Kamis (15.31), 17 Januari 2019
Selalu saja, menulis part-part terakhir adalah pekerjaan berat. Jadi nulis yang lainpun terasa sulit -_-
-----------------------------
"Dingin?" tanya Fachmi sambil mengeratkan pelukan di tubuh Carissa seraya membetulkan selimut yang menutupi mereka berdua.
Kini keduanya tengah berbaring di teras balkon hanya beralaskan selimut tebal dan dua bantal. Hanya satu bantal di belakang kepala Fachmi yang digunakan sementara Carissa menggunakan lengan dan bahu Fachmi sebagai bantal.
"Tidak, ini nyaman. Mengingatkanku pada malam pertama kita." Carissa menyeringai saat menatap wajah sang suami di bawah cahaya bulan dan bintang-bintang.
Fachmi menunduk membalas tatapan Carissa. Bibirnya menahan senyum geli mengingat kenangan itu. "Bedanya kau lebih tenang sekarang. Tidak berteriak seperti waktu itu, seolah Mas akan menerkammu sewaktu-waktu."
"Kalau sekarang, diterkam juga tidak masalah. Aku pasrah." Carissa terkikik geli yang langsung ditimpali tawa sang suami.
Fachmi menempelkan bibirnya di puncak kepala Carissa seraya mengendus aroma shampoo Carissa yang familiar dan menenangkan hatinya. "Besok lusa, malam minggu, Mas ingin mengajakmu makan malam yang spesial."
"Oh ya?" Mata Carissa berbinar saat kembali bertemu pandang dengan mata sang suami. "Apa kita akan makan malam di restoran mewah?"
"Hmm, mungkin."
Mata Carissa menyipit curiga tapi senyum tipis tidak lepas dari bibirnya. "Mencurigakan. Ada yang Mas rencanakan?"
"Tentu saja ada." Fachmi mengedipkan sebelah mata menggoda Carissa.
"Aku jadi penasaran dan tidak sabar," desah Carissa sambil mengecup rahang Fachmi seraya memeluk pinggang suaminya itu lebih erat.
"Mas harap kau menyukainya."
"Aku pasti menyukainya."
Selanjutnya hening. Keduanya tengah menikmati kedekatan tubuh mereka sambil memandangi lampu-lampu di kejauhan dan kelap-kelip bintang di langit. Embusan angin malam sama sekali tidak menjadi pengganggu dan bahkan menjadi alasan untuk mereka semakin merapatkan diri satu sama lain.
"Ngantuk?" tanya Fachmi kemudian.
Carissa menggeleng. "Aku bahkan tidak bisa tidur."
"Mau jalan-jalan?"
Mendadak wajah Carissa berbinar. "Ke klub?"
"Yang benar saja. Kau masih di bawah umur."
Carissa merengut seraya mengangkat tangan yang dilingkari cincin ke depan wajah Fachmi. "Sekedar mengingatkan, aku sudah menikah, Om. Kalau aku sudah dianggap cukup besar untuk menikah, seharusnya aku juga sudah cukup besar untuk main di klub."
Fachmi terkekeh geli. "Baiklah, Nona Carissa. Kita akan bersenang-senang di klub. Tapi klub Papa Alan."
Carissa menyeringai. "Aku juga hendak mengajak ke sana. Papa pasti gusar sekali melihatku nanti."
"Anak nakal."
Carissa hanya terkikik geli sebagai tanggapan lalu dengan enggan melepaskan diri dari pelukan Fachmi.
***
Carissa memeluk lengan Fachmi sambil menatap sekeliling dengan tatapan girang. Sudah lama dirinya tidak datang ke klub, terutama klub ini, Fly Club. Dan ini pertama kalinya ia bisa bebas berkeliaran tanpa khawatir ketahuan anggota keluarga atau diusir keluar karena masih di bawah umur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Accidentally Wedding (TAMAT)
Romance[CERITA MASIH LENGKAP SAMPAI END] Fachmi tidak tahu apa yang menarik dari seorang Carissa Aldira Prayoga. Dia hanyalah gadis SMK dengan tubuh rata tak berlekuk. Sama sekali bukan tipe Fachmi dan dirinya yakin tidak merasakan hal konyol yang disebut...