Senin (21.42), 15 Oktober 2018
Ada yang kangen FachSa?
Eh, siapa sih yang manggil Fachmi-Carissa dengan panggilan begitu? Kedengarannya manis ^_^
------------------------
Carissa menghangatkan makanan yang dibuatkan sang Mama untuk hidangan makan malam. Tentu saja makanan itu hanya untuk dirinya sendiri. Dia tidak tertarik menghidangkan makan malam untuk si tua mesum itu seperti wanita bodoh.
Basah, lembut, dan sangat panas!
Mendadak wajah Carissa memerah saat dia ingat adegan di kamar mandi tadi siang.
Astaga, itu memalukan! Fachmi benar-benar si tua mesum. Dia bahkan tidak merasa bersalah nyaris mengotori otak polos Carissa yang masih suci. Yah, tidak benar-benar suci karena teman-temannya suka bercerita tentang hal itu. Tapi tetap saja, baru tadi Carissa berada dalam situasi yang sebenarnya. Dan itu semua gara-gara si tua mesum Fachmi.
Menu malam ini capcay kental buatan sang Mama. Salah satu makanan favorit Carissa. Mamanya juga ingat betul menambahkan lebih banyak daging dan brokoli seperti yang Carissa sukai.
Dengan hati senang, Carissa membawa semangkuk capcay dan segelas teh hangat ke meja makan. Tapi baru sesuap yang dia telan, suasana hatinya berubah buruk saat mendengar langkah kaki mendekat. Siapa lagi kalau bukan Om mesum Fachmi Aditama Effendi?
Lagi-lagi memori tadi siang mendadak menguasai benak Carissa, membuat merasa malu dan tidak berani menatap wajah Fachmi. Setelah melarikan diri dari kamar mandi, Carissa terus mengurung diri di kamar tamu. Fachmi sempat membujuknya keluar kamar dan berjanji tidak akan berbuat aneh lagi. Tapi Carissa belum bisa mengenyahkan bayangan panas di kamar mandi hingga dia memilih terus bersembunyi.
Baru saat malam tiba dan perut Carissa mulai protes minta diisi, terpaksa dia keluar sambil mengendap-endap. Beruntung Fachmi tengah asyik menonton tv. Kesempatan itu Carissa gunakan untuk segera mengganti pakaian lalu bergegas ke dapur. Tapi ternyata Carissa tidak bisa bersembunyi lebih lama. Mau tidak mau, kali ini dia harus menghadapi Fachmi.
Kreeekk.
Suara kursi ditarik lalu Fachmi duduk di seberang meja, tempat Carissa tengah menunduk menatap makanan di mangkuknya dengan hati gelisah.
"Kau hanya menyiapkan satu porsi?"
Pertanyaan Fachmi membuat Carissa menegang sejenak. Tapi lalu dia mengembuskan napas lega karena Fachmi tidak mengungkit kejadian tadi siang yang masih membuatnya memerah hanya dengan mengingatnya.
Memberanikan diri, Carissa mengangkat wajah lalu membalas tatapan Fachmi. "Masih banyak di lemari pendingin," ujarnya ketus.
"Oh, begitu."
Carissa sudah menyiapkan kata-kata tajam untuk berjaga-jaga jika Fachmi memaksanya melaksanakan kewajiban sebagai istri. Namun dia tertegun melihat Fachmi hanya angkat bahu.
"Tidak makan malam tidak akan membuatku mati. Kau lanjutkan saja. Aku akan menemanimu. Aku terbiasa makan sendirian dan rasanya tidak enak. Membuat makanan yang kunikmati terasa hambar. Jadi aku tidak akan membiarkanmu sendirian."
Ucapan Fachmi membuat Carissa terpaku dan jadi semakin gelisah. Dia sungguh tidak bisa membedakan apakah ucapan Fachmi barusan adalah sindiran atau bukan karena raut wajah lelaki itu tampak dingin seperti biasa. Tapi yang jelas, kalimat itu mencubit hati Carissa dan membuatnya merasa menjadi orang yang jahat.
"Kenapa harus menyiksa dirimu sendiri padahal kau bisa memanaskan makan malammu sendiri?"
Tak diduga, Fachmi tersenyum lembut. "Aku tidak sedang menyiksa diri sendiri, Carissa. Jadi jangan khawatirkan aku. Kau makan saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Accidentally Wedding (TAMAT)
Romance[CERITA MASIH LENGKAP SAMPAI END] Fachmi tidak tahu apa yang menarik dari seorang Carissa Aldira Prayoga. Dia hanyalah gadis SMK dengan tubuh rata tak berlekuk. Sama sekali bukan tipe Fachmi dan dirinya yakin tidak merasakan hal konyol yang disebut...