Tanpa sengaja Natasya mendorong sebuah rak yang bergerak memutar. Ada sebuah ruangan gelap di balik rak itu. Kevin langsung menghalangi jalan ketika Natasya akan melangkahkan kakinya masuk.
"Gue nggak boleh masuk, ya?" tanya Natasya memelas. Bukannya melarang Natasya masuk, hanya saja di dalam sana terdapat sesuatu yang memalukan. Namun melihat tatapan sedih Natasya membuat Kevin perlahan menyingkir.
"Boleh, kok. Masuk ajah," ujar Kevin .
Natasya bersorak senang dalam hati karena Kevin mengizinkannya. Padahal Natasya tidak benar-benar kecewa, jika Kevin tidak mengizinkanpun tidak masalah baginya. Kevin menyalakan saklar lampu di sampingnya sehingga ruangan itu menjadi terang.
Kevin segera menutupi sebuah lukisan yang terpajang di tembok dengan punggungnya. Natasya asik meliaht sekeliling ruangan. Ada sebuah meja kerja dan alat-alat untuk melukis. Mungkinkah Kevin senang melukis? Itulah yang ada dipikirannya.
"Lo suka ngelukis?" tanya Natasya.
"Nggak terlalu suka. Kenapa emangnya?"
"Lukisan lo bagus, kenapa nggak dikembangin?"
"Bagus karena lo emang nggak bisa ngelukis, kan?"
Natasya terkekeh karena jawaban Kevin sangat tepat. Natasya tida bisa melukis jadi lukisan apapun dia akan menganggapnya bagus. Mata tajam Natasya melihat sesuatu yang berada di balik punggung Kevin.
"Di belakang lo ada apaan? Gue mau liat."
"Jangan-jangan, ini lukisan biasa." Natasya langsung merubah raut wajahnya membuat Kevin gelagapan tidak ingin Natasya kesal. Kevin minggir beberapa langkah sehingga lukisan abstrak yang entah bermakna apa terpampang jelas di hadapan Natasya.
"Lo ngelukis apaan?"
"Jangan diliat, deh. Gue malu tau, ini tuh lukisan yang gue buat sewaktu dalam mood emosi." Natasya menganggukkan kepalanya, tidak begitu buruk, itulah yang Natasya pikirkan. Terdengar suara asisten rumah tangga Kevin masuk ke dalam ruangan. Keduanya langsung segera keluar dari ruangan itu.
"Ada apa, Bi?" tanya Kevin.
"Ini, Den. Minuman sama cemilan buat Non Natasya."
"Taruh di meja sana ajah, Bi." Kevin menunjuk sebuah meja kecil yang berada di sudut ruangan. Natasya berjalan mendekati jendela yang menampakkan sebuah kolam renang di bawahnya. Natasya benar-benar takjub melihat area kolam yang indah.
"Di sini bagus banget, lho aslian."
"Kalo nggak bagus, gue nggak akan ngajakin lo ke sini." Kevin menyodorkan segelas minuman jeruk pada Natasya.
"Thanks, By the way...kita nggak pernah fotbar lho. Gimana kalo kita fotbar?" Kevin yang tidak pernah berhadapan dengan kameran merasa sedikit ragu. Tapi, jika hanya sekedar foto bersama dengan Natasya, sepertinya tidak masalah.
Natasya meletkkan gelas pada meja, lalu mengambil ponselnya. Natasya menarik Kevin untuk mengikis jarak. Kevin tersenyum manis, sedangkan Natasya mengerucutkan bibirnya. Beberapa kali berpose, Natasya menyudahi kegiatannya. Langsung saja dia menguploadnya pada instagram.
"Makan, yuk. Udah siang, lo dari pagi belum makan, kan?" ajak Kevin.
"Gue-kruyuk...laper he he." Kevin menahan tawanya mendengar perut Natasya yang berbunyi. Kevin mengambil jaketnya yang tersampir pada sofa dan mengambil kunci mobil yang tergeletak di atas meja. Natasya mengikuti Kevin tanpa berkata apapun. Ternyata hidup tanpa makanan memang sulit.
Sampai di sebuah tempat makan cepat saji, Natasya dan Kevin mencari meja yang kosong. Ketika makanan sudah tiba, Kevin memakannya dengan tenang, berbeda dengan Natasya yang tiba-tiba merasa tidak enak. Padahal perutnya lapar, tapi melihat makanan di depannya entah mengapa membuatnya terasa hambar.
Natasya merasa ada sesuatu yang sepertinya akan terjadi pada mereka. Kevin melihat tingkah Natasya yang aneh langsung memanggilnya. Natasya asik memikirkan perasaannya sehingga tidak mendengar jika Kevin memanggilnya.
