23. Kecelakaan

130K 8K 375
                                    

Jumat (14.17), 21 Desember 2018

---------------------------

Carissa tidak bisa menahan perasaan kagum melihat Fachmi yang tampak gagah dengan jaket kulit, celana jins, dan sepatu jenis boots. Semua itu membalut tubuh Fachmi dengan pas, menampakkan bentuk tubuhnya yang bisa membuat wanita meleleh.

Carissa sendiri juga berpenampilan serupa, namun tanpa jaket kulit. Dia hanya mengenakan jaket denim karena sedari dulu tidak pernah nyaman mengenakan jaket kulit.

"Kapan-kapan kita beli pakaian yang sama. Mas tidak punya jaket denim. Sudah lama sejak terakhir menggunakannya." Ujar Fachmi sambil fokus mengemudi.

"Ya, tidak heran sih. Mas kan memang sudah tua." Carissa nyengir.

"Tapi lelaki tua ini suamimu, Sayang." Fachmi mengedipkan sebelah mata ke arah Carissa lalu kembali mengalihkan perhatian pada jalanan.

Carissa tersenyum tersipu. Dia sampai harus menggigit bibir dan memalingkan wajah ke jendela kaca di sampingnya agar tidak menyeringai lebar seperti orang bodoh.

Beberapa menit kemudian, mobil yang mereka tumpangi melambat di jalanan yang memang jarang dilalui. Tampak sekumpulan remaja serta puluhan motor tak jauh dari sana. Tidak terlalu banyak. Tapi pasti lebih dari dua puluh motor.

"Apa tidak ada orang tua yang mengawasi bocah-bocah itu?" tanya Fachmi seraya mematikan mesin mobil.

Carissa menahan senyum geli. "Mas saja yang mengawasi kami. Mas kan sudah tua."

Fachmi menoleh ke arah Carissa dengan tatapan tajam. "Bilang tua sekali lagi, Mas cium kamu di depan teman-temanmu."

"Ups!" Carissa menutup mulut pura-pura menyesal namun matanya berkilat geli.

Akhirnya senyum Fachmi kembali muncul lalu dia mengacak lembut puncak kepala Carissa. "Ayo turun."

Carissa merengut. "Harusnya bukakan pintu."

"Manja." Fachmi menjulurkan lidah lalu keluar.

Carissa turut keluar masih dengan wajah merengutnya. Tapi kemudian dia tersenyum lebar sambil melambai ke arah teman-temannya lalu menghampiri mereka bersama Fachmi.

"Kukira tidak bisa datang," Jono berkata. "Ternyata bisa tapi harus bawa bodyguard, ya?" Dia menyeringai sambil mengangguk kecil ke arah Fachmi.

Fachmi membalas anggukan Jono. "Ya. Papa Carissa tidak akan memberi izin jika tidak ada yang mengawasinya."

"Kami hanya balapan kok, Kak. Tidak berbuat rusuh." Jono berusaha meyakinkan.

Fachmi hanya tersenyum tipis sebagai balasan.

"Sa, ini siapa?" tanya Resti. Dia sudah kuliah. Menurut kabar yang Carissa dengar, dia dijuluki ayam kampus. Suka sekali memamerkan bentuk tubuhnya yang memang bisa dibilang sempurna.

Seperti sekarang, di antara remaja yang sebagian besar adalah kaum Adam, dia dengan santainya mengenakan rok mini setengah paha yang memamerkan kaki jenjangnya. Sementara bagian atasnya hanya ditutup tanktop yang lebih cocok sebagai pakaian dalam. Carissa bahkan heran kenapa dia tidak kedinginan di malam yang dingin seperti ini.

Sungguh, Carissa enggan menanggapi Resti. Padahal sebelumnya hubungan mereka baik-baik saja meski tidak akrab. Tatapan Resti yang nakal dan seolah menelanjangi Fachmi membuat Carissa geram.

"Dia-"

Sebelum Carissa menyelesaikan ucapannya, mendadak Fachmi mengulurkan tangan ke arah Resti yang langsung disambut girang gadis genit itu. "Panggil saja Fachmi. Aku sepupu jauh Carissa."

Accidentally Wedding (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang