24. Feels Like a Second Ago

2.8K 310 10
                                    

Sehun sedang duduk dicafataria perusahaan yang dulu miliknya. Setiap kariawan masih memandangnya takut. Mereka masih tidak terbiasa dengan Sehun yang kehilangan gelar CEO nya. Sehun menyedu minuman ditangannya sambil sesekali menghembuskan nafas berat.

Minhyuk memasuki cafetaria dan langsung mengundang perhatian. Para kariawan dia cafetaria segera berdiri dan membungkuk. Mengetahui ada perubahan mendadak diruangan itu, Sehun sadar dari lamunannya dan dengan berat hati menunduk untuk Minhyuk. Minhyuk mengangguk, pertanda bahwa semua orang diruangan itu bisa duduk.

Minhyuk mendatangi meja Sehun kemudian duduk dihadapannya. Ia menatap Sehun yang sudah terlihat nyaman dengan tatapan mencolok kearahnya.

"Apa yang kau lihat?"

"Aku memperhatikan keparat."

Tatapan Minhyuk segera berubah. Ia mengerutkan keningnya menyadari sikap psikopat namja itu masih terasa kentara baginya.

"Mwo?"

"Maksudku, lalat keparat yang baru saja melintas diatasmu. Lalat yang tidak hanya puas menyicipi makananmu tapi juga menyicipi kotoranmu. Benar bukan?"

"Tuan Oh, aku tidak sebodoh yang kau pikir. Bagimana mana mengatakannya? Ini hanya rasa iba ku. Jika bukan karena ku, kau sudah tinggal dijalan."

"Appa!" Eun Hyuk berlari cepat menghampiri Minhyuk dan diangkat Minhyuk segera kepangkuannya.

"Eun hyuk-a... eomma eodiseo?"

"Nado molla."

Minhyuk tertawa kecil kemudian mencium gemas pipi anaknya. "Owh... tuan Oh. Perkenalkan ini Eun Hyuk anakku. Oh Eun Hyuk."

Mata Sehun melebar dengan seketika. Posisi duduk Sehun menjadi kaku dan tegang. Matanya mulai ber air. Ia menatap Eun hyuk tanpa berkedip.

"Aku tidak akan melarangmu melakukan apapun. Tapi kau harus tau, mendekati mereka berarti menyakiti keduanya. Jadi kuminta kau menjauh dari So Eun dan Eun Hyuk."

Air mata Sehun menetes, cup minumannya ia genggam erat. "Minhyuk-a..." suara parau Sehun terdengar. "Minhyuk-a... jebalyeo... jangan lakukan ini eoh? Minhyuk-a... aku akan melakukan apapun untukmu kendae, tolong kembalikan mereka... jebal..." Untuk pertama kalinya Sehun memohon pada orang lain selain So Eun.

"Tuan Oh. Sejujurnya... aku mencintai mereka. Aku mencintai keduanya. Lalu apa yang harus kulakukan?" Minhyuk menggebdong Eun hyuk menjauhi Sehun. Sehun berdiri dari duduk nya dan seketika berteriak. "Lee MinHyuk!"

Tatapan para kariawan tertuju pada Sehun. Perlahan Sehun menekuk lututnya sampai akhirnya lutut itu benar-benar mendarat dilantai. Tangannya ia tautkan dan segera menunduk menyentuh lantai.

"Jebal..." suara parau Sehun terdengar amat menyiksa sipemilik.

Lee Min Hyuk kemudian mendekat. Ia meletakkan Eun hyuk tak jauh didepan Sehun.
"Lihat..." ucap Minhyuk yang membuat Sehun kembali terduduk. Minhyuk melangkah menjauh meninggalkan Eunhyuk yang segera berlari memeluk kaki Minhyuk. "Dia bahkan tak mengenalmu. Biarkan dia lupa. Eoh?" Minhyuk menggendong kembali Eunhyuk dan membawanya keluar dari Cafetaria.

Bora yang terlihat berdiri diambang pintu menatap kejadian itu tidak dapat membela Sehun. Kedatangan Bora yang kemudian disadari para kariawan membuat para kariawan segera berdiri dan menunduk.

"Oh Sehun..." Bora melangkah mendekati Sehun kemudian mencoba menarik tangan Sehun untuk berdiri. Namun Sehun menepis tangan Bora yang melekat dilengannya. Ia melangkah pergi dari Cafetaria kemudian suara Bora menghentikannya. "Sehun-a... changkeuman."

