Kamis (14.58), 27 Desember 2018
-------------------------
Fachmi memalingkan wajah dari sendok yang diulurkan Carissa ke depan bibirnya, membuat Carissa menghela napas entah untuk yang keberapa kali.
"Mas, makan dulu walau cuma sedikit."
Fachmi menggeleng. "Tidak enak."
"Namanya juga masih sakit. Tapi tetap harus dipaksa makan."
"Pahit, Sayang." Fachmi menatap memohon pada Carissa.
Carissa merengut. Dia yakin bukan makanannya yang pahit. Fachmi saja yang manja. Sebenarnya Mama Rena sudah memperingatkan Carissa tentang hal ini. Fachmi jadi semanja anak kecil saat sedang sakit.
"Ya sudah. Kalau Mas tidak mau makan, aku pulang saja."
Carissa meletakkan makanan di nakas lalu bersiap berdiri namun urung karena Fachmi buru-buru mencekal lengannya.
"Kok ngambek sih?"
"Mas seperti anak kecil." Carissa masih merengut.
"Jangan merengut begitu. Mas jadi pengen cium."
"Makan!" Carissa melotot.
Fachmi nyengir. "Baiklah, Mas mau makan. Tapi cium setelah satu suapan. Begitu terus sampai habis."
"Sampai ketemu besok!" seru Carissa kesal. Dia melepas tangan Fachmi dari lengannya lalu keluar kamar setelah menyambar tasnya.
Fachmi ternganga melihat Carissa menghilang dibalik pintu ruang rawatnya. Tapi kemudian dia tersenyum geli. "Mas yakin kamu tidak akan pulang." Dengan santai Fachmi menarik selimut lalu memejamkan mata.
Sementara itu Carissa menunggu di depan pintu ruang rawat Fachmi. Keningnya berkerut lalu ia menempelkan telinga di daun pintu karena tidak mendengar suara apapun. Apa Fachmi tidak memanggilnya agar kembali?
Baiklah, terserah!
Carissa menghentakkan kaki kesal lalu bergegas pergi. Tapi langkahnya melambat di dekat taman rumah sakit. Bocah besar itu benar-benar membiarkan dirinya pergi tanpa berusaha mencegah?
Carissa berjalan kesal ke bangku taman lalu duduk. Dia memeriksa ponselnya. Mungkin Fachmi mengiriminya pesan. Kemarin Carissa membawakan ponselnya karena dia terus berkata hendak memeriksa email.
Sama sekali tidak ada pesan masuk atau sekedar telepon untuk menanyakan Carissa hendak pergi ke mana. Apa sekarang Fachmi tidak peduli? Bahkan jika Carissa pergi bersama Bryan?
Mendadak senyum Carissa merekah. Mungkin dia bisa mencoba peruntungannya untuk membujuk Fachmi makan. Yah, Carissa belum berani mengartikan terlalu jauh alasan sikap Fachmi padanya. Tapi sepertinya Fachmi, hm-cemburu saat dirinya ketahuan makan bersama Bryan.
Baiklah, Carissa akan mencobanya. Toh tidak ruginya. Kalaupun ternyata dia salah paham dan Fachmi sama sekali tidak cemburu, Carissa tetap bisa jalan-jalan bersama Githa dan melepas penat dari mengurus bocah besar itu.
Sambil menahan senyum, Carissa kembali ke ruang rawat Fachmi. Bibirnya mengerucut kesal melihat Fachmi ternyata asyik menonton film horror di ponselnya.
"Tidak jadi pergi?" tanya Fachmi tanpa mengalihkan perhatian dari layar ponsel yang dia angkat di depan wajah dengan satu tangan.
Carissa yakin mendengar nada geli dalam suara Fachmi. Sepertinya suaminya itu yakin bahwa Carissa tidak akan pergi. "Aku mau izin pergi bersama Githa. Di apartemen sendirian pasti sangat membosankan."
Fachmi menyingkirkan ponsel dari depan wajah lalu menoleh menatap Carissa dengan salah satu alis terangkat. "Kamu mau jalan-jalan sementara suamimu terbaring di rumah sakit?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Accidentally Wedding (TAMAT)
Romance[CERITA MASIH LENGKAP SAMPAI END] Fachmi tidak tahu apa yang menarik dari seorang Carissa Aldira Prayoga. Dia hanyalah gadis SMK dengan tubuh rata tak berlekuk. Sama sekali bukan tipe Fachmi dan dirinya yakin tidak merasakan hal konyol yang disebut...