Pasang mummed diatas untuk pengalaman membaca lebih baik.
WARNING. Typo masih betebaran.
So Eun mendengar langkah sepatu yang familiar mendekat kearah pintu kamarnya. Didengarnya duara knop pintu dibuka setelahnya, kemudian samar-samar dari matanya yang terpejam, So Eun melihat Sehun melangkah cepat kearahnya. Dirasakannya namja itu duduk disamping tubuhnya yang meringkuk, kemudian suara namja itu terdengar khawatir.
"So Eun, neo guenchana?"
"Perutku sakit." Gumam So Eun sembari memeluk lebih erat perutnya.
"Akan kupanggil dokter."
So Eun menahan tangan Sehun dan mencoba membuka matanya menatap wajah namja itu. "Tidak usah, mungkin hanya karena aku terlambat datang."
"Maksudmu... datang bulan?"
"Huum."
"Apa, sangat sakit?"
"Sangat sakit."
Melihat ekpresi So Eun yang mengerutkan dahinya menahan sakit yang teramat, Sehun tentu tak hisa meninggalkannya. Ia kemudian beranjak dari duduknya, melepas jasnya dan menggulung kedua lengan kemejanya dibawah siku. Diangkatnya tubuh So Eun sekedar merapikan posisi yeoja itu agar lebih nyaman.
"Apa tak ada obatnya?" Tanya Sehun sembari berbaring disamping So Eun dan mengusap kening yeoha itu berulang kali.
"Sudah kuminum. Jangan khawatir, pergilah bekerja."
"Aku tak akan bekerja hari ini." So Eun terbelalak menatap Sehun kemudian kembali mengerutkan dahinya.
"Wae? Ini biasa terjadi. Pergilah... kau harus bekerja."
"Apa kau kuijinkan untuk membantah? Kau mau dihukum?"
"Aku sedang sakit, apa kau tega menghukumku?"
"Lagi pula kau selalu menyukai hukumannya, mungkin sakitmu akan hilang setelahnya, yakan? Lupakan. Kau akan kuhukum ketika sembuh nanti. Sekarang kau harus sarapan terlebih dahulu." Sehun mencium kening So Eun dan melangkah meninggalkan yeoja itu.
"Imo(bibi), tolong buatkan bubur."
"Ne, sajjangnim. Kendae, jika boleh bertanya, sejak kapan anda suka bubur."
"Bukan untukku, tapi untuk nyonya Oh. Ia sedang tidak enak badan. Katanya telat datang bulan."
"Aigoo sajaangnim! Selamat... saya turut bersukacita mendengarnya."
Sehun tertegun dengan gelas masih melekat digenggamannya. Ditatapnya heran kearah bibi kepala pelayan rumahnya. "Selamat untuk apa?" Tanya Sehun kebingungan.
"Anda bilang nyonya telat, itu berarti dia sedang mengisi bukan?" Bibi kepala pelayan tertawa bahagia, meninggalkan jejak aneh diwajah Sehun. Segera setelah Sehun mengerti apa yang di maksud, ia segera meletakkan gelas ditangannya dan berlari menuju kamar dimana So Eun berada.
Pintu kamar terbuka kuat hingga menimbulkan suara, membuat mata So Eun yang terpejam kini membelalak.
"Kita harus kerumah sakit, ani... kita panggil dokter."
"Wae?" Tanya So Eun masih keheranan.
"Jangan bergerak dari tempat tidurmu dan istirahatlah."
Sehun terlihat mondar mandir dibalkon dengan ponsel digenggaman tangannya. Beberapa kali ponsel itu tak melekat ditelinganya. Hingga akhirnya ia kembali memasuki ruangan dan tersenyum amat bahagia kearah So Eun.
"Katakan padaku, apa yang terjadi." Pinta So Eun menatap wajah gembira Dehun dengan ekpresi datar.
"Dr. Choi tidak bisa datang, jadi ia merekomendasikan Park Bora padaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Lies ✔
FanfictionAda kebohongan sempurna yang Sehun rahasiakan... Sehun menjebak So Eun dalam sebuah ikatan pernikahan yang bahkan tidak ia ketahui alasannya. Bukan untuk melepas rasa bersalah yang menghantuinya atau melepas rasa yang telah lama disimpan. Semua ter...