"Wae? Apa lagi? Apa lagi yang mau kau ambil dariku?" Sehun menatap mata Bora yang menatapnya seakan menaruh belas kasihan. "Kau mau ambil mataku? Organ tubuhku? Atau..." Sehun melangkah mendekati counter cafetaria dan mengambil sebilah pisau. "... atau nyawaku?" Sehun menggores pisau itu dipergelangan tangannya, dengan mudahnya darah menetes keluar dari pergelangan tangan kiri Sehun. Ia menarik tangan Bora kemudian memberikan bilah pisau itu padanya. "Ambil nyawaku dengan benar... jangan siksa aku seperti ini. Ara?" Sehun melangkah kekuar cafetaria dengan tetes darah sebagai jejak langkahnya.

Pintu lift terbuka, Sehun mematung kala dilihatnya So Eun berdiam menatapnya dengan tatapan yang sama didalam lift. Sehun masuk dengan pasrahnya seakan akan ia tak pernah mengenal So Eun.

"Darah... tanganmu berdarah."

"Ara..."

"Biar kubalut dengan saputangan."

"JANGAN MENDEKATIKU! JANGAN BICARA PADAKU! JANGAN LAKUKAN APAPUN!"

So Eun mematung sambil meremas kuat saputangannya. Air matanya terjun bebas begitu saja.

Satu hal yang tidak diketahui Sehun, bahwa ia mengingat semuanya. Ia mengingat semuanya tidak terkecuali. So Eun tidak kehikangan ingatannya, ia tidak pernah kehilangan ingatannya.

Bahkan untuk sedetik saja di lift itu bersama Sehun terasa seakan siksaan bagi So Eun. Ia ingin memeluk namja itu. Ia ingin menggenggam tangan namja itu. Ia ingin mengobati luka namja itu. Tapi tidak ia lakukan. Ia perlu saat yang tepat. Dan saat itu bukan sekarang.

"Eunhyuk..." Mendengar suara Sehun, So Eun segera menghapus cepat tangisnya. "Dia anakmu?" Sehun kemudian berbicara dari atas bahunya.

"Ne, dia anakku." Ani... Sehun-a dia anak mu, anak kita. -So Eun membatin.

"Lee Eun Hyuk atau Oh Eun Hyuk?"

So Eun mematung sejenak sebelum akhirnya dengan sedikit bergumam ia mengucapkannya lantang tenpa terputus.

"Lee Eun Hyuk." Ani... Oh Eun Hyuk. -So Eun membatin.

"Kau bahagia?"

"Mwo? A-aa... ne... aku bahagia."

TING! Pintu lift terbuka.

Sehun keluar dari pintu lift, baru selangkah melepati ambang pintu lift ia berbalik dan segera menahan pintu lift yang akan segera tertutup.

"Obati aku." Sehun menjulurkan tangan kirinya sementara tangan kanannya menempel pada sisi lift.

So Eun melilit pergelangan tangan Sehun dengan saputangannya sementara Sehun menatapi yeoja itu dengan serius.

"Apa itu mencintai?"

"Mwo? Mengapa tiba-tiba..."

"Kumohon jawablah..."

"Mencintai harus siap terluka tapi aku bahagia. Kalau dicintai harus siap mendorong mundur perasaan orang yang mencintai."

"Lalu kau yang mana?"

"Aku... aku akan memilih mencintai. Asalkan dia bersama orang lain, aku ingin terus membagi cintaku padanya bukan?" So Eun bermaksud membangun semangat Sehun untuk tetap bertahan sebentar lagi. Hanya sebentar lagi untuk kebahgiaan keduanya.

"Aku lebih memilih dicintai." So Eun mendongah menatap Sehun yang matanya seakan menatap jauh kedalam So Eun. "Karena mencintainya menyiksaku."

So Eun terdiam sejenak menatap mata namjanya kemudian segera menunduk menyelesaikan balutan ditangan Sehun.

"Jadi... s-sekarang kau sedang mencintai?"

"Sudah tidak sejak beberapa detik lalu." So Eun termenung kaku menatap mata Sehun. "Aku berhenti melakukan keduanya."

"Wae?"

"Mwo? Keunyang... aku ingin dia punya hidup yang lebih layak?" Sehun tertawa kecil kemudian melepas genggaman tangan kananya dari sisi pintu lift. Ia mundur sedikit agar pintu lift bisa segera tertutup.

Baru saja pintu lift tertutup, Sehun menyadari bahwa So Eun seakan bergumam tanpa suara. Ia segera melintasi tangga darurat kala ia mengetahui kata yang diucapkan bibir yeojanya.

Ini aku...

Ucapan itu seakan terus terngiang dikepala Sehun. Secepat yang ia bisa, ia mencoba mencapai lantai dasar sebelum So Eun.

Namun ketika pintu darurat dilantai dasar terbuka. Sehun hanya bisa terdiam mematung kala dilihatnya So Eun, Minhyuk dan Eunhyuk berjalan masuk kedalam mobil dan segera meninggalkan perusahaan.

Maaf banyak typo...
Salam hangat🤗🤗🤗

Perfect Lies ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang