Selamat Membaca...+++
Saat ini Ayana sedang gelisah ditempatnya karena sedari tadi ia menunggu Nathaniel tapi tidak ada tanda - tanda kalau Nathaniel akan datang ke kelas mereka. Ayana melihat ke arah jam yang terpajang di dinding 10 menit lagi jam menunjukkan pukul 07.00 itu berarti sebentar lagi bel masuk akan berbunyi.
"Tidak biasanya El jam segini belum datang, positif thinking Ayana dia pasti datang terlambat"Pikir Ayana dalam hati.
Tring..... Tring.... Tring...
10 menit telah berlalu bel masuk pun berbunyi, teman sekelas Ayana berbondong - bondong masuk kedalam kelas.
"Bel masuk sudah berbunyi, kenapa El masih belum datang juga?"Tanyanya.
Tidak berapa lama guru kemudian masuk kedalam kelas Ayana dan memulai pelajaran. Sedangkan Ayana ia semakin gelisah karena Nathaniel tidak kunjung datang ke kelasnya.
"Entah kenapa perasaanku menjadi tidak enak, mungkin itu hanya perasaanku saja. Mungkin El hari ini tidak masuk sekolah, tapi apa alasan dia jadi tidak masuk?"Tanya Ayana dalam hati. "Mungkin aku harus menghubunginya ketika pulang sekolah nanti"Ucap Ayana.
Begitu banyak pertanyaan dibenak Ayana mengenai Nathaniel bahkan ia tidak fokus untuk mendengarkan penjelasan guru didepan karena terlalu sibuk dengan pikirannya.
Sedangkan Damien saat ini sangat gelisah sedari tadi ia tidak berhenti melihat kearah jam yang terletak diatas papan tulis. "Sial, kapan pelajaran ini berakhir. Aku ingin segera menemui Ayana"Gerutunya.
Devon yang duduk disebelah Damien merasa terusik melihat Damien yang terus saja gelisah"Damien, kenapa kau gelisah seperti itu?"Tanyanya pelan.
"Aku ingin pelajaran ini segera berakhir agar aku dapat menemui Ayana tapi sayangnya jam sialan itu tidak mendukungku karena sedari tadi aku melihat jam itu selalu menunjukkan pukul 8"Jelas Damien sedikit berbisik.
Devon tersenyum miring ke arah Damien"Ternyata gadis cupu itu hebat juga dapat membuatmu gelisah seperti ini"
Damien membalas senyuman Devon dengan tatapan tajamnya"Gadis cupu itu juga mempunyai nama jadi berhenti memanggil Ayana dengan gadis cupu"
Devon hanya bisa bergidik ngeri ketika melihat tatapan tajam dari Damien ia begitu heran mengapa Damien selalu membela gadis cupu itu"Apa gadis itu begitu berharga sampai-sampai kau terus saja membelanya"
Damien tersenyum ke arah Devon lebih tepatnya ia tersenyum misterius"Dia lebih dari sekedar berharga"
"Untuk apa kau terus menerus membelanya?"Tanya Devon.
"Karena dia gadis yang ku cintai"Jawab Damien dan tatapan matanya beralih menatap jam didinding.
"Mungkin mata Damien harus dibawa kedokter, dia mencintai gadis cupu itu yang benar saja bahkan gadis itu jauh sekali dari kata cantik"Pikir Devon dalam hati.
"Apa kau tidak bosan menatap jam terus menerus?"Tanya Devon sambil berbisik.
"Tidak"Jawab Damien singkat.
"Kau tahu sendiri kan Damien ini baru jam 8 dan masih ada 3 jam lagi agar pelajaran ini berakhir, jadi lebih baik sekarang kau dengarkan penjelasan guru didepan dari pada kau terus menerus menatap jam dan itu membuatku jengah"Jelas Devon.
Tatapan Damien masih saja menatap jam"Menatap jam lebih menarik dari pada mendengarkan penjelasan guru yang membuatku ingin segera keluar dari kelas ini"
"Ku rasa dia sudah gila"Ucap Devon dalam hati.
Devon tidak habis pikir mengapa Damien jadi seperti ini dan dia mengatakan jam lebih menarik, Devon menatap ke arah jam dan baru sebentar saja ia sudah bosan.
Devon kembali fokus mendengar penjelasan guru didepan dan ia mengabaikan Damien yang masih setia menatap jam untuk menunggu waktu istirahat tiba.
