33. Epilog

231K 8.8K 309
                                    

Senin (12.19), 21 Januari 2019

Tau kisah para orang tua si kembar dan Juan di Trilogy of Night Club?

1. Kekasih Akhir Pekan (Rafka - Rena)
2. Polisi Penggoda (Freddy - Ratna)
3. The Guy and Little Girl (Alan - Destia)

------------------------

Carissa memasang sentuhan akhir di wajahnya berupa lipstik berwarna peach yang membuat bibirnya tampak merah alami. Lalu dia berdiri di depan cermin tinggi di meja riasnya sambil memperhatikan penampilannya dari berbagai sisi.

Gaun merah yang Carissa kenakan tampak menonjolkan kulit putihnya. Gaun itu menutup sepenuhnya bagian atas Carissa hingga garis lehernya sementara lengannya terbuka dan membalut rapat bagian dada, perut, serta pinggangnya. Lalu sebatas pinggul hingga lutut menyerupai rok a-line skirt.

Rambutnya sengaja digerai dan dibiarkan sedikit jatuh melewati pundak hingga ke dadanya. Sedangkan bagian kakinya dia hanya mengenakan sepatu sewarna gaunnya namun beralas datar. Carissa dan high-heels tidak pernah memiliki hubungan akrab.

Malam ini adalah malam minggu yang dijanjikan Fachmi. Lelaki itu bilang dia ingin menyiapkan makan malam yang spesial untuk Carissa. Namun Carissa tidak tahu mereka akan malam di mana. Suaminya itu hanya pamit sekitar satu setengah yang lalu dan berkata hendak menyiapkan segala sesuatunya. Dan Carissa memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk mempercantik diri.

Dia menatap cermin untuk yang terakhir kalinya sambil tersenyum geli. Untuk pertama kalinya Carissa benar-benar serius berdandan. Memilih secara cermat tiap warna yang hendak dipoleskan ke wajah. Tidak ada yang bisa membuat Carissa melakukan hal itu kecuali sang suami.

Puas dengan penampilannya, Carissa keluar kamar untuk menunggu Fachmi di ruang tengah. Tampaknya Fachmi belum pulang karena lelaki itu sama sekali tidak pergi ke kamar. Harusnya dia langsung ke kamar untuk bersiap jika sudah pulang.

Namun baru saja Carissa berjalan beberapa langkah, aroma lezat yang tampak jelas menguar dari dapur menghentikan langkahnya. Lalu kening Carissa berkerut memikirkan siapa yang masuk ke sini tanpa permisi dan memasak di dapur. Mungkinkah Mamanya? Tapi Mamanya tidak tahu kode keamanan apartemen ini. Atau Mama Fachmi? Yah, mungkin saja.

Penasaran, Carissa bergegas ke dapur. Tapi lalu dia tertegun dengan bibir terbuka di ambang pintu dapur melihat lelaki yang menurutnya paling tampan sedunia mengenakan celemek dan tampak cekatan saat mengiris-iris sesuatu yang seperti bawang lalu mengaduk-aduk panci.

Merasa diperhatikan, Fachmi mendongak dari kegiatannya lalu tersenyum lebar saat bertemu pandang dengan Carissa. Sejenak dia meletakkan pisau di tangannya lalu menumpukan kedua tangan di atas meja pantri sambil memperhatikan Carissa dari atas ke bawah.

"Kau luar biasa menawan, Istriku," pujinya lalu mengedipkan mata. "Duduklah di sana." Fachmi mengedikkan dagu ke arah kursi di depan meja pantri seberangnya lalu kembali melanjutkan kegiatannya.

Masih dengan raut tak percaya, Carissa duduk sesuai arahan Fachmi. Butuh waktu beberapa lama hingga Carissa bisa berbicara kembali.

"Mas bisa memasak?!" Carissa tidak bisa menahan nada tinggi dalam suaranya. Bahkan ada nada menuduh yang jelas terdengar.

"Hmm, yah." Hanya itu jawaban Fachmi sambil menahan senyum geli.

"Jadi kalimat 'aku hanya makan mie instan' jelas merupakan kebohongan?" Carissa menegakkan tubuh sambil menatap Fachmi tajam.

Fachmi meringis lalu membalas tatapan Carissa dengan sorot hati-hati. "Sejujurnya, Mas memang berbohong. Tapi kau tidak akan pernah mau belajar masak jika Mas tidak melakukannya. Padahal Mas ingin mencoba masakan buatan istri."

Accidentally Wedding (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang