Kamis (22.22), 20 Desember 2018
-------------------------
Ada yang berubah.
Keduanya sama-sama merasakan itu. Tapi bukan dalam arti buruk. Membuat hubungan mereka jadi tambah dekat tapi terkadang canggung dan malu-malu.
Seperti saat ini ketika mereka sama-sama berganti pakaian. Untuk pertama kalinya sejak menikah mereka ganti pakaian dalam satu kamar. Itu membuat mereka merasa semakin dekat. Namun tak ayal merasa canggung dan malu. Wajah keduanya sama-sama memerah dengan posisi tubuh saling memunggungi saat mengenakan pakaian masing-masing. Yang satu setelan kerja formal. Yang satu lagi seragam sekolah.
"Sudah selesai?"
Carissa tersentak seraya buru-buru memasang kancing terakhir baju seragamnya. "Eh, iya." Dia melirik ke arah Fachmi dari bahunya. Tampak sang suami sudah rapi namun belum mengenakan dasi.
"Kalau begitu ke sini." Fachmi memegang lembut lengan Carissa lalu menariknya ke arah ranjang.
Sadar ke mana tujuan Fachmi, Carissa berhenti melangkah hingga membuat Fachmi turut berhenti lalu berbalik menatapnya dengan raut bertanya.
Carissa menggigit bibir bawahnya sambil melirik ranjang mereka yang sudah rapi. Dia merasa begitu malu hingga lehernya turut memerah. "Hmm, kita akan terlambat kalau melakukannya lagi. Bagaimana kalau nanti saja sepulang Mas dari kantor?"
Salah satu alis Fachmi terangkat sementara bibirnya membentuk seringai lebar. "Apa yang kau pikirkan, gadis kecil? Sepertinya otakmu sedang dibanjiri pikiran kotor."
Refleks Carissa mendongak, mendapati Fachmi tampak menahan tawa gelinya. Seketika, wajah Carissa merah padam menyadari dirinya salah menduga. "Lalu-lalu kenapa mengajakku ke ranjang?"
Akhirnya tawa Fachmi lepas. Tapi dia buru-buru menahannya karena tidak tega melihat raut malu Carissa. "Mas ingin mengeringkan rambutmu. Lebih nyaman duduk di ranjang daripada di depan meja rias."
Bumi, telan aku sekarang! Rasanya Carissa ingin menghilang saat itu juga.
"Tidak usah. Aku bisa melakukannya sendiri." Carissa berusaha menarik lengannya dari genggaman Fachmi namun lelaki itu malah mengeratkan tangannya.
"Ayolah, Sayang. Jangan jadi tidak nyaman begitu. Mas juga akan berpikiran kotor kalau kau tiba-tiba menarik Mas ke ranjang." Fachmi menyeringai dengan mata berkilat geli.
"Aku tidak berpikiran kotor!" seru Carissa.
"Lalu yang tadi maksudnya apa?"
"Tidak lucu, Mas!" Carissa membelakangi Fachmi dengan satu tangan menutup wajah. Ini benar-benar memalukan.
Fachmi terkekeh. Dengan lembut dia membalikkan tubuh Carissa agar kembali menghadapnya lalu mendekap gadis itu. Mendapat kesempatan bersembunyi dari tatapan geli Fachmi, Carissa segera membenamkan wajah di dada suaminya itu.
Selama beberapa saat mereka hanya berdiri saling memeluk, menikmati kedekatan tubuh mereka.
"Empat soal yang semalam Mas kerjakan dan kamu tinggal tidur sudah disalin, kan?"
"Ya, sudah," gumam Carissa sambil menghirup aroma cologne Fachmi yang terasa menenangkan. "Tadi setelah kita-" Carissa langsung menyesali ucapannya. Kenapa harus mengungkit itu?
"Setelah apa?" nada geli Fachmi kembali terdengar.
"Sudah, ah. Katanya mau mengeringkan rambutku." Carissa melepas pelukan mereka lalu duduk di sisi ranjang membelakangi Fachmi. Pagi ini adalah pagi paling memalukan dalam hidupnya. Tapi juga pagi paling-ehm, luar biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Accidentally Wedding (TAMAT)
Roman d'amour[CERITA MASIH LENGKAP SAMPAI END] Fachmi tidak tahu apa yang menarik dari seorang Carissa Aldira Prayoga. Dia hanyalah gadis SMK dengan tubuh rata tak berlekuk. Sama sekali bukan tipe Fachmi dan dirinya yakin tidak merasakan hal konyol yang disebut...