Jumat (08.58), 11 Januari 2019
--------------------------
Farrel sedang berbincang serius dengan seorang mandor saat ponsel di saku celananya bergetar. Dia pamit sejenak pada si mandor lalu menerima panggilan telepon setelah memeriksa caller-id.
"Halo, Sa."
"Cepat ke apartemen sekarang atau aku akan bunuh diri!"
"Hah?"
"Jangan katakan pada siapapun termasuk Fachmi atau Kakak hanya akan melihat mayatku."
Tut tut tut.
Shit!
Farrel mengumpat dalam hati seraya memasukkan kembali ponsel ke saku celana. Dia buru-buru memberitahu asistennya bahwa dirinya harus pergi lalu setengah berlari menuju parkiran.
Sial! Mereka yang menikah kenapa dirinya yang harus terus kesusahan? Setelah Fachmi bertingkah seperti anak kecil yang susah diatur, kini Carissa nyaris membuat jantungnya lepas. Bisa-bisanya gadis itu menelepon dan mengancam akan bunuh diri. Kenapa dia tidak melakukan hal ini pada suaminya saja dan malah merepotkan dirinya?
***
Carissa meletakkan ponselnya di nakas setelah menghubungi Farrel lalu duduk di sisi ranjang, masih menggunakan bathrobe sehabis mandi.
Tadi dia berniat melupakan masalahnya sejenak dan memilih berangkat sekolah. Tapi hatinya gelisah. Dia merasa tidak tenang jika membiarkan masalahnya dengan Fachmi terus berlanjut. Dan karena Fachmi tampaknya tidak mau menyelesaikan masalah di antara mereka, maka Carissa yang harus memulainya.
Selama mandi berendam, Carissa terus memikirkan ucapan Fachmi. Dia merasa ada yang janggal. Fachmi marah pada dirinya. Awalnya Carissa pikir karena kehadiran wanita lain itu. Tapi rasanya aneh sekali. Bukankah lelaki yang selingkuh cenderung jadi lebih manis sikapnya pada sang istri untuk menyembunyikan perbuatannya?
Kembali Carissa berpikir, mencoba mengingat apa dirinya tanpa sengaja berbuat sesuatu yang akhirnya membuat Fachmi marah. Padahal selama ini bisa dibilang Fachmi sangat telaten menghadapi dirinya yang egois. Suaminya selalu sangat sabar meski Carissa bersikap kekanakan. Kecuali saat-
Bryan.
Ingatan mengenai kemarahan Fachmi hari itu terlintas dalam benak Carissa. Meskipun beberapa kali Fachmi tampak kesal padanya, tapi hari itu untuk pertama kalinya Fachmi benar-benar menumpahkan amarah pada Carissa. Dan pemicu amarah Fachmi adalah kesalahpahaman. Sang suami menduga Carissa selingkuh dengan Bryan karena melihatnya makan bersama pemuda itu.
Dugaan itu membuat Carissa semakin tidak tenang. Selesai mandi dia berjalan mondar-mandir di kamar, memikirkan apakah Fachmi juga melihat kejadian di pelataran Mall. Kalau benar begitu, berarti Carissa sungguh berada dalam masalah besar. Tapi siapa yang bisa membenarkan dugaannya sementara Fachmi sendiri bungkam?
Lalu kelebat sosok saudara kembar Fachmi merasuk dalam benak Carissa. Ya, benar. Siapa lagi yang tahu cukup banyak tentang Fachmi selain Farrel? Kalaupun Farrel tidak tahu alasan yang membuat Fachmi marah pada Carissa sekarang, tapi Farrel tetap bisa mengorek informasi jika diperlukan.
Karena itulah Carissa memutuskan menelepon Farrel lalu melontarkan ancaman. Jika tidak begitu, Kakak iparnya itu pasti akan mencari alasan untuk menolak datang menemui Carissa. Wajar sih. Sekarang masih jam kerja. Pasti Farrel tidak bisa pergi begitu saja kecuali ada keadaan darurat, kan?
Sekitar lima menit sejak ia menghubungi Fachmi, Carissa teringat sesuatu. Berdiri, ia berjalan keluar kamar menuju ruang belajar. Yah, Carissa menyebutnya ruang belajar karena dia menyimpan buku-buku pelajaran dan keperluan sekolahnya dalam ruangan itu sementara Fachmi menyebutnya ruang kerja mengingat dalam ruangan itu terdapat meja kerjanya yang lebar dan rak-rak berisi kumpulan dokumen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Accidentally Wedding (TAMAT)
Romance[CERITA MASIH LENGKAP SAMPAI END] Fachmi tidak tahu apa yang menarik dari seorang Carissa Aldira Prayoga. Dia hanyalah gadis SMK dengan tubuh rata tak berlekuk. Sama sekali bukan tipe Fachmi dan dirinya yakin tidak merasakan hal konyol yang disebut...