Natasya tidak langsung pulang ke rumah, tetapi mampir dahulu ke sebuah tempat yang indah dan sejuk. Danau dekat taman adalah tempat dimana sekarang Natasya berada dan disanalah tempat pertama kalinya Natasya bertemu dengan sahabat kecilnya. Di sana, dia memandangi rumah pohon tempat dia bermain dibawahnya. Rumah pohon itu, orang tua Natasya yang membuatnya.
Natasya berharap, sahabat kecilnya tahu jika dirinya berada disini. Natasya sudah enempati janjinya untuk pulang ke Indonesia. Mengingat kenangan saat kecil, Natasya tersenyum sekaligus meneteskan air matanya. Bertahun-tahun dia tidak bertemu, dia tidak tahu seperti apa rupa dari sahabatnya sekarang. Hanya teringat wajah kecil sahabatnya yang sangat jelas di otaknya.
Natasya berdiri tepat di samping kolam. Airnya yang tenang dan sepoi angin membuat rambutnya menari-nari. Dia mengambil sebuah bantu yang sedikit lancip, lalu mendekati pohon. Natasya menebalkan tulisan yang sudah lama sekali, hampir terlihat abstrak si batang pohon itu.
"Gue harap, lo akan ingat tempat ini."
Natasya langsung membuang batu itu, dia memandangi ukiran namanya. Perlahan, Natasya meninggalkan tempat itu. Semakin lama, tubuh Natasya hilang di antara orang-orang yang berada di taman. Dia memasuki mobilnya yang berada di parkiran dekat taman dan langsung melajukannya sampai ke mansion keluarga Fernandez.
Tak lama setelah Natasya pergi, seorang pria datang dan duduk di bangku yang sempat Natasya duduki. Dia memandangi danau, kepalanya menoleh ke arah pohon besar. Dia mendekati pohon itu. Terlihat ukiran nama dirinya yang sepertinya baru saja diukir ulang. Dia meraba ukiran itu, kemudian mengepalkan tangannya.
"Apa ini yang lo lakuin?"
Pria itu bertanya seolah-olah pada orang yang sedang dia cari. Pria itu menengadah ke atas, dia menaiki tangga menuju rumah pohon. Baru saja menginjak papan ketiga, dia kembali turun. Terlalu banyak kenangan disana, jadi dia memilih pergi dari tempat itu.
Kevin, yang baru saja sampai di rumah, langsung pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri. Dia teringat dengan kejadian setelah keluar dari toilet. Waanita cupu yang menubruknya membuat dirinya penasaran. Dia merebahkan dirinya sembari memainkan ponsel yang berada di genggamannya.
Kevin mengacak rambutnya karena tidaj berhenti memikirkan wanita itu. Dia menelungkupan tubuhnya, perlahan matanya terpejam rapat. Ketukan pintu membuat Kevin perlahan membuka matanya. Dia beranjak untuk mebuka pintu. Terlihat ibunya yang menyuruhnya untuk makan malam. Kevin hanya mengangguk, kemudian menuju kamar mandi untuk mencuci mukanya.
"Good night! Mom, Dad."
"Night too! Dear."
Kevin memakan makanannya dengan lambat. Entah mengapa, moodnya mendadak buruk. Ibunya yang melihat itu langsung bertanya, "Kamu kenapa?" Kevin menggelengkan kepalanya dan langsung pergi begitu saja. Ibunya menatap ayahnya dengan pandangan khawatir.
"Biarkan dia sendiri, mungkin mood off."
Di dalam kamar, Kevin duduk di meja belajarnya sembari memutar-mutar ponselnya. Dia menatap kosong ke arah buku di hadapannya. Pikirannya melayang entah kemana, dia menghembuskan napasnya lalu pergi tidur.
***
Pagi hari saat matahari hampir terbit, bunyi alarm menggema di sebuah ruang kamar. Gadis yang sedang tertidurpun menggeliat dan duduk di tepi ranjang mengunpulkan nyawanya. Terdengar ketukan pintu diiringi suara ibunya yang memanggil namanya.
"Tasya, bangun! saat pergi ke sekolah."
"Iya, Mom."
Gadis itu Natasya. Dengan segera dia bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Dia memandangi dirinya di cermin. Cat rambutnya hampir pudar, sepulang sekolah dia merencanakan untuk pergi ke salon. Selesai mengucir rambutnya, dia segera turun menemui orang tuanya yang sudah menunggu di ruang makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My First Love Is My Friend [END]
Fiksi Remaja[COMPLETED] Ini kisah hidup perjalanan seorang gadis dan pria yang sudah lama terpisahkan. Mereka selalu menjaga hati masing-masing dan mempersiapkan diri jika bertemu suatu saat. Namun, apa jadinya saat keduanya dipertemukan tanpa sengaja, justru...