Setelah peristiwa penting terjadi, Risa menyuruh seluruh siswa untuk masuk ke kelas masing-masing karena bel masuk sudah berbunyi. Risa pada akhirnya bisa bebas menunjukkan jati dirinya yang sesungguhnya. Sudah bertahun-tahun dia menyamar di sekolah, dan tidak pernah ada satupun siswa yang menyadarinya.
Kini Natasya tahu bagaimana perkembangan sekolah miliknya. Natasya, Risa, dan Kevin dkk menjadi lebih akrab. Selama perjalanan menuju kelas, Natasya sibuk dengan pikirannya. Dia mengucapkan kata maaf di dalam hatinya karena belum bisa bertemu dengan Pipin, sahabat kecilnya.
"Sya? Lo kenapa sih dari tadi diem mulu?"
Natasya menoleh ke arah Risa, dia menggelengkan kepalanya. Rasanya tidak pantas membahas Pipin karena Risa juga salah satu sahabatnya sejak kecil. Bahkan lebih dulu Risa ketimbang Pipin. Natasya pernah berpikir, mungkin jika dia bertemu dengan Pipin itu adalah sebuah takdir baginya.
Selesai pembelajaran terakhir, Natasya masih berada di kelas untuk mencacat catatan di papan tulis. Risa sempat menunggunya, tapi Natasya menyuruhnya pulang lebih dulu karena merasa tidak enak dengan Risa. Untungnya, Risa mendapat telpon dari rumahnya untuk segera pulang.
10 menit berlalu, Natasya mengemasi buku-bukunya ke dalam tas. Natasya berjalan keluar kelas, tapi seseorang yang berdiri di depan kelasnya sembari bersandar pada tembok kelasnya membuat Natasya terkejut. Natasya memegang dadanya ketika mengetahui bahwa orang itu adalah Kevin.
" Lo ngapain di sini?"
Kevin yang melihat Natasya keluar langsung membenarkan posisinya, menatap Natasya dengan pandangan teduh. Natasya yang ditatap seperti itu seketika langsung salting, dia berdehem untuk mengalihkan perhatian Kevin.
"Nungguin Lo."
"Nungguin gue? Emang kenapa?" tanya Natasya sembari menunjuk dirinya sendiri. Kevin mengajak pulang bersama karena mereka juga berangkat bersama. Natasya yang mengetahui itu lantas menepuk dahinya karena lupa. Natasya meminta maaf karena benar-benar tidak mengetahui Kevin menunggunya untuk pulang bersama.
Natasya dan Kevin berjalan beriringan menuju parkiran. Sedikit perbincangan soal kejadian hari ini yang menjadi topik pembicaraan. Akhirnya Kevin bisa mengetahui jati diri Natasya yang sebenarnya, dengan begitu Kevin tidak akan dicap sebagai pria kategori rendah. Walaupun Kevin tidak peduli dengan hal itu.
Kevin tidak benar-benar mebawa Natasya pulang, melainkan menuju danau dekat taman. Mengunjungi tempat ini membuat Natasya terdiam sesudah keluar dari mobil. Bayangan-bayangan masalalu menghantui pikirannya. Namun, bayangan itu berhenti ketika Kevin menyentuh tangannya, menariknya mendekati bangku yang tersedia di sana.
" Pemandangannya indah, ya?"
Kevin menarik napasnya dalam-dalam, menghirup udara yang masih terasa sedikit segar. Sepoi angin menerpan wajahnya. Natasya yang melihat itu tanpa sadar menarik bibirnya ke atas membentuk senyuman. Pemandangan di sini memang indah, danau dengan air yang tenang, sebuah pohon besar yang terdapat rumah pohon dan sebuah ayunan membuatnya tampak rindang, ditambah lagi di tepi danau banyak bunga-bunga liar yang tumbuh.
"Lo sering ke sini?" tanya Natasya
" Kadang-kadang sih." Kevin memetik salah satu bunga anyelir yang berwarna putih, menyelipkannya pada telinga Natasya. Mendapat perlakuan yang menurutnya romantis, pipi Natasya bersemu merah.
"Lo tau arti bunga anyelir ini?" tanya Kevin. Natasya menggelengkan kepalanya karena dia berpikir Kevin asal memetik bunga untuknya.
" Bunga anyelir berarti bunga cinta atau bunga para dewa. Anyelir putih melambangkan cinta yang murni, kesetiaan, dan cinta yang menggebu. Sama kayak gue yang selalu cinta sama lo, dan setia nungguin lo."
