit pipiku.
"Pria tampan..." menarik bajunya
"Hati hati ya" berbisik tepat di telinganya.
Senyum sumringah terlihat di bibir tipisnya itu.Begitu mobil yang menumpangi tim sekolah sudah hilang dari pandangan, aku beranjak pergi masuk ke kelas. Tak sengaja, aku menemukan selembar kertas di kolong meja yang seingat aku, aku tidak menaruh kertas di kolong saat itu. Kertas yang bertuliskan,
"Aku bisa melihat senyummu walaupun tanpa kehadiranmu. Matahari yang hendak meninggalkan langit dapat menggambarkan senyum wajahmu. Seperti kala itu kau tersenyum melihatnya. Sepertinya sang matahari tidak dapat melupakan bekas senyummu yang menatapnya. Begitu pun aku, yang tidak bisa menghilangkan bekas senyummu yang telah ku rekam di mataku"
Senyum sendirian padahal nggak lagi bercanda sama siapapun.Digaris bawah sendiri terdapat tulisan
"Jackson, pria tampan"Aku mengambil gambar kertas itu dan hendak mengirimnya ke Jackson.
"Senyummu yang ku lukis dalam lubuk hatiku yang dalam" tulisku.Merenung sejenak, berfikir aku dan Jackson sedang menjalankan status apa. Bingung sendiri dibuatnya. Apa hanya aku yang kelewat baper dibuatnya. Apa Jackson memiliki perasaan yang serupa denganku?. Atau hanya aku saja yang merasa?.
"Ngga, nanti liat volley sekolah kita yuk" ajak Jannat
"Jam berapa emang"
"Jam 5"
"Kalau mau, kita dari tim sekolah berangkat bareng jam 4"
"Mau mau mau"Sorenya, berangkatlah kami tim sekolah menuju tempat pertandingan volley. Satu jam perjalanan kami lalui. Lapangan pertandingan yang sudah ramai padat dengan pendukung dari masing-masing tim dengan semangat mensupport tim kebanggaannya.
Sementara mereka semua berbaris pada tempat yang sudah disediakan, aku sengaja meninggalkan barisan hanya karena memcari keberadaan Jackson. Aku berlari menuju ruangan khusus pemain volley. Berlari sampai keujung hingga aku menemukan Jackson dan tim.
"Jingga"
"Hei" (terengah-engah)
"Semangat ya"
Demi apa? Jackson mengelus pipi kananku dengan lembuut sekali. Jantung yang masih berdegup kencang karna berlari ditambah lagi dengan sentuhan Jackson."Haloo pemirsa semua, sebentar lagi kita akan menyaksikan pertandingan dari sekolah Garuda Bangsa melawan Tunas Bangsa. Beri tepuk tangan" mc mulai membuka acara.
Aku sudah kembali ke barisan sementara Jackson bersiap siaga untuk memulai pertandingan. Jackson memandangku sejenak dan melempar senyumannya padaku. Aku membalas senyuman itu.
Suasana berlangsung dengan sangat tegang. Dua tim saat ini memang sama sama kuat. Mereka mempunyai strategi masing masing untuk mengalahkan lawan.
Ketegangan semakin bertambah ketika Jackson terkena bola tepat di pipinya yang terkena luka. Aku seperti ikut merasakan saat itu. Aku memasang wajah cemas dan khawatir melihat raut wajah Jackson yang tiba-tiba berubah menjadi raut wajah orang kesakitan. Namun dia memberi isyarat padaku jika dia tidak apa-apa. Namun itu tidak cukup untukku, aku tetap mengkhawatirkannya. Tak menjadi halangan, Jackson tetap melanjutkan pertandingan.
Dari barisan depan pendukung tim sekolahku, aku melihat segerombolan pendukung yang semuanya laki-laki bersorak memberi yel-yel untuk menyemangati timnya. Sangat kompak sekali.
"Loh, itu kan" bertanya-tanya dalam hati.
Melihat sesorang yang sepertinya pernah aku temui sebelumnya. Malunya, orang itu menyadari jika aku melihatnya.Benar, itu laki-laki yang aku temui di restoran waktu itu. Dia tersenyum padaku dan memberiku isyarat memerintahkanku keluar dari barisan pendukung. Aku pun membalas isyaratnya dengan anggukan kepala.
"Kamu ada disini?" tanyaku.
"Iyaa, jadi kamu itu dari sekolah Garuda Bangsa?"
"Iya, ternyata kamu anak Tunas Bangsa ya"
"Heheh iya"
"Eh, kita kan udah ada perjanjian" kataku
"Oh, iya ya. Yaudah aku duluan ya"Kami semua kembali ke barisannya masing-masing.