Guru didepan tidak sengaja melihat Damien yang matanya terfokus menatap jam bukannya mendengarkan apa yang telah ia jelaskan. "Damien, apa jam itu lebih menarik dari pada mendengarkan penjelasan saya didepan?"Tanya guru didepan.
Damien masih saja menatap jam tidak mendengar pertanyaan dari gurunya, melihat Damien yang hanya menghiraukan pertanyaan guru itu pun menggeram kesal"Damien lebih baik kau sekarang keluar dari kelas ini".
Damien menatap kearah guru tersebut dengan wajah sumringah"Terima kasih pak Yono, sudah menyuruh saya untuk keluar dari kelas. Kalau begitu saya pamit keluar pak"
Setelah mengatakan itu Damien segera beranjak pergi keluar dari kelas dengan senyum yang tidak lepas dari bibirnya, sedangkan pak Yono yang mendengar ucapan Damien hanya bisa terdiam ia tidak habis pikir ada seorang siswa yang langsung tersenyum sumringah ketika ingin dikeluarkan dari kelas.
Semua siswa dan siswi hanya melongo ketika melihat ekspresi Damien yang terlihat bahagia karena dikeluarkan dari kelas, sedangkan Devon teman sebangkunya hanya bisa menggerutu kesal kepada Damien.
"Dasar kau Damien, kau tidak mengajakku untuk keluar dari kelas ini, bahkan aku juga ingin ikut kelas.Huft, aku bisa mati bosan harus mendengar penjelasan pak Yono mengenai sejarah yang sangat panjang"
***
"Ana, kau pasti bertanya tanya mengapa aku tidak pergi kesekolah"Gumam Nathaniel yang saat ini sedang duduk menghadap jendela. Nathaniel menghela napas sejenak dan tatapannya beralih menatap ponsel yang ada ditangannya"Sepertinya aku harus mengirimkanmu pesan kalau aku akan pergi, walaupun aku sudah mengatakan segalanya ketika kau berada dirumah sakit waktu itu."
Nathaniel dengan cepat mengetikkan sebuah pesan kepada Ayana, setelah itu ia mengirim pesan tersebut dan ia meletakkan ponselnya kedalam saku celananya.
Seorang lelaki tiba-tiba saja berjalan keruang tamu ditempat Nathaniel berada dan ia mendekat ke arah Nathaniel lebih tepatnya ia juga ikut duduk dikursi belakang Nathaniel"Nathaniel, keperluanmu sudah siap kau hanya tinggal berangkat"Jelas lelaki itu.
Nathaniel menatap ke arah lelaki yang berbicara tadi otomatis ia merubah posisi duduk nya jadi menghadap kearah lelaki tersebut"Kapan aku berangkat?"Tanya Nathaniel.
Lelaki itu melihat jam yang melingkar ditangannya"Kau berangkat sekitar 1 jam lagi"Jawab lelaki itu.
Nathaniel terdiam sejenak ia masih sulit rasanya untuk pergi dari kota ini dan ia juga masih sulit untuk meninggalkan Ayana"Rey, apa kepergianku tidak bisa ditunda menjadi bulan depan atau tahun depan?"Tanya Nathaniel lagi.
Rey atau lebih tepatnya Reynand Wijaya itu menggelngkan kepalanya"Sayangnya kepergianmu tidak dapat ditunda kau tahu sendirikan keadaan sekarang"
"Baiklah mungkin sudah saatnya aku harus pergi, saatnya kita berangkat"Ujar Nathaniel pasrah.
Nathaniel dan Reynand beranjak dari duduknya, Nathaniel tidak lupa mengambil kopernya yang sudah disiapkan oleh Reynand tadi didalam kamarnya dan setelah itu ia segera keluar dari rumahnya dan masuk kedalam sebuah mobil. Mobil itu pun melesat meninggalkan rumah Nathaniel.
+++
KAMU SEDANG MEMBACA
NERD GIRL [TAMAT]
Teen FictionTidak mudah bagi Ayana Zevaana bertahan di sekolahnya mengingat ia selalu mendapat bully, ejekan dan juga hinaan oleh para siswa dan siswi. Sampai suatu ketika Ayana tidak sengaja menabrak Kakak kelasnya di depan perpustakaan sekolah dan Ayana meny...