SelamatMembaca...Conan Gray x Lewis Capaldi - Heather x Before You Go
Disarankan untuk mendengarkan playlist yang tersedia
+++
Dua minggu telah berlalu sekolah pun kembali berjalan lancar seperti biasanya, tidak ada lagi pembullyan ataupun kehebohan, semuanya terasa damai dan tentram. Sedangkan nasib Charissa dan Kaila, mereka benar-benar telah dikeluarkan dari sekolah.Jam menunjukkan pukul 09.25 itu tandanya para siswa dan siswi masih melakukan aktivitas belajar. Sedari tadi Damien hanya melamun, tidak mendengarkan penjelasan guru yang ada didepan, ia terlalu sibuk dengan pikirannya. Dua minggu sudah berlalu tapi ia belum menemukan keberadaan Ayana, bahkan ia menurunkan sedikit egonya untuk berbaikan dengan Alvaro demi bekerja sama mencari keberadaan Ayana.
Ia tidak menyangka kalau Ayana akan pindah mendadak tanpa mengunjungi sekolah ini terlebih dahulu, ia tahu pasti penyebab Ayana memilih pindah adalah akibat ulah Charissa dan Kaila serta para siswa dan siswi yang kadang membully nya.
Andai ia tahu saat dirumah sakit itu adalah pertemuan terakhir mereka, mungkin ia tidak akan meninggalkan rumah sakit dan memilih untuk menunggu Ayana sampai siuman. Mungkin ia akan sempat meminta maaf kepada Ayana dan membujuk gadis itu tetap berada disekolah dan ia berjanji akan melindungi gadis itu.
Ini semua salahnya memilih untuk menjauhi gadis itu seandainya ia tidak menjauhi Ayana mungkin ia akan selalu ada untuk melindungi Ayana. Yang tersisa kini hanya penyesalan, ia sungguh menyesal karena pernah memperlakukan Ayana dengan buruk.
"Ini semua salahku karena memilih menjauhimu dan tidak melindungimu." Gumam Damien dalam hatinya.
Damien mengepal tangannya dan merutuki kebodohannya bahkan ia mengeluarkan sumpah serapah untuk dirinya sendiri.
"Aku harap kita akan bertemu lagi, aku ingin meminta maaf dan menebus semua kesalahanku." Gumam Damien lagi dalam hati.
Damien bertekad akan terus mencari Ayana dan ia harap gadis itu masih mau memaafkannya.
"Damien jangan melamun! Atau kau keluar saja dari kelas saya." Tegur guru yang bernama Bu Eva yang saat ini mengajar bahasa inggris.
Damien terkesiap dari lamunannya karena teguran dari Bu Eva. "Maaf Bu, saya tidak akan melamun lagi."
Bu Eva pun kembali melanjutkan membahas materi yang sempat tertunda tadi, Damien pun terpaksa fokus menatap kedepan dan mendengarkan penjelasan dari Bu Eva.
Sedangkan Alvaro sudah satu minggu ia bolos sekolah dan memilih berdiam diri di rooftop seorang diri. Jika bel pulang sekolah berbunyi baru ia beranjak pergi meninggalkan rooftop. Ia juga mendapatkan surat panggilan dari kepala sekolah tapi ia merobek surat itu tanpa membacanya terlebih dahulu.
Pikiran Alvaro saat ini kacau dan dihantui rasa bersalah serta penyesalan, siapa lagi kalau bukan Ayana penyebabnya. Ia pikir keesokan harinya gadis itu akan kembali sekolah ternyata tidak, ia menunggu sampai 3 hari dan gadis itu masih tidak masuk sekolah dan saat itu ia tidak sengaja melewati ruangan kepala sekolah dan ia melihat Pak Kendra dan Pak Reza sedang berbicara dan ia mendengar kalau Ayana memutuskan untuk pindah sekolah tapi sayang sekali ia tidak tahu gadis itu pindah ke sekolah yang mana.
Saat pulang sekolah Alvaro langsung menuju rumah Ayana dan ternyata gadis itu masih tidak ada dirumahnya, bahkan ia pernah bermalam untuk memastikan apakah nanti Ayana akan kembali tapi sayang Ayana tidak pernah lagi kembali kerumahnya.
Ia juga berusaha menelpon Kenzo untuk menanyakan dimana keberadaan Ayana dan alasan gadis itu pindah dari sekolah, tapi nomor ponsel serta sosial media Kenzo tidak aktif bahkan ia juga ikut menghilang tanpa kabar sama seperti Ayana.
Dirinya juga telah bekerja sama dengan Damien untuk menemukan keberadaan gadis itu tapi tetap saja keberadaan gadis itu susah ditemukan, ia sampai frustasi hanya karena mencari keberadaan Ayana.
Ia tidak tahu lagi harus mencari Ayana kemana, sepertinya gadis itu juga pindah kota atau mungkin negara.
