So Eun keluar dari ruangan dokter kandungan pribadinya. Ia terduduk diam diruang tunggu sambil terus menatap foto dirinya dan Sehun dilayar depan ponselnya. Senyuman diwajah namjanya mengundang air matanya, untungnya ia cukup kuat untuk menahannya.
Kenyataan bahwa ia akan sulit mengandung membuatnya takut. Bahkan dokter kandungan pribadinya sendiri berkata bahwa besar kemungkinan, dia tak akan punya keturan. Alasan yang diberikan sang dokter adalah obat yang sering dikonsumsinya kala mengandung dulu. Yap, obat dari Bora.
"Aku pulang..." seruan lembut itu mengundang senyum So Eun. Ia melangkah mendekat lalu memberi kecupan kenamjanya.
Dikamar mereka, sunyi kian menyergap. Sehun berada diruang ganti mencari-cari baju santainya sementara So Eun berada diatas tempat tidur sambil melipat handuk mereka.
"Bagaimana dikantor?"
"Ummm..." So Eun bergumam sejenak. "Seperti biasa. Tidak banyak perubahan." So Eun mulai termenung dalam kesendiriannya, mengingat kembali perkataan dokter yang ia dengar. "Yeobu..."
"Hm? Wae?" Suara Sehun menanggapi, tapi So Eun tak punya keberanian untuk mengatakan apa yang harusnya suaminya tau.
Sehun kemudian terdiam, mengetahui So Eun sama sekali tak mengeluarkan sepatah katapun dari mulutnya. Penasaran, Sehun keluar dari ruang ganti dan mendapati So Eun terdiam sendiri. Sehun duduk didepan So Eun dan menatap mata memerah yeojanya.
"Wae? Ceritalah... aku siap mendengar."
"Aniya... hanya saja, akhir-akhir ini kantor menguras tenagaku." So Eun tersenyum kecil, dan Sehun memeluknya segera lalu mengecup keningnya.
"Mian... aku tak pernah mengajakmu berlibur. Bagaimana kalau besok? Mau ke Tokyo?"
"Huum. Gomawo..."
.
.
.Gaienmae and Aoyama-itchome, Japan.
Sehun keluar dari kamar mandi dengan mantel handuk menyelimutinya. Ia tertawa kecil kala melihat So Eun yaang masih berbalut selimut menungging diatas tempat tidur sambil menatap layar ponselnya.
"Sedang apa?" Tanya Sehun tertawa kecil.
"Sedang melakukan saran dokter. Katanya jika melakukan ini lima menit setelah melakukan hubungan intim akan membantu agar aku segera mengandung."
"Benarkah? Haruskah aku melakukannya juga untuk menemanimu?"
"Yeobu... kau ini kenapa?" Ucap So Eun yang kepalanya menghadap Sehun yang juga ikut menunggingkan tubuh.
"Aku juga ingin berusaha... mana bisa aku membiarkanmu berusaha sendiri. Lagi pula, untuk saat ini bukankah hanya ini yang bisa aku lakukan?"
So Eun segera duduk kembali diikuti Sehun, kemudian menatap mata namja itu dengan mata yang kian memanas akibat menahan tangis. So Eun segera memeluk Sehun kemudian menangis dipundak namja itu.
"Mian..." gumam So Eun pelan.
"Aniya... ini bukan salahmu. Hal yang besar memang butuh perjuangan yang besar." Sehun memberi jarak antara mereka kemudian menangkup pipi So Eun. "Uljima... "
Malam kian menjelang, setelah makan malam keduanya memutuskan berjalan santai di
Icho Namiki Avenue. Dengan pakaian santai keduanya melangkah seirama dibawah pohon-pohon ginkgo kuning emas yang terlihat sedikit buram ditelan gelap malam."Seminggu lagi, akan ada acara keluarga. Kau mau datang?"
"Mengapa bertanya? Tentu aku mau."
"Tapi tidak denganku." Sehun terus melangkah pelan sementara So Eun menatap bingung kearah namjanya. "Terakhir kali aku datang, eomma mengetahui kalau appa selingkuh. Mereka bertengkar kemudian meninggalkanku dikediaman imo yang sifatnya mirip monster. Aku besar disana sampai saat ulang tahun ketujuh belas, aku mendapat berita bahwa eomma meninggal dunia dan appa menikah dengan wanita yang hampir seumuran denganku dihari eomma meninggal. Diumur kedelapan belas, perusahaan keluarga Oh, seutuhnya jatuh padaku. Sejak itu, aku tak pernah bertemu appa atau keluarga yang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Lies ✔
FanfictionAda kebohongan sempurna yang Sehun rahasiakan... Sehun menjebak So Eun dalam sebuah ikatan pernikahan yang bahkan tidak ia ketahui alasannya. Bukan untuk melepas rasa bersalah yang menghantuinya atau melepas rasa yang telah lama disimpan. Semua ter...