Telapak tangan itu berayun tinggi diudara, membuat senyum sumringah So Eun semakin melebar. So Eun berlari kecil menghampiri Sehun yang berdiri disamping mobilnya. Sehun menatap So Eun dengan senyuman hangat yang sama. Senyuman hangat yang pantas keduanya dapatkan sejak lama.
Lengan So Eun melingkar erat dipinggang namjanya. Sehun mengecup ubun-ubun yeojanya cukup lama sambil merangkulnya kemudian menatap wajah yeoja itu tanpa bisa menghilangkan senyumnya.
"Udah lama ya?" Ucap So Eun sembari setia mendongah menatap wajah Sehun.
"Aniya... aku bisa menunggu lebih lama hanya untukmu." So Eun tertawa kecil. Sudah jelas ia tersipu malu. "Mau makan?" So Eun mengangguk menanggapi dengan antusias.
.
.
.Direstoran mewah bergaya klasik itu, keduanya menyantap perlahan makan malam mereka. Kadang senyum yang keduanya lemparkan menjadikan suasana sudah amat ramai meski tanpa suara.
"Love..." Ucap Sehun memanggil So Eun. Panggilan satu sama lain yang entah sejak kapan telah mereka sematkan. Seruan itu tentunya memancing penuh pandangan So Eun. "Sudah setahun sejak kejadian itu. Apa masih belum bisa melupakannya?"
So Eun tertegun. Ia tau kemana arah pembicaraan ini menuju. Yap! So Eun masih trauma, belum siap untuk kembali mengandung. Ia tak bisa, bukan hanya itu... ia takut.
"Sehun-na... mian. Aku masih belum siap. Aku hanya..." Sehun segera menarik dagu So Eun sehingga wajah yeoja yang kian menunduk itu menatapnya. "It's ok, love... aku mengerti. I'll wait..." Sehun tersenyum hangat, jujur akan ucapannya. Meski ia cukup iri akan kolega-koleganya yang kini sudah memiliki satu atau dua anak. Tidak dapat dipungkiri, bahwa rasa kecewa sedikit melekat dibenaknya.
.
.
."Love! Dimana kemeja grey milikku?" Teriakan itu segera mengundang kehadiran So Eun yang kala itu tengah menata meja makan.
"Gak ada dilemari?" Tanya So Eun memastikan.
"Enggak... udah aku cari dan gak ketemu jugak."
"Lalu ini apa?" So Eun mamasang wajah jengkelnya sambil mengangkat kemeja abu-abu itu setinggi bahunya.
"Sorry Love..." Balas Sehun tersenyum menampakkan jejeran giginya seakan tak bersalah.
So Eun meletakkan kemeja diatas tempat tidur lalu memilih beranjak pergi. Namun sebelum So Eun berbalik, Sehun menariknya mendekat dan mengecup singkat bibir So Eun. "Love ya..." So Eun tertawa sejenak menatap wajah Sehun. "Love you too..." Balas So Eun lembut.
Tak berselang lama, Sehun turun dari tangga. Keemudian melangkah mendekat kemeja makan dengan tangan yang masih sibuk berkutat dengan dasinya.
"Biar kubantu..." Ucap So Eun segera menggapai dasi sang suami dan Sehun mendaratkan tangannya yang hampa dipinggul yeojanya.
"Love, ada sesi pemotretan untuk majalah bisnis. Dan itu sebelum jam makan siang. Apa tak apa jika menunggu lebih lama untuk makan siang bersama?" Ucap Sehun sembari sedikit mendongah agar meleluasakan So Eun mengekangkan dasi miliknya.
So Eun mengusap dada dan bahu Sehun pertanda bahwa dasi dan sipemilik sudah terlihat rapi. Lalu kedua telapak tangan yeoja itu melekat dibahu Sehun. "Iya gak papa." Ucap So Eun lembut. "Ayo sarapan."
.
.
.Siang itu So Eun menyambangi kantor sang suami. So Eun duduk tak jauh dari tempat sang suami tengah duduk dengan aura penguasanya. Bagai singa dihutan kediamannya. Hanya saja, satu hal mengganggu pemandangan itu, yap... sang sekertaris baru Sehun. Yang terlihat terus menempel dan ikut ambil bagian pada setiap gerak gerik Sehun.
"Love... ini sekertaris baru, Cha Im Yoon." Sekertaris itu menjulurkan tangan kemudian So Eun membalasnya. "Cha Im Yoon." Seru sang sekertaris. "Panggil saja Yoon." So Eun mengangguk dan kemudian tersenyum tulus dengan sedikit rasa janggal. "So Eun, Kim So Eun."