Ia merutuki dirinya yang mau mengikuti ucapan Kenzo untuk pulang kerumah dan tidak menunggu Ayana sampai siuman.
Bugh...
Alvaro meninju dinding rooftop dan membuat tangannya terluka serta berdarah.
Bugh...
Alvaro kembali meninju dinding dan membuat darah yang keluar dari tangannya semakim banyak, tapi ia memilih mengabaikan lukanya serta rasa ngilu ditangannya.
Ia sungguh menyesal mempunyai sikap yang susah mengontrol emosi, akibat emosinya inilah membuat ia tidak berpikir panjang dan memilih membenci Ayana. Ia juga menyesal karena tidak mendengar penjelasan gadis itu dan langsung mengeluarkan perkataan buruk yang tentunya menyakiti hati Ayana.
Perkataan dan sikap buruknya pasti membuat Ayana membenci dirinya bahkan gadis itu memilih mengembalikan ponsel pemberiannya serta tidak mau menemuinya lagi.
"Ini semua salahku, sikap burukku membuatmu pergi." Gumam Alvaro sambil menatap lurus kedepan dengan ekspresi datar.
"Andai saja waktu itu aku masih ada dirumah sakit sampai kau sadar. Mungkin aku dapat mencegahmu untuk tidak pergi." Gumam Alvaro lagi.
Alvaro mengeluarkan sebatang rokok dari kantong celananya, kemudian ia menyalakan rokok itu dan mengisapnya perlahan. Setidaknya rokok dapat membuat pikirannya yang kacau ini sedikit lebih tenang.
Memori Alvaro berputar mengingat kejadian setiap kejadian dirinya bersama Ayana dan ia baru menyadari kalau selama ini ia hanya bisa memperlakukan gadis itu dengan buruk.
Jika diingat lagi Ayana dulu tidak pernah membencinya dan terus berjuang mendekatinya padahal ia sudah secara terang-terangan memaki dan menyuruh gadis itu untuk menjauhinya.
Ia menyesal menuduh Ayana macam-macam padahal Ayah sangat baik padanya, kedatangan gadis itu membuat hidupnya yang suram lebih berwarna bahkan ia yang sulit tersenyum menjadi mudah tersenyum didekat gadis itu walaupun ia kadang menahan senyumnya agar tidak ketahuan oleh Ayana.
Alvaro ingin memulai semuanya dari awal, ia ingin menjadikan Ayana sebagai kekasihnya sungguhan tanpa ada unsur permainan dibaliknya, ia ingin menjaga dan melindungi gadis itu agar tidak ada yang membully nya.
Ia juga ingin meminta maaf dan berharap gadis itu masih mau memaafkannya, tapi semuanya hanya tinggal rencana karena Ayana telah pergi.
"Ternyata benar, kehilangan dan penyesalan itu baru terasa ketika orang itu telah pergi." Ujar Alvaro sambil mengisap rokoknya.
Ia teringat ketika ia menjadikan Ayana sebagai kekasihnya hanyalah untuk membuat Damien merasa sakit hati karena gadis yang dicintainya berhasil direbut olehnya, tapi seiring berjalannya waktu ia hanyut dalam permainannya sendiri dan membuat perasaan asing tumbuh begitu saja dihatinya.
Ia terus membantah dan meyakinkan dirinya kalau ia tidak mungkin kalah dalam permainannya sendiri. Tapi, sayang sekali, karena sikap baik Ayana membuat hatinya yang dingin menjadi cair dan perasaan itu semakin membesar dan terus mengusiknya.
Bersama Ayana, ia merasakan kebahagiaan yang tidak pernah ia dapat dari kedua orang tuanya dan sekarang ia tidak dapat merasakan kebahagiaan itu lagi karena ulahnya sendiri.
Tempo lalu Ayah nya menanyakan tentang Ayana dan Ayah nya ingin dirinya membawa Ayana kerumah. Tapi, sayang sekali, ia tidak dapat mewujudkan permintaan Ayah nya tersebut.
Alvaro memejamkan matanya dan menghela napas perlahan, ia bertekad akan menemukan Ayana dan tidak akan melepaskan gadis itu lagi.
"Aku akan menemukanmu dan kau akan menjadi milikku. Hanya milikku!"
Alvaro pun membuang rokoknya dan menginjak rokok tersebut. Setelah itu, ia meraih tasnya dan pergi meninggalkan rooftop karena bel pulang telah berbunyi.
T A M A T
KAMU SEDANG MEMBACA
NERD GIRL [TAMAT]
Teen FictionTidak mudah bagi Ayana Zevaana bertahan di sekolahnya mengingat ia selalu mendapat bully, ejekan dan juga hinaan oleh para siswa dan siswi. Sampai suatu ketika Ayana tidak sengaja menabrak Kakak kelasnya di depan perpustakaan sekolah dan Ayana meny...