4 hari berlalu, Natasya sudah di perbolehkan pulang. Selama dirawat, Risa dengan rutin menjenguknya, begitupun dengan Kevin. Sedangkan Rian dan Bara hanya menjenguknya beberapa kali saja, itupun karena mendapat izin dari Kevin.
Natasya jadi memiliki pemikiran bahwa semakin lama, semakin dia dekat dengan Kevin, semakin posesif juga Kevin terhadap Natasya. Dalam hati kecil Natasya terus meminta maaf pada seseorang di masa lalunya. Mereka sudah berjanji akan bertemu kembali, tapi sampai sekarang Natasya belum menemukannya.
Natasya perlahan membuka matanya ketika jam bekernya berbunyi diiringi suara ibunya yang memanggilnya untuk segera bersiap pergi ke sekolah. Natasya duduk di ujung kasur untuk mengumpulkan nyawanya, lalu melangkahkan kaki menuju kamar mandi.
"Guten morgen!" seru Natasya seraya menuruni tangga setelah besiap memakai seragamnya. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat Kevin yang duduk bersama ayahnya sembari asik berbincang.
"Natasya kenapa melamun? Cepat sarapan udah ditungguin sama Kevin," ujar Ibunya yang membuat Natasya melanjutkan langkahnya. Saat melewati ruang keluarga, Natasya menoleh ke arah Kevin yang juga sedang melihat ke arahnya. Kevin tersenyum tipis dan Natasya membalasnya dengan anggukan kepala.
"Kevin, ayo sarapan bersama," ajak Ayah Natasya. Kevin menolaknya secara halus karena memang dia sudah sarapan bersama keluarga di rumah. Selama menunggu Natasya yang sedang sarapan, Kevin melihat- lihat foto yang terpajang di sana dengan rasa penasaran. Ada salah satu foto yang membuatnya tertarik. Di dalam foto itu ada seorang anak kecil laki-laki dan perempuan yang saling merangkul.
"Mom dad, Natasya berangkat dulu."Suara Natasya membuat Kevin segera menoleh dan langsung berpamitan, begitupun dengan Kevin.
Selama perjalanan menuju sekolah, hanya ada keheningan karena mereka larut dalam pikiran masing- masing. Natasya yang masih aneh dengan sikap Kevin, sedangkan Kevin yang masih memikirkan foto yang baru saja menyita perhatiannya. Sesampainya di FHS, seperti biasa banyak siswa maupun siswi yang bergosip. Natasya dan Kevin tidak menghiraukan dan terus berjalan dengan wajah datarnya.
'awas ajah ya kalian kalo minta temenan sama gue,' batin Natasya. Untuk yang kedua kalinya Natasya menatap Kevin aneh karena masuk ke kelasnya.
" Lo ngapain masuk?" tanya Natasya pada Kevin yang berada di sampingnya .
"Mau nganterin lo," jawab Kevin enteng yang membuat siswa di kelas Natasya menatapnya cengo. Wajar saja karena mereka pasti berpikir yang tidak-tidak tentang diantara Natasya dan Kevin. Sebelum kembali ke kelas, Kevin mengusap kepala Natasya yang langsung di tepis dengan lembut.
Natasya langsung berjalan ke tempat duduknya dan langsung mendapatkan pertanyaan bertubi tubi dari Risa.
"Eh, Lo udah jadian sama Kevin? Kapan jadiannya? Kok Lo gak bilang sama gue? Gue dapet PJ nggak, nih?" Natasya terbengong menatap Risa yang memberikan lontara pertanyaan yang banyak, juga durasi cepat. Natasya memiringkan kepalanya untuk melihat wajah Risa lalu menjawab, "Gak semua."
Pembelajaran terasa begitu cepat atau mungkin Natasya yang sedang dalam mood baik. Bel istirahat berbunyi yang membuat seluruh siswa berhamburan ke kantin, begitu juga dengan Risa dan Natasya. Mereka mencari tempat yang kosong, yaitu di bagian pojok kantin.
"Kita boleh duduk di sini?" tanya Rian yang dibalas anggukan oleh Natasya. Setelah Risa kembali sambil membawa pesanan Natasya mereka larut dalam obrolan. Natasya jadi sedikit terganggu karena Kevin dkk jadi sering bergabung dengannya.
Har ini, Natasya dan Risa akan membongkar identitasnya jika Sesil mulai membullynya. Secara kebetulan Sesil datang diiringi suaa pukulan meja yang membuat orang-orang di meja Natasya.
Sesil menyuruh antek-anteknya, tapi sebelum Sandra dan Mona memegang Natasya dan Risa, mereka sudah jatuh terjerembab karena kakinya di sandung oleh Rian dan Bara yang membuat kantin semakin ramai dengan tawa para siswa FHS.
"Ish, gue bakal ngeluarin Lo dari sekolah ini!" kata Sesil sambil menahan amarahnya.
"Oh ya? Bukan gue tapi Lo," jawab Natasya santai.
"Asal Lo tau, gue itu donatur terbesar di sekolah ini!"
"Cuma D-O-N-A-T-U-R bukan P-E-M-I-L-I-K."
"Tapi gue donatur. Sedangkan Lo? Lo siapa?!"
"Kalo gue pemilik sekolahan ini gimana?" Tanya Natasya santai yang membuat semua menegang.
Sesil dengan histeris menyangkal Natasya, dia berpikir seorang nerd seperti Natasya tidak mungkin pemilik sekolah. Natasya melepas alat nerd yang dikenakan lalu mengambil tisu basah yang tersedia untuk membersihkan wajahnya yang terlihat cantik dan bersih.
Seluruh siswa yang berada di kantin langsung berdecak kagum. Ternyata selama ini mereka tertipu dengan penampilan Natasya. Tak sedikit pula siswa yang memujinya secara terang-terangan.
"Kenalin... gue Natasya Putri Fernandez." Natasya melihat ke arah Sesil dkk yang menegang dan mengeluarkan keringat dingin. Setelah Natasya memperkenalkan dirinya, sekarang giliran Risa yang melepas perlengkapan nerdnya.
"Kenalin... gue Risa Alexander".
"See, sekarang Lo keluar sendiri atau gue yang akan ngeluarin Lo dengan cara yang kasar?" kata Natasya sambil menatap Sesil dkk dengan tatapan mengintimidasi.
"Gue minta maaf, gue gak tau...," lirih Sesil. Tapi masih bisa didengar oleh Natasya dan Risa.
"Maaf ? Gue maafin," kata Natasya kemudian menelfon sekretaris Nata's croup. Natasya menyuruhnya untuk memutuskan kerjasama perusahaannya dengan Oxon company. Sesil yang mengetahui itu lantas terbelalak menatap Natasya.
"Katanya Lo udah maafin gue. Tapi kenapa sekarang Lo malah jatuhin perusahaan keluarga gue?!" kata Sesil dengan amarah yang menahan tangisnya.
"Atas apa yang Lo perbuat ke gue? Sekarang gue maafin dan Lo keluar dari Fernandez high school." Sesil dkk langsung pergi setelah direndahkan dan dipermalukan di tempat umum.
'gue gak akan ngebiarin Lo hidup bahagia,' batin Sesil
KAMU SEDANG MEMBACA
My First Love Is My Friend [END]
Novela Juvenil[COMPLETED] Ini kisah hidup perjalanan seorang gadis dan pria yang sudah lama terpisahkan. Mereka selalu menjaga hati masing-masing dan mempersiapkan diri jika bertemu suatu saat. Namun, apa jadinya saat keduanya dipertemukan tanpa sengaja, justru...