Diruangan Sehun, So Eun sesekali melirik Sehun sambil mengunyah makan siangnya. Bukan tanpa alasan, pasalnya Sehun sedari tadi tersenyum kala menatap layar ponselnya. Hal yang tak biasa seorang Oh Sehun lakukan.
"Jika ini tentang wanita itu... katakan."
Sehun tertegun, ia heran menatap ekpresi So Eun yang tak ia mengerti.
"Mwo? Yeoja yang mana?"
"Love... kau memintaku datang untuk makan siang bersama tapi tatapanmu hanya pada ponsel itu. Jika memang..."
"Memang apa? Marrebwa!" Alis mata Sehun telah bertautan. Ucapan So Eun mengundang emosinya.
"Kau terlihat dekat dengannya! Bahkan lebih dekat dari pada denganku sendiri. Itu bukan hanya satu-satunya, kau juga tersenyum sembari menatap layar ponselmu. Dan jika itu memang sekertaris mu, Yoon. Maka katakanlah... sehingga aku dapat bertingkah tau diri didepannya."
Sehun melempar pelan ponselnya keatas meja. Menampakkan potret wajah So Eun yang Sehun ambil diam-diam selama pemotretan.
"Sekarang apa?..." Ucap Sehun lembut dengan alis masih bertautan. Sehun kemudian beranjak lalu duduk disofa samping So Eun dan menatap yeoja itu yang terlihat takut-takut menatapnya. "Apa aku menggenggam tangannya seperti ini?" Ucap Sehun menggenggam tangan So Eun. "Kau meragukanku..." Sehun beranjak dari duduknya dan menarik kasar mantel disudut kursi kebesarannya.
"Sehun-na..." Suara So Eun yang menyerukan nama sang suami berhasil menghentikan langkahnya.
"Sso... kini aku menyadarinya. Bukan karena trauma, kau hanya ragu. Kau tidak bisa mempercayaiku seperti pertama kalinya kau percaya padaku. Semua ini, semua alasan yang kau utarakan... kini aku tau, bahwa sejujurnya kau hanya tak bisa percaya padaku. Kau ragu memulai hidup barumu denganku. Dan kini..." Sehun berbicara dari atas bahunya. "Akupun ragu." Sehun kemudian meninggalkan ruang kerjanya. Ia tak bisa menahan air matanya kala bulir itu menetes dan ia seka secepat yang ia bisa sebelum orang lain melihatnya.
.
.
.So Eun memasuki kamar dan mendapati Sehun yang barus saja ingin beranjak keluar membawa bantal miliknya.
"Mau kemana...?" Tanya So Eun lembut.
"Tidur." Jawab Sehun singkat.
"Tidur? Dikamar lain?"
"Hm." Balas Sehun kembali melangkah dan seketika menghilang dibalik pintu.
So Eun termenung sejenak. Air mata benar-benar magalir dari pelupuk matanya. Ia menyesal atas tindakannya. Ia menyesal atas pemikirannya yang berburuk sangka.
Ceklek!
Pintu seketika terbuka kembali dan dengan cepat pria bertubuh tegap itu menghampiri So Eun yang sebelumnya tengah termenung. Menangkup wajah yeoja itu dan memberinya ciuman hangat. Kecupan itu terhenti sejenak kemudian tatapan keduanya saling bertemu.
"Mian... mianhae..." Ucap Sehun lembut.
"Nado(aku juga)." Ucap So Eun tersedu.
Sehun mengusap tangis So Eun dengan ibujarinya kemudian mengecup singkat yeoja itu.
"Sehun-na..."
"Hm?"
"A-aku... siap."
Sehun tersentak sejenak kemudian menatap dalam kemata So Eun dan mulai mengecup intents bibir yeoja itu juga mulai memberi bekas dileher yeoja itu meninggalkan erangan dari mulut yeojanya.
"Kau yakin?" Tanya Sehun untuk sekedar memastikan.
"Ng-hm." Balas So Eun mengangguk.
Maaf... Typo mungkin masih bertebaran...
Salam hangat juga buat para pembaca....
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Lies ✔
FanfictionAda kebohongan sempurna yang Sehun rahasiakan... Sehun menjebak So Eun dalam sebuah ikatan pernikahan yang bahkan tidak ia ketahui alasannya. Bukan untuk melepas rasa bersalah yang menghantuinya atau melepas rasa yang telah lama disimpan. Semua ter...