Mendengar penuturan Kevin, Natasya langsung mengambil bunga itu, meletakkannya di atas telapak tangan Kevin seraya mengucapkan kata maaf. Natasya tidak bisa menerima Kevin ataupun mencintai Kevin karena sudah ada Pipin di hatinya.
Kevin hanya tersenyum melihat itu, dia masih memaklumi bahwa Natasya belum mengetahui yang sebenarnya. Kevin menggenggam tangan Natasya, awalnya Natasya berusaha menghindari tangan Kevin, tapi dengan gesit Kevin meraih tangan Natasya, menggenggamnya dengan erat.
"Sya, kita sama-sama saling menunggu. Sejak awal kita ketemu ajah hati gue udah ngerasa akrab sama lo. Sekarang kita udah nemuin apa yang kita cari. Gue sayang sama lo, Asya."
Natasya terkejut karena tiba-tiba Kevin memeluknya, mendengar nama kecilnya di sebut membuat Natasya tersenyum tulus. Berarti selama ini yang dia cari berada di depan matanya sendiri, hatinya tidak salah memilih.
" Kenapa lo nggak pernah cerita ke gue soal hati lo yang ngerasa akrab?"
" Gue mau cari tahu kebenarannya, gue takut salah ngenalin lo."
Natasya mengalihkan tubuh Kevin sejenak untuk memperlihatkan kalung yang dia pakai. Kevin yang mengerti itu langsung menangguk, menarik tangan Natasya mendekati rumah pohon. Natasya menatap Kevin yang menaiki pohon.
"Sya?! Sini naik, lo nggak lupa cara naik pohon, kan?" Kevin berseru dari atas, membuat Natasya menengadah. Natasya sedikit ragu karena dia menggunakan rok, dengan hati-hati Natasya memijakkan kakinya pada kayu yang menjadi tangga.
"Ini kalung yang Lo kasih ke gue." Kevin menunjukan sebuah kalung yang diberikan oleh Natasya ketika Natasya belum berangkat ke Jerman.
Natasya menatap ruangan rumah pohon yang terdapat beberapa foto dan sebuah lukisan wajah seorang wanita mengenakan kacamata. Natasya memegang lukisan itu, dia menatap Kevin dengan pandangan bertanya.
"Gue pernah ngambil foto lo diam-diam, terus gue lukis." Natasya terkekeh, memandangi wajahnya dengan penampilan nerdnya. Hari itu Natasya merasa puas karena pada akhirnya dia dipertemukan. Mereka menganggap bahwa pertemuan mereka adalah takdir, bertahun-tahun menunggu, pada akhirnya mereka di pertemukan kembali.
Melihat langit yang mendung membuat Kevin mengajak Natasya untuk pulang. Kevin turun lebih dulu, Natasya yang akan turun sedikit ragu ketika melihat Kevin persis di bawah pohon.
"Kenapa diem?" tanya Kevin.
"Gue mau turun, jangan ngintip." Seketika Kevin langsung tertawa, Kevin membalikkan badannya dan berjalan sedikit menjauh. Natasya dengan hati-hati turun, tapi ketika memijak salah satu batang kayu, kakinya tergelincir. Kevin yang mendegar suara decitan langsung membalikkan badannya dan berusaha menangkap tubuh Natasya. Namun pada akhirnya kedua sama-sama terjatuh.
Tepat saat itu juga hujan turun, Kevin segera menarik Natasya untuk mencari tempat berteduh. Tapi, Natasya melepaskan tangan Kevin, menangadah ke atas menikmati hujan yang turun.
"Udah lama gue nggak hujan-hujanan," kata Natasya.
Kevin hanya memandangi Natasya, baju keduanya sudah basah kuyup. Melihat Natasya yang menikmati hujan membuat hatinya tergerak untuk menggenggam tangan Natasya dan mengarahkannya ke atas. Natasya yang mendapat perlakuan itu tersenyum menatap kepalan tangannya dan Kevin.
~~••~~••~~••~~••~~
Ayo di voment, aku sangat berterima kasih banget sama kalian yang udah mau komen apalagi vote. Plus-plus lah buat kalian
KAMU SEDANG MEMBACA
My First Love Is My Friend [END]
Teen Fiction[COMPLETED] Ini kisah hidup perjalanan seorang gadis dan pria yang sudah lama terpisahkan. Mereka selalu menjaga hati masing-masing dan mempersiapkan diri jika bertemu suatu saat. Namun, apa jadinya saat keduanya dipertemukan tanpa sengaja, justru...