Keesokan paginya, Natasya bangun pagi lalu bersiap siap untuk pergi ke sekolah. Natasya menggunakan baju kebesaran, rok 7 cm dibawah lutut, rambut dikucir kuda menggunakan kacamata non minus, dan menggunakan bedak yang gelap agar terlihat sedikit dekil. Dia menatap dirinya dicermin, dia tidak berfikir akan seperti ini rupanya. Tidak pernah terbayangkan oleh dirinya yang akan menyamar.
Jika kita akan berakting, haruslah terlihat sangat totalitas. Natasya mengambil ponselnya dan berfoto lebih dulu di depan cermin. Setidaknya, dia memiliki pandangan bahwa tidak semua orang yang terlihat kotor dari luar akan tetap kotor di dalam. Dia akan mengajarkan pada orang-orang bahwa sesuatu yang buruk tidak bisa dilihat dari luarnya saja.
Setelah siap dengan penampilan totalitasnya, dia sarapan bersama keluarganya. Baru saja duduk di kursi, kedua orang tuanya langsung terkejut bukan main. Mereka tidak menyadari bahwa putrinya akan melakukan ini. Mereka terus bertanya-tanya mengenai siapa orang yang ada dihadapannya ini.
"Ih ini aku Na-ta-sya pu-tri Fer-nan-dez. Aku dandan kayak gini supaya dapet temen yang real, bukan fake." Natasya menjelaskan tujuannya pada kedua orang tuanya. Ibunya khawatir jika putrinya akan dipandang rendah oleh orang-orang, terlebih lagi jika sampai di bully.
Natasya berusaha meyakinkan kedua orang tuanya bahwa dia akan baik-baik saja. Tidak akan pernah terjadi apapun pada dirinya, dia akan berusaha untuk menjaga diri. Kedua orang tuanya percaya dengan apa yang Natasya katakan. Mereka yakin bahwa Natasya tidak selemah itu.
Selesai sarapan, Natasya berangkat menggunakan mobil sportnya. Tak butuh waktu lama, hanya sekitar 20 menit Natasya sampai disekolah dan memarkirkan mobilnya diparkiran khusus petinggi supaya tidak ada yang melihat.
Dia kembali menuju gerbang utama agar tidak ada yang mencurigainya. Karena gedung petinggi berada disamping sekolah. Biasanya hanya orang-orang penting yang memarkirkan kendaraanya disana. Lebih tepatnya anak para pejabat dan konglomerat.
Setelah sampai di gerbang, semua siswi maupun siswa langsung memakinya.'eh kok ada nerd, sih?'
'nerd lagi nerd lagi'
'pastinya bakal dibully sama Sesil dkk tuh'
'jijik dekil , sekolah inikan sekolah elite'
Masih banyak lagi yang lain, tapi Natasya tidak menghiraukan dan terus berjalan dengan muka datar menuju ruang kepala sekolah. Natasya tidak perlu bertanya-tanya dimana ruang kepala sekolah, toh dia yang punya pastinya sudah mengetahui letak ruangan semuanya.
Sampai di depan ruang kepala sekolah, dengan sopan dia mengetuk pintu.Kepala sekolah meminta seorang guru untuk mengantarkan Natasya menuju kelasnya. Natasya yakin, guru-guru disini tidak akan pernah membedakan muridnya. Tentu saja, karena guru-guru yang berada disini merupakan guru-guru elite yang sudah dieleksi lebih dulu oleh ayahnya.
Memang jika dilihat dari gedung sekolah saja, tidak pernah terbayangkan bahwa orang yang kurang mampu bisa berada disini. Tapi, bagi Natasya semuanya sama. Dia memberikan keringanan pada anak-anak yang kurang mampu maupun anak beasiswa dengan fasilitas yang sama.
Saking asiknya melihat sekitar, tak sadar bahwa dirinya sudah berada di dalam kelas. Kelas ini termasuk kelas unggulan, kebanyakan siswa yang mendapat beasiswa tapi tidak sedikit pula siswa yang termasuk golongan konglomerat. Jika dilihat dari tampang masing-masing teman sekelasnya, mereka semua sangat tidak suka dengan kehadiran dirinya.
Banyak sekali cibiran yang diucapkan teman-temannya. Lebih parahnya, mereka mengatakannya dengan terang-terangan. Baru saja masuk sudah seperti ini, apalagi jika seudah lama disini. Wali kelas langsung menenangkan para siswanya dan menyuruhku untuk memperkenalkan diri.
Tidak perlu basa-basi, Natasya hanya mengucapkan namanya saja. Tapi tidak menyebutkan kata Fernandez. Mungkin wali kelas juga merasa heran, tapi setelah melihat tatapan Natasya, dia menyuruhnya untuk duduk bersama siswa yang bernama Risa.
