Minggu (21.31), 30 September 2018
-----------------------
Carissa duduk sambil menahan kesal melihat betapa bahagia keluarga besarnya di atas penderitaan dirinya. Mereka sama sekali tak tampak bersalah telah melemparkan dirinya ke dalam mulut buaya tua mesum macam Fachmi.
Setelah ciuman pertamanya diambil secara paksa, Carissa berusaha untuk mengabaikan keberadaan Fachmi. Sulit memang. Apalagi si tua mesum itu selalu mencari alasan untuk menyentuh dirinya. Terutama saat malam hari, ketika mereka berdua sudah di atas ranjang dan bersiap tidur. Manusia es itu tidak akan melewatkan kesempatan untuk memeluknya. Membuat Carissa susah tidur karena gerah dan tidak nyaman dengan kedekatan tubuh mereka yang dipaksakan.
Hufft!
Yah, setidaknya Carissa bersyukur karena Fachmi belum meminta haknya sebagai suami. Tapi yang menyebalkan, Fachmi selalu menggunakan hal itu untuk mengancam Carissa agar menuruti keinginannya.
Dan setelah semua hal yang membuatnya sakit kepala itu, kini Carissa harus menghadapi neraka yang sebenarnya. Neraka yang diciptakan Fachmi dan keluarganya untuk mengurung Carissa. Entah dirinya bisa selamat atau tidak, hanya waktu yang bisa menjawabnya.
"Duh, pengantin baru diam aja. Sudah tidak sabar ingin kami pergi, ya?" Jessie yang baru saja mengambil minuman, duduk di samping Carissa yang sedang berkutat dengan pikirannya sendiri.
"Jangan ganggu, Jess," Carissa berkata kesal.
"Ckckck, pasti kau sedang mengingat momen bulan madu kalian." Jessie tersenyum lebar. "Bagaimana? Fachmi benar-benar hot, kan?"
"Aku akan melemparmu dari balkon kalau kau tidak berhenti." Carissa melotot.
"Kau tidak akan melakukan itu. Rasa sayangmu padaku terlalu besar," Jessie terkikik. "Apa yang menimpamu adalah pelajaran berharga untukku. Jangan terlalu benci pada seseorang karena bisa saja di masa depan, orang itu akan menjadi pasangan kita."
"Jessie!" pekik Carissa. "Kau sudah janji untuk tidak menertawakanku."
Jessie berusaha menahan tawanya. "Aku tidak tertawa."
"Kau menyebalkan!" Carissa berdiri lalu keluar dari ruang makan sambil menghentakkan kaki.
"Carissa, jangan merajuk. Aku benar-benar tidak tertawa."
Carissa mengabaikan ocehan Jessie dan terus berjalan ke ruang tengah di mana keluarganya tengah berkumpul sambil berbincang hangat.
"Carissa sayang, kau baik-baik saja? Kenapa lama sekali di dapur?"
Carissa menoleh ke arah Mama Fachmi yang baru saja bertanya. Seulas senyum dia paksakan tampak di bibirnya. "Tadi Carissa masih di kamar mandi, Tan."
"Mama." Rena mengoreksi.
"Eh, iya. Mama." Carissa nyengir.
"Kalau sudah, sekarang duduk di sini." Rena menepuk sofa di antara dirinya dan Ratna yang tengah duduk.
Dengan cepat Carissa mengamati tempat itu. Napas lega ia embuskan saat tidak melihat para lelaki di sana. "Di mana yang lain?" tanya Carissa basa-basi seraya duduk di antara Rena dan Ratna.
"Entahlah. Katanya ingin berkumpul sebelum benar-benar melepas Fachmi dalam rumah tangga." Ratna angkat bahu.
"Aku tidak berani bertanya. Apa yang mereka lakukan pasti selalu membuat sakit kepala," celetuk Destia yang duduk di sofa tunggal.
"Seperti saat pesta lajang Farrel." Carissa terkikik geli mangingat hal itu.
"Jangan ingatkan aku. Itu sangat memalukan." Kanza yang duduk di sofa tunggal seberang Destia hanya bisa meringis ngeri. "Semoga anakku tidak mewarisi kelakuan konyol papanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Accidentally Wedding (TAMAT)
Romance[CERITA MASIH LENGKAP SAMPAI END] Fachmi tidak tahu apa yang menarik dari seorang Carissa Aldira Prayoga. Dia hanyalah gadis SMK dengan tubuh rata tak berlekuk. Sama sekali bukan tipe Fachmi dan dirinya yakin tidak merasakan hal konyol yang disebut...