Senin (06.54), 14 Januari 2019
---------------------
KLEK.
Fachmi memilih tetap fokus pada pekerjaannya saat mendengar pintu ruangannya terbuka. Dia yakin itu Farrel karena saudara kembarnya itu jadi semakin sering merecokinya sejak dirinya terus menghindari Carissa.
"Kau tidak keluar makan siang?" tanya Farrel setelah duduk nyaman di sofa.
"Aku tidak ingin diganggu."
"Pantas saja Carissa jadi memilih menghubungiku daripada kau."
Fachmi tertegun sejenak mendengar nama Carissa tapi lalu pura-pura tak acuh.
Farrel tersenyum kecil melihat kakaknya yang masih menampilkan sikap tenang. Dia penasaran sejauh apa Fachmi bisa tetap begitu. "Tadi aku panik sekali. Dia tiba-tiba menelepon lalu berkata tidak sanggup hidup lagi. Katanya dia ingin bunuh diri."
Kepala Fachmi mendongak tiba-tiba lalu menatap saudara kembarnya tajam. "Itu sama sekali tidak lucu."
"Katakan itu pada istrimu!" sergah Farrel pura-pura kesal. "Tanyakan saja pada asistenku. Aku pergi seperti orang kesetanan setelah menerima telepon dari Carissa. Di apartemen kalian aku mendapatinya hanya mengenakan bathrobe dan membawa entah racun apa." Farrel menghela napas seraya menggosok wajahnya frustasi. "Aku khawatir dia sudah meminumnya sebelum aku datang. Tapi dia tidak mau dibawa ke dokter atau aku menghubungi-"
Farrel terdiam melihat Fachmi berdiri seraya cepat-cepat membenahi meja kerjanya.
"Kau mau ke mana?"
"Tentu saja menemui istriku, bodoh."
Farrel tersenyum mengejek. "Kupikir kau tidak mau menemuinya."
"Aku akan membunuhmu kalau ternyata kau berbohong."
"Istri yang diabaikan suaminya, kalau tidak berbuat sesuatu yang nekat, ya pergi dengan lelaki lain." Lagi-lagi Farrel menghela napas. "Sebagai seorang kakak, aku lebih suka Carissa memilih pergi dengan lelaki lain saja. Aku tidak suka memikirkan dia akan menyakiti dirinya sendiri."
"Kalau kau tidak tutup mulut, kau yang akan kuracun nanti," geram Fachmi.
"Oh ayolah. Apa kau lebih suka Carissa menyakiti diri sendiri? Setidaknya jika bersama lelaki lain, dia masih hidup dan sehat. Sepertinya lelaki yang di Mall itu cocok Lagipula mereka juga sudah berciuman, kan?"
Grrr!
Fachmi menatap Farrel seolah siap menelannya hidup-hidup. "Aku akan benar-benar menghabisimu jika ternyata kau membohongiku." Lalu dengan jas yang tersampir di satu lengan, Fachmi bergegas keluar ruangannya.
***
Carissa baru saja selesai mencuci peralatan bekas makan siangnya. Kali ini dia makan dengan tenang bahkan menghabiskan dua porsi. Mengetahui bahwa tidak ada masalah serius dengan rumah tangganya membuat perasaan Carissa terasa ringan dan nafsu makannya kembali.
Selesai di dapur, Carissa hendak ke ruang belajar untuk memeriksa apa ada PR yang belum dia selesaikan. Fachmi masih akan pulang pukul lima sore nanti atau lebih malam lagi. Masih ada banyak waktu untuk mulai menyiapkan rencananya.
Tapi baru saja melewati ruang tengah, dia mendengar pintu depan dibuka lalu ditutup kembali dengan terburu-buru. Apakah maling?
"Carissa!"
Seketika Carissa terbelalak mendengar suara itu. Buru-buru dia berlari ke kamar, terus masuk ke kamar mandi. Kenapa Fachmi pulang sekarang? Dirinya jadi tidak bisa menjalankan rencananya kalau Fachmi mendapatinya baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Accidentally Wedding (TAMAT)
Roman d'amour[CERITA MASIH LENGKAP SAMPAI END] Fachmi tidak tahu apa yang menarik dari seorang Carissa Aldira Prayoga. Dia hanyalah gadis SMK dengan tubuh rata tak berlekuk. Sama sekali bukan tipe Fachmi dan dirinya yakin tidak merasakan hal konyol yang disebut...