Typo masih bertebaran...
Selamat membaca... salam hangat!😁
"Dia, tidak akan memberi keturunan." Ucap imo Sehun pada menantu tertuanya.
"Tapi, bukankah masih ada kemungkinan dia akan mengandung?" Balas sang menantu penasaran.
"Sehun saja berkata butuh waktu. Sampai kapan? Aku sangat bersyukur kaulah menantuku. Sudah memberiku dua cucu. Aku tak habis pikir apa yang dipikirkan Sehun hingga mau mempertahankannya."
"Ah... eomma bisa saja..." Ucap sang menantu tertawa bersama dengan ibu mertuanya.
So Eun hanya dapat mematung. Dadanya sesak, seakan udara disekitarnya menjauhinya. Ia menghembuskan nafas panjang beberapa kali, untuk menahan tangisnya. Lalu dengan pasti ia melangkah masuk kedapur.
"Oh, kau disini?" Ucap Imo tersenyum.
"Iya, ada yang bisa dibantu?"
"Owh... begini So Eun. Menantuku sedang mengandung anak ketiga mereka. Pinggangku juga sudah amat sakit. Bisakah kau mengerjakan semua sendiri?"
"Eomma..." gumam Geum Ji merasa sedikit tidak enak.
"Sudah tak apa. Lagian dia sehat. So Eun juga tidak sedang mengandung. Benarkan So Eun?"
"Hm. Benar. Biar kukerjakan semua."
.
.
."Imo? Dimana So Eun?" Ucap Sehun kala mendapati Bibi dan Geum Ji kembali dari dapur dan ikut bergabung dengam yang lainnya.
"Owh... dia meminta kami pergi dan bersikeras ingin memasak sendiri. Kami tak bisa mengatakan apapun. Dia benar-benar bersikeras."
Waktu terus berlalu, makanan demi makanan ia antar kehadapan sanak saudara Sehun. Mondar mandir kesana kemari dengan wajah kian terlihat kusam namun terus memasang senyum.
Makan malam telah selesai, namun Sehun tak kunjung melihat So Eun dimeja makan. Ia memutuskan kedapur untuk melihat keadaan So Eun. Dilihatnya dari jauh yeoja itu menyeka keningnya dengan punggung tangannya. Terlihat letih dalam kesendiriannya.
"Biar kubantu..." ucap Sehun dengan amat lembut.
"Gomawo. Biar kupotong sayur..." Ucap So Eun sebelum melangkah. Namun Sehun menarik tangan yeojanya dan menggelengkan kepala kearahnya. "Tidak. Jangan lagi..." Sehun menangkup wajah So Eun dan memberinya ciuman singkat. "Duduklah, kau belum makan sejak siang kan?" Sehun melihat bagimana So Eun melangkah dengan sedikit tertatih kemeja marmer dan duduk dikursi menghadap Sehun yang tengah menggulung lengan kemejanya. Sehun menyiapkan makan malam untuk So Eun dihadapan wanita itu dan melanjutkan tugas yang seharusnya dikerjakan So Eun.
Kala Sehun asyik dengan dunia kokinya, So Eun memperhatikan namja itu dengan amat fokus. Ia mulai berpikir tentang apa yang ia rasakan saat itu. Rasa bersalahkah?
"Terimakasih telah memasak untuk kami hari ini. Masakan istriku memang paling enak." So Eun tertawa kecil mendengar ucapan Sehun.
Setelah selesai memasak, So Eun dan Sehun kembali bergabung. Namun So Eun dimintai menjaga cucu-cucu imo yang masih kecil pada saat itu. Sehingga kembali meninggalkan acara.
"So Eun... tolong sampah yang dibelakang dibuang ketong sampah samping. Bisakan?"
"Ne." Balas So Eun lembut.
Ia meninggalkan kedua cucu imo dan pergi membawa kantung sampah dan mengutip tiap sampah dihalaman belakang. Baru saja ia selesai mengikat kantung sampah Geum Ji menghampirinya.
"Apa yang kau lakukan! Kau meninggalkan anak-anakku bermain sendiri? Lihat apa yang kau lakukan!" Teriak Geum Ji menunjukkan bekas goresan ditangan salah seorang putranya yang kala itu menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Lies ✔
FanfictionAda kebohongan sempurna yang Sehun rahasiakan... Sehun menjebak So Eun dalam sebuah ikatan pernikahan yang bahkan tidak ia ketahui alasannya. Bukan untuk melepas rasa bersalah yang menghantuinya atau melepas rasa yang telah lama disimpan. Semua ter...