81. Leave, Don't Leave

1.3K 224 96
                                    

Author: Shookid

==Enjoy==


Bekas panas siang tadi menyisakan gersang. Angin dingin menyelusup masuk lewat kisi-kisi jendela. Jimin betah duduk di sisinya, sembari memeluk boneka anjing kuningnya yang diberi nama Chimmy, seperti anak kecil memangku boneka bayi.

Dari arah dapur di lantai bawah, terdengar suara keretak-keretak peralatan masak. Harum manis kue tercium bersama wangi sedap makanan panas. Jimin sedang tidak ingin mengganggu Jungkook ataupun mencuri cicip kuenya. Ia sedang ingin begini saja, duduk terpekur menatap halaman depan.

Sebentar lagi Taehyung pulang. Biasanya Jimin akan duduk di teras depan atau parahnya, mengunci pintu pagar dan menyembunyikannya agar mobil Taehyung tidak bisa masuk. Si jangkung itu akan memanjati pagar dan marah-marah pada Jungkook, tetapi Jungkook pura-pura tidak tahu dan balas mengomel. Kemudian, Jungkook akan dengan mudah menemukan kunci itu dan Taehyung tanpa tahu malu merayu Jungkook.

Bagi Jimin, menyaksikan pertengkaran mereka itu lucu. Lagipula, Jungkook sendiri yang mengatakan, justru pertengkaran-pertengkaran kecil itu membuat keduanya saling memahami dan mempererat hubungan.

Itu pula yang membuat Jimin iri. Sebenarnya, itu motif tersembunyi dari keisengan-keisengan Jimin.

--

Jimin menyesalkan sifat lemah dan mudah mengalahnya, tidak cerewet seperti Jungkook. Yoongi itu galak, tukang perintah, tidak sabaran,dan seenaknya. Jimin takut, kalau dia melawan, kekasihnya akan meninggalkannya. Walaupun Yoongi tidak pernah mengancam begitu.

Yoongi tidak pernah mengucap kata cinta. Yoongi tidak pernah pula mendeklarasikan status hubungan mereka. Tahu-tahu, mereka berkencan dan sikap Yoongi menjadi semakin posesif.

Suatu ketika, mereka menonton drama romantis bersama. Tanpa mengalihkan pandangan, Yoongi bertanya,"Jimin, apa kau menyukaiku?"

"Sangat,"jawab Jimin malu.

"Sangat apa?"

Dengan muka memerah, Jimin berbisik tepat di telinga Yoongi,"Sangat menyayangimu, Hyung."

Yoongi menjauhkan kepalanya. Dia hanya tersenyum tipis.

"Kalau Hyung, bagaimana?"Jimin menuntut balas,"Coba katakan."

Dengan mengerling, Yoongi melebarkan seringainya, memperlihatkan deretan gusi. Jimin tentu saja cemberut. Maka Yoongi pun merengkuhnya. Selalu sampai sebatas pelukan.

--

Jimin rindu Yoonginya : si jutek yang sok tampan; jenius yang seenaknya; cerewetnya penuh sarkasme; tukang atur yang sok penting, seakan dialah yang paling berhak atas segala sesuatu tentang Jimin.

Kecuali satu hal, Yoongi tak bisa mengendalikan. Sesuatu yang membuat hati Jimin perih, seperti tersayat silet yang kulit robeknya susah menutup kembali dan darahnya menyering di tepian luka.

Angin kering yang dingin dan langit mendung pun, Jimin ingat Yoongi. Bertanya-tanya : Yoonginya sedang ada dimana; bagaimana kabarnya (Yoongi itu pekerja keras, meski tubuhnya sudah kelelahan); apakah dia makan dengan teratur (Yoongi susah makan sayuran dan buah-buahan); dan.... apakah Yoongi merindukannya?

Lamunan Jimin buyar ketika mobil memasuki pekarangan dan berhenti, lalu dua orang tampak keluar dari dalam mobil. Jimin terperanjat, spontan berdiri dan mencondongkan kepala ke jendela. Boneka Chimmynya terguling begitu saja.

Dia tersadarkan tiba-tiba, antara percaya dan tidak percaya melihat orang yang datang bersama Taehyung.

"Hyung, apa kabar?"

How To Kiss Yoongi | YoonMin Party ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang