17. Pertengkaran

132K 7.9K 113
                                    

Rabu (23.55), 12 Desember 2018

------------------------

Carissa tersenyum mengingat kejadian tadi di Mall. Hanya beberapa jam mengenal Bryan, Carissa tahu pemuda itu tipe pemain perempuan. Caranya klasik. Dia suka membuat gadis yang menjadi targetnya melambung tinggi dengan segala perhatian yang seolah hanya untuk gadis itu. Tapi pasti setelah berhasil mendapat apa yang dia mau, Bryan tidak akan segan menghempas si gadis menjauh darinya.

Tapi sayang, caranya kalah profesional dengan Farrel. Farrel itu jagonya pemain perempuan. Carissa sudah banyak mengamati caranya bahkan tidak segan bertanya langsung pada Farrel agar tidak jatuh ke dalam pelukan lelaki macam itu. Untung saja Kanza sudah berhasil menjerat Farrel dan membuatnya bertobat.

Lalu bagaimana dengan Fachmi? Tanya Carissa dalam hati seraya membuka pintu apartemen.

Carissa sama sekali tidak tahu bagaimana cara Fachmi menjerat mangsanya. Mungkin karena mereka tidak terlalu dekat. Yang dia tahu hanya saat memergoki Fachmi tengah bermesraan dengan wanita-wanita itu lalu memutuskan hubungan dengan kejam hingga mereka merendahkan diri dengan bersujud di depan Fachmi.

Carissa tidak langsung melanjutkan langkah begitu pintu apartemen menutup di belakangnya. Dia terdiam, memikirkan tentang Fachmi.

Apa mungkin sikap manis Fachmi sejak mereka menikah adalah bagian dari caranya menjerat para wanita? Bisa jadi memang seperti itu, kan? Fachmi yang dingin memperlakukan seorang wanita dengan manis seolah sikap manis itu hanya ditujukan pada satu orang. Tapi pada akhirnya, begitu dirinya bosan dia akan menunjukkan wujud aslinya.

Kening Carissa berkerut. Apa seperti itu juga cara Fachmi hendak meluluhkan dirinya? Dan apa lelaki itu sudah berhasil?

Tidak!

Kalau memang seperti itu rencana Fachmi, Carissa tidak akan membiarkannya. Dia tidak akan luluh dan bermain hati. Carissa masih percaya bahwa suatu hari pernikahan ini akan berakhir dan dirinya akan mendapatkan kebebasan kembali.

"Melamunkan pemuda tadi, eh?"

Pertanyaan yang tiba-tiba itu membuat Carissa tersentak kaget. Dia pikir dirinya seorang diri dalam apartemen. Tapi begitu menoleh ke sofa ruang tamu, tampak Fachmi tengah duduk bersandar di sana dengan kaki ditumpangkan di atas meja.

"Mas? Katanya Mas masih ada pekerjaan?" tanya Carissa, masih dengan telapak tangan menutup dada untuk meredakan debar jantungnya.

Fachmi berdiri, menghampiri Carissa dengan sikap seorang predator yang membuat Carissa mengernyit tak nyaman. Jas Fachmi sudah dilepas dan diletakkan di punggung sofa. Dasinya tergeletak di atas jasnya. Sementara lengan kemeja yang dia kenakan sudah digulung sebatas siku dan dua kancing teratas dibiarkan terbuka.

"Jadi, itu sebabnya kau berani bermain-main di belakangku? Karena berpikir aku masih 'ada pekerjaan' hingga tidak mungkin memergokimu?"

"Maksud Mas apa? Aku tidak mengerti?"

Tak diduga, Fachmi mencengkeram rahang Carissa secara kasar dengan satu tangan. "Kau istriku, Carissa! Aku tidak terima istriku bermain api di belakangku," geram Fachmi.

"Siapa yang bermain api? Aku sungguh tidak mengerti Mas bicara apa." Carissa meringis karena dagunya terasa sakit. Fachmi mencengekeramnya sangat kuat.

"Aku melihatmu bersama seorang pemuda di Mall. Kalian tampak—hm, apa ya? Akrab? Kau sepertinya sangat menikmati perlakuannya." Mata Fachmi berkilat semakin tajam. "Kau sengaja ingin membuatku malu? Membuat keluarga kita malu? Bagaimana pendapat orang-orang jika mengetahui kelakuanmu di belakang suamimu?"

Accidentally Wedding (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang