68. Momo Challenge

1.3K 253 43
                                    

Author: (disamarkan)

==Enjoy==

-

-

-

"Mau coba momo challenge tidak, hyung?"

"Permainan bodoh seperti itu tak ada gunanya sama sekali. Kenapa kita tak bermain yang lain saja?"

Jimin berdehem sebagai jawaban, menggumam, kalau takut apa susahnya mengaku sih, dasar gengsian. Tapi langsung ia menjawab, "Boleh. Main apa?"

"Main hatimu."

"Brengsek," Jimin tersenyum manis. "Aku sudah punya nomernya, ayo kita hubungi momo ini dan mainkan permainannya,"

Yoongi memandang ngeri ke Jimin yang mengirim pesan singkat pada Momo.

Iya, sekarang lagi marak-maraknya momo challenge yang katanya permainan ini membuat pemainnya mati bunuh diri. Ada juga yang bilang kalau Momo ini hantu yang mengincar darah dari pemainnya sendiri. Entah, baik Yoongi maupun Jimin sama-sama tak tahu. Ia hanya melihat challenge yang ada di YouTube oleh YouTubers ternama.

Kalau kalian penasaran, silahkan saja cari di YouTube momo challenge. Atau, ingin lihat akun Momo, cari saja namanya momochilena. Tapi kalau kalian penakut, jangan coba-coba dilihat, atau ia akan menghantuimu.

Jimin tersenyum puas kala mendapat balasan dari nomer tersebut, "Daebak! Ia membalas pesanku!"

"Semua pesan dari pemain pasti dibalas, Nak,"

Jimin perlahan mulai larut dalam permainannya dan mengabaikan eksistensi Min Yoongi yang berada di sampingnya, menyimak pembicaraan dua makhluk berbeda wujud itu dengan lirikan dari ujung mata. Mulai dari bertanya nama, umur, tempat tinggal, golongan darah bahkan Momo sendiri meminta foto Jimin agar ia mengenal anak itu—tapi Yoongi melarang, ia menyuruh Jimin mengirim wajah Hoseok sebagai jaga-jaga agar ia tak terlacak. Namun Momo mengetahuinya, ia membalas, jangan menipuku. Aku tau wajahmu.

Yoongi mendesis, "Kalau sudah tahu kenapa masih minta, idiot."

"Hush, jangan marah, mungkin saja dia fangirl grup kita," Jimin mengambil satu selca dirinya dan dikirim ke Momo. Balasan masuk, berbunyi hahaha sudah kuduga itu kau. Tring—pesan masuk lagi, aku minta kau kirimkan video kau menggores nadimu sendiri.

Nah.

Dari sini, Jimin berdusta kalau mengatakan ia tak takut. Nyatanya, wajahnya berubah jadi pucat pasi dan tangannya keluar keringat dingin. Melirik Yoongi, "Hyung, help me."

Yang dibalas gelengan dari Yoongi, "Sudah kuperingati. Tanggung sendiri akibatnya,"

"Kalau aku mati bagaimana?!"

"Balas saja, aku mati setelah kau mati. Selesai,"

Ponsel genggam Jimin berbunyi. Video call dari Momo terlihat. Semakin berteriaklah Jimin—refleks memeluk Yoongi dan menenggelamkan wajah ke leher pucat itu. Yoongi menahan napas, tak kuat menerima keadaan ia dipeluk bayi yang diam-diam ia cintai ini.

Tring—pesan masuk, angkat panggilanku.

Tring—atau kirimkan video darahmu.

Tring—do it, Park Jimin.

Tring—or i'll come over there and bring you to my home.

Tring—tring—tringg—

Yoongi lama-lama jengah, ia menarik ponsel yang tengah menerima panggilan masuk. Glup—ia menelan ludah takut kala melihat penampakan Momo yang mengerikan. Kemudian menggeser layar hape ke ikon hijau, dan sambungan video masuk; Yoongi menutup mata kala melihat sosok Momo bagaimana.

"Darahmu,"

"Tidak mau,"

"Satu,"

"Dua,"

Momo menggeram, "Jangan permainkan aku."

