6. Gangguan Keluarga

165K 9.7K 262
                                    

Selasa (11.20), 07 Agustus 2018

--------------------------

Carissa berjalan ragu menuju pintu kamar mandi hanya dengan dibalut bathrobe yang disediakan pihak hotel. Sejenak dia melongokkan kepala, mengintip ke arah ranjang tempat Fachmi tengah membaca sambil menyandarkan punggung ke kepala ranjang. Lalu pandangannya beralih pada tas besar tempat pakaiannya berada. Tas itu diletakkan di atas sofa yang menempel di salah satu dinding kamar. Dan untuk mencapai sofa itu, Carissa harus melewati ranjang.

Tahu tidak punya pilihan, Carissa menelan ludah sejenak lalu berjalan keluar kamar mandi tanpa menoleh ke tempat Fachmi berada. Buru-buru dia membuka tas, mencari pakaian dalam dan baju tidur yang paling tertutup.

Setelah mendapat apa yang dia cari, Carissa segera berbalik tapi kemudian memekik kaget. Entah sejak kapan Fachmi sudah berada di belakangnya. Sangat dekat hingga tubuh bagian depan mereka nyaris saling bersentuhan.

"Sedang apa kau dibelakangku?!" Mata Carissa melebar. Pakaian di tangannya ia peluk di depan dada seolah itu adalah tameng untuk melindungi dirinya dari serangan Fachmi.

Fachmi mengerutkan kening seolah bingung dengan reaksi Carissa. "Aku hanya ingin mengambil sesuatu di tasku. Kau saja yang berbalik tiba-tiba." Tanpa menunggu Carissa pindah tempat, Fachmi memajukan tubuh hingga dadanya menyentuh tangan Carissa yang menyilang di depan tubuh, lalu menjangkau sebuah buku lain dari dalam tas miliknya yang bersebelahan dengan tas Carissa.

Refleks Carissa menahan napas seraya menahan tubuhnya agar tidak bergerak. Jantungnya bergemuruh dalam dada seolah hendak melompat keluar. Wajahnya terasa panas akibat posisi tubuh mereka yang begitu dekat.

Seharusnya Carissa segera menyingkir dari sana. Seharusnya Carissa bergegas kembali ke kamar mandi. Tapi entah mengapa, kakinya seolah berubah jadi batu dan tidak bisa digerakkan. Entah sihir apa yang digunakan Fachmi hingga selalu berhasil membuat Carissa yang liar seolah tidak berdaya di depannya.

Berhasil mendapat apa yang dicarinya, Fachmi tidak segera menyingkir dari depan Carissa. Dia malah sengaja menoleh menatap wajah Carissa yang memerah dengan jarak yang amat dekat.

"Ada apa dengan wajahmu? Merah sekali seperti baru saja dimasukkan ke dalam oven."

Carissa tidak sanggup mengatakan apapun. Bibirnya seolah terkunci dengan tatapan terpaku pada mata hitam Fachmi.

"Carissa, kau baik-baik saja?" tangan Fachmi terangkat hendak menyentuh pipi Carissa namun-

"KYAAAAA!!"

Mendadak Carissa berteriak lalu beberapa detik kemudian dia mendorong dada Fachmi hingga lelaki itu mundur menjauh dengan raut wajah kaget.

BRAKK!

Belum hilang perasaan kaget Fachmi akibat teriakan Carissa, dia kembali dikagetkan suara pintu kamar mandi yang ditutup dengan keras.

"Astaga." Fachmi ternganga sambil memegang dada untuk menenangkan debar jantungnya yang memacu cepat.

Ini seperti senjata makan tuan. Tadi dia memang sengaja hendak mengganggu Carissa karena gadis itu terlihat sangat gugup ketika keluar dari kamar mandi. Tapi sekarang, malah Fachmi yang harus merasa kaget karena teriakan gadis itu.

Setelah debar jantungnya lebih tenang, Fachmi meletakkan kembali buku yang tadi diambilnya ke dalam tas lalu kembali duduk bersandar di ranjang. Namun belum sempat ia kembali membaca, ponselnya berbunyi menandakan pesan masuk.

Keluar sebentar.

Pesan itu dikirim oleh sepupunya, Juan. Salah satu alis Fachmi terangkat penasaran mengapa Juan mengganggunya di malam pertamanya. Jangan bilang Juan sengaja melakukan ini karena dia menjadi satu-satunya lelaki dewasa dalam keluarga mereka yang belum menikah. Sudut bibir Fachmi melekuk membentuk senyuman memikirkan hal itu. Segera dia turun dari ranjang menuju pintu sambil dalam hati memikirkan kata-kata manis untuk mengejek sang sepupu.

Accidentally Wedding (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang