Rabu (14.30), 19 Desember 2018
---------------------------
Fachmi tidak tahu sejak kapan keberadaan Carissa bisa mempengaruhi dirinya. Lihat saja sekarang! Hanya karena gadis itu telah kembali ke sisinya membuat perasaan Fachmi yang diselimuti kegelapan beberapa hari terakhir terasa kembali cerah berwarna. Dia merasa seperti orang yang mendekati gila karena tidak bisa berhenti tersenyum.
Selesai mengganti setelan kerjanya dengan pakaian santai, Fachmi bergegas ke dapur. Senyum itu masih melekat di bibirnya. Perasaannya terasa sangat ringan dan dia begitu bersemangat. Benarkah semua perubahan ini terjadi hanya karena Carissa telah kembali?
Dengan cekatan, Fachmi menghangatkan masakan yang telah Carissa buat. Senyumnya semakin lebar. Gadis itu semakin mahir memasak. Dan kali ini dia memasak bukan karena paksaan atau merasa bersalah karena Fachmi sakit. Carissa memasak secara sukarela, dan mungkin menikmati kegiatannya.
Setelah semua hidangan tersaji di atas meja makan, Fachmi menghampiri Carissa yang masih sibuk dengan tugas-tugas sekolahnya. Sesekali tampak gadis itu meremas rambutnya yang halus dengan frustasi, membuat Fachmi tidak bisa menahan senyum geli.
"Sayang, ayo-"
Fachmi mematung saat tiba-tiba Carissa berbalik padanya, masih dengan posisi duduk di lantai, sambil menghunuskan pena ke arahnya seperti penjahat yang menghunuskan belati ke arah korbannya.
"Jangan mendekat!" seru Carissa lantang.
Apa yang terjadi? Apa dirinya membuat kesalahan lagi?
"Kenapa?" hanya satu kata itu yang bisa Fachmi ucapkan dengan nada bingung.
"Mundur!" kali ini Carissa berdiri untuk menegaskan perintahnya. Matanya menatap tajam Fachmi dengan ekspresi yang sulit diartikan.
Fachmi mengangkat kedua tangan lalu mundur dua langkah. "Baiklah, Mas mundur. Tapi jelaskan dulu Mas salah apa."
"Mundur lagi, kurang jauh!" Carissa masih menghunuskan penanya sementara tangan yang lain memberi isyarat agar Fachmi mundur semakin jauh.
Fachmi kembali mengambil beberapa langkah mundur.
"Oke." Carissa mendesah lega setelah Fachmi cukup jauh darinya. "Pokoknya sebelum aku selesai mengerjakan semua ini, Mas tidak boleh mendekat lebih dari itu," ujar Carissa tegas.
Salah satu alis Fachmi terangkat bingung. "Memangnya kenapa?"
"Mas merusak konsentrasiku. PR-ku masih banyak dan semua ini harus dikumpulkan besok." Carissa mendesah lelah seraya mengacak rambutnya.
Mendadak Fachmi terbahak mendengar alasan Carissa. Istri kecilnya sangat menggemaskan, bukan? Apa katanya tadi? Fachmi merusak konsetrasinya? Jadi keberadaan Fachmi mempengaruhi Carissa?
"Ya, pasti lucu sekali melihatku tersiksa seperti ini." Carissa merengut kesal. Dia berbalik membelakangi Fachmi lalu duduk kembali di lantai untuk melanjutkan pekerjaannya.
Lagi, pengendalian diri Fachmi runtuh. Mengetahui keberadaannya mempengaruhi Carissa membuat dia tidak bisa menahan langkah lebarnya mendekati sang istri. Lalu tanpa peringatan dia berlutut, menarik tubuh Carissa dan mendekapnya erat.
DEG.
Rasanya jantung Carissa baru saja melompat ke tenggorokannya merasakan dekapan tiba-tiba Fachmi. Suatu perasaan aman dan nyaman yang familiar merasuk di hati Carissa. Pelukan ini yang selalu diingatnya tiga hari terakhir saat hendak memejamkan mata. Pelukan ini juga yang dia harapkan begitu terjaga dari tidurnya yang tak lelap. Dan kini setelah merasakan pelukan ini lagi, Carissa merasa telah pulang. Kembali ke tempat seharusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Accidentally Wedding (TAMAT)
Romance[CERITA MASIH LENGKAP SAMPAI END] Fachmi tidak tahu apa yang menarik dari seorang Carissa Aldira Prayoga. Dia hanyalah gadis SMK dengan tubuh rata tak berlekuk. Sama sekali bukan tipe Fachmi dan dirinya yakin tidak merasakan hal konyol yang disebut...