"Jiah, hantu baper," Yoongi merusak suasana. Ia meringis kala Jimin menepuk pundaknya keras. Bayi kesayangannya itu berkata, "Jangan ajak ia bercanda, hyung! Aku takut!"

Ia mendesis, "Diamlah, aku yang mengurusnya. Padahal seharusnya kau tanggung jawab, dasar bocah," Yoongi sempat menyentil dahi Jimin kemudian menahan napas kala melihat senyum Momo di layar hapenya. "Oke, Momo. Aku akan mengabulkan permintaanmu yang lain selain darah,"

"Tak ada, aku mau darah,"

"Aku tak bisa, kenapa tak kau saja yang kubuat berdarah?"

"Coba saja kalau bisa,"

Yoongi diam-diam mengumpat, bagaimana? Ia melirik Jimin yang masih saja ketakutan sambil memeluk lehernya. Ia mendapat ide singkat; ia berbisik, mendekatkan wajahnya ke samping pipi kiri Park Jimin, "Kau mau selamat?"

"Tentu, hyung!"

"Mau jalani ideku?"

"Apa?"

Yoongi menggigit bibirnya dalam, ini permainan penuh resiko tapi kuncinya aku harus balik membuat Momo terkejut dan takut. Ya, itu kunci bagi pemain Momo. Tapi tak disarankan untuk dilakukan karena takut jika Momo sendiri tak terpengaruh.

Ia menarik Jimin agar duduk, menatap anak itu tepat dimata; kemudian meminta Jimin untuk memunggungi layar hape yang menampilkan Momo disana. Ia membisikkan; "Jangan kesal padaku, Jim,"

Semoga kali ini berhasil.

Ia kemudian tanpa basa-basi langsung mendekatkan wajahnya ke Jimin, hidung keduanya bersentuhan, bibir nyaris menyatu. Jimin tak kuasa bernapas kala ia merasakan hembusan napas dari Yoongi menyapu wajah. Blank tanpa pikiran. Ia akan diapakan?!

Kemudian terdengarlah teriakan dari ponsel pintar Jimin sebelum akhirnya layar hapenya mati.

Yoongi tersenyum puas, memamerkan itu pada Jimin, "Lihat? Jawabanku tepat sasaran—Momo homophobic dan jelas tak kuasa melihat kita berdua,"

Brukkk.

Kala ia melihat ke arah Park Jimin, ia terkejut.

Anak itu sudah pingsan.

Bukan—lebih tepatnya tepar di atas sofa dengan muka memerah habis.

"Jim?"

"Hyung,"

"Kau kenapa?"

"A-apa itu tadi?"

"Taktikku? Err, begitulah," katanya. "Kenapa? Kau kesal?"

Jimin menggeleng, kemudian bangkit. Memandang Yoongi, "Can I kiss you?"

Ada jeda sebentar.

"No. You can't."

"Oke, aku akan telfon Momo lagi agar kita bisa berciuman,"

"Silahkan saja, aku pergi dulu,"

Jimin berteriak dari kejauhan setelah Yoongi keluar dari kamar. Yang lebih tua terkekeh pelan, yang muda meraung mengenaskan. Kalau tau begini, aku sosor saja Yoongi tadi! ­–Park Jimin, 21 tahun, nyaris dicium Yoongi, tapi gagal karena ia tak konsentrasi.

Well, Jimin.

You got no jams.

-

EPILOGUE

-

"Sial,"

"Kenapa?"

"Pemain kali ini homo,"

Temannya tertawa, "Haha! Lalu, kenapa mimisan? Mereka berciuman di hadapanmu?"

"Aku tak tahu, yang jelas aku melihatnya—argh, sial," sahut pelaku tersebut. "Ah, aku butuh aspirin. Joon, bawakan aku aspirin! Momo butuh energi lagi untuk menakuti orang lain!"

-

END.

PS: itu aku ngasal kok gimana kalahin Momo, aku gak tau, iya ini fiksi sayangcu.
Maaf karena alurnya kecepatan dan tak seru, huhu. Ya sudah, gomawo yeorobun.
Talanghae.

How To Kiss Yoongi | YoonMin Party ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang