Ke-17

21 3 0
                                        

Pulang kerumah dengan perasaan gembira dan senang semenjak ada penghuni baru yang tinggal di jari manisku.

"Jingga, ice cream mu masih menetap di kulkas" Hanna meninggalkan pesan itu padaku. "Ya ampun, kukira udah ludes" balasku. "Emang boleh?". "Silahkan saja" balasku.

Di atas kasur kupandangi album foto yang berisikan foto-foto ku dengan teman-temanku semua. Mulai dari awal aku masuk SMA hingga foto purnawiyata kemarin. Kupandangi foto dimana detik-detik aku dan Jack meresmikan hubungan kami. Tersenyum sendiri ketika melihat kejadian detik per detiknya saat itu. Karena itu, aku teringat oleh cincin yang terpasang di jariku. Tersenyum kembali jika ku mengingat kejadian tadi sembari membelai lembut cincin itu.

"Pertama memandangmu, sifat tengil, sombong, angkuh selalu terbayang dalam benakku ketika menilai dirimu. Namun kau telah membalikkan pikiranku itu dengan tingkahmu yang tak terduga padaku. Kau yang ternyata ada unsur "kebaikan" dalam jiwamu, yang tertutup oleh otot-otot six pack tubuhmu. Ingatkah kau ketika kita hampir selalu beradu volume ketika berpapasan? Namun apa? Kini kita membangun kisah bersama. Kisah yang bukan hanya sekedar dongeng, bukan sebuah khayalan. Kau juga pernah memasangkanku lingkaran kepala dari daun yang sederhana dari tanganmu sendiri. Namun kini, kau memasangkan lingkaran yang tak seberapa besarnya dari lingkaran kepala itu, namun besar nilainya dalam kehidupan. Kau telah mengikat jemariku. Dan yang kuduga, kau akan menjadi pemain volly yang handal hingga internasional. Namun ternyata kini kau memakai seragam polisi lengkap dengan gagahnya. Namun percayalah kau padaku. Aku mencintaimu sebelum kau meraih seragam itu. Ingat janji kita? Bahwa kita akan menumbuhman sebuah pohon bersama-sama hingga pohon itu berbuah dan berbunga".

Itulah yang kutulis di buku harianku hari ini.

"Oiya, mama" aku teringat jika mama belum mengetahui akan hal ini. Bergegas, dengan semangat aku memberitahu kabar gembira ini.

"Mamaaa" lompat kegirangan. "Hmmmm" gerutu mama. "Lihat nih" kataku, menunjukkan jari manis. "Apatuh?" mama tak melihat cincin itu karena jarak aku dengan mama cukup jauh. "Nggak keliatan" mama menyempitkan matanya. "Iniiiii" aku mendekatkan jariku itu. "Cincin?". "Aha". "Cincin???? Kamu?". "Iyap". "Sama siapa?". "Samaaa, Jack" kataku malu. "Sebenarnya kamu itu sama siapa? Sebentar sama Jack, sebentar sama Sandy. Apa jangan-jangan, nanti di jari kiri ada satu cincin lagi" mama memelototiku. "Sembarangan, ya enggak lah. Emang mama mau? Punya menantu dua?" candaku. "Ya enggak lah" jawab mama. "Laya makanyaaa". "Hmmm menurut mama, jika mama dikasih pilihan antara Jack sama Sandy, mama pilih mana?" aku melontarkan pertanyaan itu pada mama. "Hmmmm, pilihan yang sulit" jari telunjuk mama menmpel di dagu dan bola matanya berputar-putar. "Lihat takdir mungkin ya" jawab mama. "Kalo takdir memisahkan?". "Ya mau apa lagi?" mama mengangkat bahunya.

"Jadi, kapan orang tua Jack kesini?" tanya mama mulai serius. "Hmmmm, belum tahu". "Mama harap secepatnya ya" kata mama. "Lihat takdir" kataku mengikuti gaya mama.

Tululit tululit
Ponssl berdering.
Begitu kuangkat, terdapat gambar Jack di layar ponselku. "Mamah nanyain, kapan orang tua kamu kesini katanya".
"Emang kamu ingin buru-buru seatap?" tanyanya.
"Ehemmmm" aku tersipu malu. "Emang kelihatannya gimana? Udah pantes belum gendong anak dari kamu" godaku.
"Bentar, aku lagi bayangin kamu pake daster sibuk ngurusin anak kita yang nangis" kata Jack.
"Kamu lanjut dimana?" tanya Jack.
"Setelah kupikir-pikir, aku jadi ingin kuliah jurusan seni tari. Menginhat dulu aku juga pernah ikut sanggar, tapi hanya setengah jalan terus berhenti. Menurut kamu gimana?".
"Apapun pilihanmu, sayang".
Aku menganga mendengar kata itu.
"Sss,,, sayang?" terheran. "Kayaknya saat kita pacaran, baru kali ini aku mendengar kata-kata itu" kataku.
"Ini baru melalui telfon. Coba kalau di depan mata. Getarannya pasti terasa" gombalnya.
"Ehhhh gombal. Udah ah tidur dulu, baaaaay"

Putra Kegelapan JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang