Warning: Typo bertebaran.
Sehun menarik sisi lengan jasnya kebawah setelah melekatkan arlojinya. Ditatapnya pria didalam pantulan cermin yang lengkap dengan setelan mewahnya. Diperhatikannya wajah namja dicermin itu dengan seksama. Kemudian pikirannya mulai melayang, seakan menembus ruang dan waktu, membawa kembali memori singkatnya. Seakan memori itu bergerak berputar dikepalanya dengan amat cepat. Memori itu kembali diulang seperti film pemdek dikepalanya...
.
.
."Apa yang kau lihat?" Ucap So Eun dengan suara yang terdengar bergetar.
"Kenapa? Apa aku tak bisa melihat calon istriku?" Sehun menarik cepat leher So Eun dan mengecup singkat bibirnya. "Itu hukuman karena membuatku basah." Sehun melangkah pergi meninggalkan So Eun yang terpaku ditempatnya.
Sehun mengambil handuk yang dibawa salah seorang maid diatas nampan bundar. Kemudian melempar handuk itu keatas kepala So Eun.
"Jangan termenung seakan-akan aku mencuri ciuman pertamamu."
"Kau memang mencurinya..."
"Mwo?"
...
"Tolong pasangkan." Ucap Sehun memberikan dasi digenggaman tangan kirinya pada So Eun. Dengan senyum lebar So Eun dengan senang hati melingkarkan dasi itu dileher namjanya. Sehun sedikit menunduk agar memudahkan So Eun melakukannya.
"Cium." Ucap Sehun memanyunkan bibirnya.
"Banyak orang." Bisik So Eun.
.
.
.Sehun membuka matanya yang sebelumnya terpejam. "Kenapa aku menangis?" Ucapnya sambil tertawa kecil dan menyeka air matanya dengan jari-jarinya.
Tok tok
Sehun membalik tubuhnya, dan mendapati sekertaris Ko masuk dan melangkah mendekatinya.
"Sekertaris Ko?"
"Seonim..." suara sekertaris Ko pecah karena ia menangis diawal ia membuka mulutnya. "Maafkan saya." Ucapnya tersendat dengan nafas tak teratur. "... saat anda pergi ke Jepang, dan saya menahan ponsel anda. Saat, itu saya berhianat..." alis Sehun mulai bertautan tak mengerti. "...saat itu saya bersekongkol dengan nona Bora, saya percaya nyonya Oh, bukan wanita yang baik untuk anda... karena itu saya mengikuti perintah nona Bora. Kendae..." Sekertaris Ko menunduk, tak mampu melanjutkan ucapannya. "... saat anda pulang, anda kehilangan putra anda... semua itu karena saya. Jika saja saya tidak menahan ponsel anda- ani... jika saja saya percaya ucapan anda, bahwa anda percaya pada nyonya Oh, semua tidak akan seperti ini..."
Sehun mendekat kearah sekertaris Ko kemudian menepuk bahu sekertarisnya itu pelan.
"Guenchana... aku mengerti..." Sehun kemudian melangkah melewati sekertaris Ko namun langkahnya terhenti. "Hapus air matamu, kau harus melihatku berjalan dengan gagah di altar bukan?"
"Anda akan kealtar itu? Bagimana dengan nyonya Oh?"
Sehun tersenyum simpul. "Dia bukan nyonya Oh lagi, dia bebas memilih jalannya..."
"Seonim." Tegur sekertaris Ko. "Nyonya tidak pernah lupa mendoakan anda setiap hari. Nyonya juga membatalkan pernikahannya dengan tuan Lee. Seharipun nyonya tidak pernah lupa untuk menanyakan kabar anda pada saya, tapi tidak sekalipun saya menjawabnya dengan benar. Saya bilang saya tidak tau karena anda menyuruh saya untuk diam dan menjaga nyonya."
"Jiggeum... So Eun, eodiya?" (Sekarang... So Eun, dimana?)
"Bandara."
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Lies ✔
FanfictionAda kebohongan sempurna yang Sehun rahasiakan... Sehun menjebak So Eun dalam sebuah ikatan pernikahan yang bahkan tidak ia ketahui alasannya. Bukan untuk melepas rasa bersalah yang menghantuinya atau melepas rasa yang telah lama disimpan. Semua ter...