"Natasya Putri Fernandez!" panggil Kevin dengan nada tinggi yang membuat Natasya terlonjak kaget.
"Iya, kenapa Vin?" tanya Natasya.
"Seharusnya gue yang tanya. Lo kenapa? Nggak selera makan? Atau nggak suka sama menu makanannya?"
"Bu-bukan gitu, gue lagi ngelamun ajah."
Kevin tidak ingin bertanya lebih, jika Natasya memiliki masalah namun tidak memberitahunya, berarti Natasya bisa menyelesaikan sendiri. Kevin tidak akan pernah memaksa Natasya untuk bercerita karena tidak ingin jika masalah tersebut bersifat privasi.
Natasya merutuki dirinya dalam hati karena bisa-bisanya perubahan sikapnya terlihat jelas oleh Kevin. Keduanya segera pergi setelah puas makan, Natasya menunggu Kevin yang berada di kasir untuk membayar. Saat berjalan, Kevin menghentikan langkahnya sehingga membuat Natasya menubruk punggungnya.
"Aduh... kalo mau berhenti tuh bilang." Natasya mengusap dahinya yang membentur punggung Kevin. Melihat itu, Kevin terkekeh dan merangkul Natasya sembari mengusap kening Natasya.
"Sorry, lo juga ngapain jalan di belakang gue. Inget, lo itu bukan budak babu gue, tapi budak cinta gue."
"Gombal." Natasya menyikut pelan perut Kevin dengan suara tawa yang renyah. Keduanya pergi ke mall. Bukan untuk menonton seperti remaja lainnya, Kevin ingin menemani Natasya berbelanja sepuasnya. Natasya jadi senang seketika karena tidak perlu mengeluarkan uang sepersen untuk membeli sesuatu yang dia sukai, sama halnya seperti cinta.
"Lo yakin mau ngeluarin uang banyak Cuma buat gue? Atau ke semua orang juga?"
"Cuma lo gue kasih bonus besar. Bebas mau beli apa ajah, asalkan jangan yang macem-macem." Natasya bersorak senang dan segera berkeliling mall untuk memilih barang yang ingin miliki. Pada akhirnya, Natasya kembai ke tempat semula anpa membawa barang apapun, Kevin yang hanya mengikutipun merasa kelelahan. Keduanya duduk sejenak pada bangku yang sudah di sediakan.
"Lo sebenarnya mau beli apaan sih, Sya?"
"Gue juga nggak tau, Vin. Nggak ada yang mau gue beli- eh ada boneka bagus, gue mau itu Vin." Mata Natasya berbinar melihat boneka ikan paus yang besar. Natasya bergerak mendekati toko boneka. Kevin mengusap wajahnya sebelum mengikuti Natasya kembali.
Kevin dibuat cengo melihat boneka paus yang sangat besar, bukan karena tidak sanggup membayarnya, tapi tinggi tubuhnya bahkan lebih pendek ketimbang boneka itu. Sudahlah, Kevin sudah berjanji akan membelikan apapun untuk Natasya hari ini.
Merasa tidak ada yang ingin Natasya beli, dia meminta Kevin untuk mengantarnya pulang. Lagipula, hari juga semakin petang. Kevin menaruh boneka itu pada jok belakang. Setelah melihat Natasya masuk ke rumah dengan aman, barulah Kevin kembali ke rumah.
Mereka tidak menyadari bahwa dari tadi ada yang menguntit mereka dengan senyum liciknya. 'Lo nggak akan bisa hidup bahagia lagi Natasya,' batin Sesil. Ya orang yang dari tadi menguntit Natasya dan Kevin adalah sesil yang ingin balas dendam karena keluarga Sesil menjadi jatuh miskin setelah perusahaan Natasya memutuskan kerja samanya dengan oxon company.
Natasya merebahkan dirinya ketika sampai di kamar. Matanya menatap ke arah langit-langit ruangan. Natasya menyadari ada sesuatu yang tidak beres, seolah-olah ada orang di sekitarnya. Sama dengan Kevin memiliki firasat aneh ketika mengantarkan Natasya pulang.
|||||••••••|||||||•••••••|||||||
vote dan komen kalian semua sangat berharga buatku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My First Love Is My Friend [END]
Teen Fiction[COMPLETED] Ini kisah hidup perjalanan seorang gadis dan pria yang sudah lama terpisahkan. Mereka selalu menjaga hati masing-masing dan mempersiapkan diri jika bertemu suatu saat. Namun, apa jadinya saat keduanya dipertemukan tanpa sengaja, justru...