Dengan bangga, tim sekolah kami unggul 2 skor dari tim lawan. Semua pendukung bersorak riang gembira.
Jackson menemuiku di dekat parkiran sepeda motor.
"Yeaaaay" aku berlari menuju ke Jackson dengan senang karena kemenangannya hari ini.
"Selamat ya"
"Doain juga, semoga di hari berikutnya lebih baik"
"Pasti dong"
"Ngga, semua rombongan udah masuk mobil" kata Ine.
"Iya iya bentar"
"Hm, aku pergi dulu ya. Daaa"Aku yang meminta duduk di dekat jendela dan biasanya selalu ku buka lebar jendela itu, aku melihat Sandy yang hendak menyebrang dengan motor klx nya. Aku menebar senyum padanya, tidak tau dengan dia. Karna saat itu mulutnya terbungkus oleh helm teropongnya.
Sesampainya di rumah, kulihat ayah yang sedang sibuk mencari sesuatu di rak dapur.
"Ayah cari apa"
"Gula dimana ya"
Mengambil gula yang padahal saat itu gula berada di dekat kompor.
"Gulanya kan disini"
"Oh, iya lupa"
memandang ayah dengan aneh dilihat dari gerak geriknya.Ponselku berdering, dengan semangat aku meraih ponselku di meja belajar.
"Hallo"
"Hei, lagi ngapain tuh" tanyanya.
"Lagi, mikirin pria tampan" gombalku.
"Hm kira kira pria tampannya mikirin aku juga nggak ya"
"Hmmmm (jarinya berada di pelipis dan memejamkan mata) katanya nggak tuh"
Aku mulai memasanh muka sedih.
"Nggak bisa nglupain kamuuu" gombalnya.
"Tadi sakit nggak tuh"
"Udah hilang kok"
Terdengar suara yang ikut nimbrung
"Jack, latian Jack"
"Bentar ya nona"
Langsung tutup telfon (video call)Bicara tentang ayah yang kebingungan mencari sesuatu di rak dapur, aku sangat yakin pasti dia sedang mencari ponsel jadulnya itu yang sedang berpindah tangan ke tanganku. Raut wajahnya terlihat sekali sangat cemas dan khawatir akan ketahuan sama mama.
Malam ini, mala yang sangat sangat sepi bagiku. Tak ada cahaya bulan yang menembus jendelaku, tak ada sinar bintang yang mengintip dari jendela. Bulan dan bintang telah meninggalkanku sendirian saat ini. Ku termenung dalam sepi. Hanya suara nyamuk yang sesekali beterbangan di telinga. Pria tampan yang sedang sibuk dengan latihannya, Hanna yang saat itu jiga sibuk dengan lomba madingnya.
Mulailah aku menulis dengan tanganku sendiri diatas kertas buku diary ku menatap jendela yang masih berharap sang bulan dan bintang menemuiku walau hanya sebentar.
"Aku bisa melihat senyummu walaupun tanpa kehadiranmu. Matahari yang hendak meninggalkan langit dapat menggambarkan senyum wajahmu. Seperti kala itu kau tersenyum melihatnya. Sepertinya sang matahari tidak dapat melupakan bekas senyummu yang menatapnya. Begitu pun aku, yang tidak bisa menghilangkan bekas senyummu yang telah ku rekam di mataku. Tulisnya di kertas lembaran yang tiada arti menjadi indah setelah diukir dengan kata kata mutiara yang membuatku luluh. Tidak kusangka, pria berketurunan cina ini dulunya sangat menyebalkan hingga kini dialah yang selalu membuatku tersipu malu dengan perbuatannya"
Kulampirkan sekalian kertas dari Jackson di samping kertas tulisanku."Kurenggut hatimu kuraih senyumanmu pria tampanku" kututp diaryku hari ini dengan kata-kata itu.
Sekarang aku percaya, bahwa benci menjadi cinta itu benar adanya setelah aku sendiri yang mengalaminya. Kuharap, cinta akn terus melawan benci sampai benci menyerahkan dirinya. Aku berharap jika cinta dapat melawan kebencian dengan kelembutan cinta tersebut. Bukan malah sebaliknya, benci yang menguasai ruang cinta dengan kebenciannya dan cinta dapat dialihkan posisi menjadi benci suatu saat.
![](https://img.wattpad.com/cover/156064974-288-k247278.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Putra Kegelapan Jingga
Teen FictionDimana sang Jingga menemukan putra kegelapan