Natasya melihat bahwa Risa tidak berpenampilan secara totalitas. Natasya masih bisa mengenalinya dengan jelas. Risa memperkenalkan dirinya kepada Natasya seperti layaknya seorang cupu. Sedangkan Natasya bukannya memberitahu namanya, justru malah menoyor kepala Risa saat istirahat. Risan menatap kaget ke arahku yang tiba-tiba mendorong kepalanya.
Natasya mendekat ke arah Risa dan berbisik, "Gaya lo gak totalitas." Risa yang mendengar suara itu langsung terkejut bukan main.
"What?! Ser-mmmplfff." Risa menepuk lengan Natasya yang menutupi mulutnya supaya melepaskannya. Natasya melepaskannya dan memperingati Risa untuk tidak berbicara terlalu keras. Risa hanya mengangguk lalu memeluk Natasya dengan erat.
"Sumpah demi apa ini Lo? Gue kangen banget sama lo,"ucap Risa sambil memeluk Natasya.
"Gue gak bisa napas, Coy..."ucap Natasya pelan.
Risa melepas pelukannya dan mulai bertanya tanya pada Natasya sampai bel masuk. Bahkan Natasya sebelumnya tidak tahu bahwa dirinya akan sekelas dengan Risa. Sepertinya mereka berdua memiliki tujuan yang sama.Saat pelajaran selanjutnya, Natasya meminta izin pergi ke toilet. Natasya berjalan di koridor yang mulai sepi karena KBM sedang berlangsung. Saat Natasya akan berbelok, dia tak sengaja menubruk orang. Tapi tidak sampai terjatuh, hanya saja sedikit terpental karena menabrak dada bidang seseorang.
Natasya meminta maaf tanpa mendongakkan wajahnya. Dia langsung memasuki toilet wanita, sedangkan pria yang dia tabrak menatapnya bingung. Dalam hati dia bertanya-tanya mengenai siapa yang tidak sengaja menubruknya. Pria itu langsung melanjutkan langkahnya tanpa peduli dengan gadis itu lagi.
Natasya membasuh mukanya dan menatap pantulan dirinya di cermin seraya bertanya-tanya dalam hati.'tadi gue nabrak siapa ya?' Natasya kembali memoleskan bedaknya yang luntur karena air. Kejadian tadi masih terus menghantui pikirannya. Natasya berusaha menghilangkan pikiran itu dan kembali menuju kelas.
Sampai di kelas, Natasya menceritakan kejadian itu pada Risa. Bahkan mereka tidak mendengarkan pelajaran dengan baik. Risa yang memiliki kepo tingkat dewa dengan antusias mendengarkan dan sesekali menyambar ucapan Natasya.
"Ciri-ciri cowoknya?"tanya Risa dengan kepo.
"Gue gak liat wajahnya."
"Ish! Lo tuh, bisa jadi golongan cogan-cogan,"ucap Risa. Dia memang menyukai cogan tapi hanya sekedar mengagumi, bukan berarti Natasya juga tidak menyukai. Hanya saja tidak semua cogan mereka kagumi.
"Hmm"ucap Natasya
Risa sedikit kesal jika Natasya sudah bergumam, seperti tidak ada kata-kata lain saja yang bisa diucapkan. Natasya memang sering acuh tapi bukan berarti Natasya tidak peduli. Sejak kecil Risa bermain bersama Natasya. Sudah tahu betul bagaimana watak yang dimiliki Natasya.
Bel pulangpun berbunyi, seluruh siswa berhamburan keluar. Begitu juga dengan Natasya dan Risa yang masih di dalam kelas. Keduanya menuggu supaya tidak ikut berdesak-desakan saat keluar gerbang. sembari menunggu, mereka mengobrol.
"Mm Nat, gue mau main kerumah Lo, nih. Boleh, ya?"
"Iya."
"Ya udah gue duluan, Lo mau ikut?"
" Gak, gue bawa mobil."
"Ya udah hati-hati!"
Setelah mengetahui koridor sepi barulah Natasya berjalan menuju tempat parkiran dimana mobilnya ditempatkan. Risa sendiri memilih untuk diantar jemput supir daripada harus membawa kendaraan pribadi ke sekolah.
_________________________________________________________
Bagi kalian yang baru baca cerita ini dan mengalami sedikit gangguan, saya mohon maaf. Cerita ini enggak bisa aku perbarui sekaligus. Jadi untuk beberapa hari kedepan, cerita ini masih diperbarui. Telah diperbarui pada 16 Juni 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
My First Love Is My Friend [END]
Novela Juvenil[COMPLETED] Ini kisah hidup perjalanan seorang gadis dan pria yang sudah lama terpisahkan. Mereka selalu menjaga hati masing-masing dan mempersiapkan diri jika bertemu suatu saat. Namun, apa jadinya saat keduanya dipertemukan tanpa sengaja, justru...