"Jangan pernah biarkan orang berbuat jahat karena dirimu. Justru kalianlah yang seharusnya bisa menjadi orang baik bagi mereka"
__________________________________Ketika Natasya menyuapkan makanannya, ponselnya bergetar. Natasya melirik pada layar di bawah meja. Natasya tidak mungkin mengangkat telpon di kantin. Natasya memilih untuk mematikan ponselnya.
"Kenapa gak diangkat?" Semua yang berada di meja itu langsung menoleh ke arah suara, begitupun dengan Natasya yang mengangkat sebelah alisnya. Orang itu berdehem untuk memulihkan suasana.
"Bukan urusan lo," jawab Natasya. Bara dan Rian, keduanya saling berpandangan satu sama lain. Mereka tidak menyangka bahwa Kevin akan membuka suaranya pada orang lain. Sedangkan Risa menahan tawanya saat Natasya menjawab acuh.
Mejanya menjadi riuh karena tawa Rian dan juga Bara. Kevin yang merasa tengsin memilih untuk pergi dari kantin. Bara dan Rian menghentikan tawanya saat melihat Kevin yang beranjak, mereka langsung mengikuti Kevin
Risa masih saja cekikikan melihat kejadian yang baru saja terjadi. Dia menatap Natasya yang masih bersikap acuh. Risa menepuk pundaknya seraya berkata,"Anak orang jangan dibuat malu." Natasya mengendikan bahunya acuh, itu jawaban yang wajar menurutnya.
Mereka kembali ke kelas sebelum istirahat berakhir. Keduanya merasa tenang hari ini karena Sesil tidak mengganggu. Entah karena apa, yang pasti menurut Natasya ada sesuatu yang aneh. Baru saja memasuki kelas, orang-orang langsung menatap ke arah mereka. Suasana yang tadinya ramai mendadak hening.
Natasya berjalan menuju mejanya yang semakin dekat tercium aroma bangkai tikus. Natasya manahan napasnya saat aroma itu mendominasi bangkunya. Sekarang Natasya tahu alasan Sesil tidak mengganggunya. Ternyata Sesil sudah ada rencana sendiri.
"Sya, gimana? lo berani buang bangkai itu?"tanya Risa sembari menutup hidungnya.
"Lo mau gantiin gue yang buang?" Risa langsung menggeleng kuat. Risa tidak ingin menciumnya apalagi menyentuhnya. Sangat menjijikan, Natasya melapisi tangannya dengan kantong pastik. Dia memasukan bangki itu ke dalam kantong dan mengikatnya.
Natasya menelpon seseorang untuk menemuinya di gudang. Orang itu merupakan salah satu bodyguard bayangan dirinya. Natasya menyuruh orang itu untuk meletakkan kantong plastik yang berisi bangkai tikus ke dalam tas Sesil. Bagaimanapun caranya, orang itu harus bisa menaruhnya.
Natasya langsung mencuci tangan dengan sabun. Dia ingat dengan seseorang yang menelponnya saat di kantin. Natasya balik menelpon dan menanyakan masalah yang terjadi.
"Hallo, ada beberapa berkas yang perlu Anda tanda tangani di perusahaan cabang."
"Sepulang sekolah, aku akan kesana."
Natasya menutup telpon, segera kembali menuju kelas agar tidak dicurigai. Natasya memilih untuk mengelola sendiri prusahaan cabang miliknya, karena prusahaan utama berada di Jerman. Tidak mungkin Natasya harus bolak-balik antara Jerman-Indonesia.
Natasya menjadi ingat dengan perkataan ayahnya yang akan memindahkan alih pemimpin perusahaan Fernandez Company. Besok adalah harinya, Natasya harus bisa menyiapkan mental yang kuat. Mengapa masa remajanya dia habiskan untuk bekerja? itu tidak masalah, hanya saja Natasya rindu bersenang-senang bersama temannya.
"Lo buang kemana tikusnya?" tanya Risa melihat Natasya yang duduk dibangkunya.
"Ke tempat asalnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
My First Love Is My Friend [END]
Teen Fiction[COMPLETED] Ini kisah hidup perjalanan seorang gadis dan pria yang sudah lama terpisahkan. Mereka selalu menjaga hati masing-masing dan mempersiapkan diri jika bertemu suatu saat. Namun, apa jadinya saat keduanya dipertemukan tanpa sengaja, justru...