Sebelum pulang, Natasya mampir lebih dulu ke cafe miliknya. Saat memesan makanan, seseorang menepuk bahunya. Natasya yang terkejut langsung menoleh ke arah gadis di sampingnya.
"Astaga, Lo ngagetin gue." Gadis itu terkekeh, namanya Raina. Dia merupakan salah satu karyawan di cafenya. Sejak cafenya dibuka, Raina lah yang menjaganya. Keduanya sedikit berbincang menunggu pesanan Natasya yang sedang di bungkus.
Tidak ada yang tahu bahwa Natasyalah pemilik cafe, kecuali Raina. Selesai menerima pesanan, Natasya pamit pulang lebih dulu.
"Ti ati bos!" kekeh Raina pada Natasya yang langsung mendapatkan tatapan tajam.
"He he peace." Melihat Natasya yang sudah pergi, Raina kembali melanjutkan aktivitasnya. Tidak sedikit orang yang singgah di cafe. Terutama para anak remaja, dekorasi cafe yang sangat menjadi ciri khas para remaja membuatnya ramai dengan pengunjung anak muda.
Natasya membersihkan diri sebelum memakan makanannya. Bagi kebanyakan wanita, makan malam pada malam hari membuat obesitas. Sedangkan Natasya tidak memikirkan, yang terpenting tidak kelaparan. Usai makan, Natasya bermain ponsel sebentar. Tidak mungkin langsung pergi tidur, itu juga tidak baik bagi kesehatan.
***
Natasya memoleskan make-up pada wajahnya, perpaduan foundation dan bedak yang cokelat membuat kulitnya terlihat eksotis. Natasya mengambil tas yang berada di kursi belajar, segera turun untuk sarapan. Berhubung orang tua Natasya belum pulang, rumah masih sepi. Dengan segera Natasya menghabiskan makanannya.
"Bi, Natasya berangkat,"ucap Natasya sambil menyalami tangan Bu Inah. Kita harus menghormati yang lebih tua. Natasya tidak memandang rendah para pelayan di rumahnya, biarpun ada hubungan antara majikan dengan pelayan.
Langkah kaki dengan kecepatan sedang melintasi koridor yang mulai ramai. Bisik-bisik hujatan terdengar di telinga Natasya seperti biasanya. Untungnya mental Natasya bisa dibilang kuat, Natasya hanya mengabaikannya dengan menyumpal kedua telinganya dengan earphone.
Sesampainya di kelas, Natasya langsung menaruh tas dan menelungkupkan wajahnya di lipatan tangan. Rasa nyeri menyerang kepalanya, mungkin karena kurang tidur. Decitan bangku di sebelahnya membuat Natasya mendongak.
"Sya, Lo kenapa?" tanya Risa khawatir melihat Natasya yang agak pucat. Natasya menggelengkan kepalanya, rasa sakit ini masih bisa dia tahan. Selama pelajaran berlangsung, sesekali Natasya menelungkupkan kepalany.
Istirahat berlangsung, Risa mengajak Natasya ke kantin. Jangan tanyakan bagaimana kondisi kantin, sudah pasti padat layaknya pembagian sembako. Sebelum ke kantin, Natasya pergi ke toilet lebih dulu. Risa mengangguk, membiarkan Natasya seorang diri yang pergi.
Natasya ke toilet hanya untuk mencuci muka, menghilangkan rasa kantuk. Ketika keluar, ada yang menariknya dan mendorongnya ke tembok. Natasya yang tidak siap pun kaget dan meringis kesakitan karena punggungnya membentur tembok.
"Heh! Denger, ya. Gara gara Lo! gue jadi kena marah bonyok gue!"ucap Sesil menggebu-gebu. Tidak hanya memaki, Sesil menarik rambut Natasya dengan kencang. Menahan rasa sakit, Natasya memejamkan matanya sejenak.
"Kok nyalahin gue?" tanya Natasya.
"Yaiyalah, gara-gara Lo ngambil mobil gue ... gue jadi kena marah sama bonyok gue!" teriak Sesil sambil menampar pipi Natasya. Suara tamparan terdengar nyaring di telinga Natasya, membuat mulutnya sedikit robek. Kondisi Natasya yang sedang tidak vit membuatnya terduduk lemah. Sesil dkk langsung pergi meninggalkan Natasya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My First Love Is My Friend [END]
Ficção Adolescente[COMPLETED] Ini kisah hidup perjalanan seorang gadis dan pria yang sudah lama terpisahkan. Mereka selalu menjaga hati masing-masing dan mempersiapkan diri jika bertemu suatu saat. Namun, apa jadinya saat keduanya dipertemukan tanpa sengaja, justru...