29. Those Blue Days

2.7K 273 31
                                    

Pasang mulmed diatas untuk mendapatkan pengalaman membaca yang menarik.

.
.
.

Sehun tidak mengucapkan sepatah katapun. Pandangannya hanya tertuju pada cup bubble tea kesukaannya yang telah dipesan Hyo Joo sebelumnya. Keduanya hanya terdiam cukup lama sembari menguatkan diri untuk mendengar atau memulai percakapan lebih dulu.

"Oppa?" Hyo Joo menegur Sehun dengan suara lembutnya, ia masih tidak bisa meninggikan suaranya pada namja itu meski ia ingin. "Aku tau sekarang mengapa kau pergi ke seoul lebih dulu kemarin. Oppa... aku tidak akan mempertanyakan itu lagi. Kendae..." Hyo Joo memberanikan diri menatap Sehun yang bahkan tidak menatapnya sama sekali. "...kau tidak lupa kalau pernikahan kita tiga hari lagikan?"

"Hyo Joo-ya-"

"Oppa..." seru Hyo Joo memotong ucapan Sehun. "... aku percaya padamu." Hyo Joo meraih tasnya kemudian berdiri berencana meninggalkan Sehun. Namun sebelum ia memulai langkah pertamanya, ia menatap Sehun sekali lagi dengan tatapan penuh harap berselimut takut dan kecewa. "Ini kali pertama... oppa tidak menatap mataku ketika kita bicara." Kemudian Hyo Joo melangkah meninggalkan Sehun.

...

Sehun memasuki kamar So Eun dan mendapati yeoja itu berbaring dengan tatapannya mengarah pada Sehun.

"Neo guenchana?" (Kau baik-baik saja?)

So Eun mengangguk kemudian tersenyum tipis. Ia berusaha duduk kemudian segera dengan sigap dibantu Sehun. "Pulanglah..." ucap So Eun segera setelah ia terduduk.

"Jangan seperti ini..." ucap Sehun menatap So Eun yang terduduk diam seakan menatap sesuatu dikakinya. "...kau tetap tidak pernah berubah. Selalu saja menomor duakan dirimu sendiri."

"Kau juga tak berubah..." So Eun menatap Sehun dengan tatapan mata memerah yang tergenang air memancarkan sepercik cahaya yang seakan menghunuskan ratusan jarum dijantung Sehun. "... tak mau mendengarkanku."

Sehun menundukkan kepalanya, kemudian menghembuskan nafas berat. Ia menarik lengan So Eun dan melihat perban yang melilit pergelangan tangan wanita itu. "Berhentilah melakukan hal bodoh." Kemudian ditatapnya wajah So Eun dan tersenyum kala dilihatnya senyum diwajah yeoja itu. "Kalau begitu aku pergi. Jaga dirimu..." ucap Sehun lembut sebelum membalik badannya dan melangkah pergi.

Kala Sehun membalik badannya, So Eun menjulurkan tangannya, ingin menahan pria itu pergi. Tapi tangannya kanya menyentuh sedikit mantel Sehun dan namja itu tak menyadarinya.

So Eun berhenti menjulurkan tangannya sembari memperhatikan punggung Sehun menghilang dibalik pintu.

Air mata So Eun menetes namun segera ia hapus dengan tangannya cepat. Ia tidak berhenti menangis dan selalu dengan cepat menghapus air matanya.

Sekertaris Ko memasuki ruangan dan melihat So Eun menatapnya dengan mata sembab namun bibir yang melengkung sebaliknya. Sekertaris Ko kemudian menunduk lalu kembali menatap So Eun. "Tidak ada salahnya menangis nyonya..." Sekertaris Ko tersenyum kecil. "... saya akan menjaga pintu untuk anda sehingga tidak akan ada yang melihat." Sekertaris Ko keluar dari ruangan. Ia berdiri didepan pintu ruangan So Eun dengan posisi tegar namun meneteskan air mata pula. Sebab suara isak tangis So Eun terdengar amat pilu ditelinganya.

...

Sehun tiba
dimobilnya kemudian terdiam disana sesaat sebelum akhirnya menyandarkan lengan kiri dan kepalanya kesetir mobil miliknya. Nafasnya terasa memendek, ia memukul dadanya beberapa kali sambil menghembuskan nafas berat.

"Ani, aniya Sehun-a... kau akan menikah lusa, kau tidak boleh seperti ini..." ucap Sehun menguatkan dirinya sendiri.

...

Perfect Lies ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang