Malam itu hening pada awalnya, dipecah oleh rintihan seorang wanita yang tengah mengandung buah hatinya yang pertama. Merasakan sebuah dorongan yang sangat menyakitkan di perutnya, yang menandakan bahwa waktu pertemuan mereka akan tiba sebentar lagi.
Joshua, suami dari wanita itu tidak bisa berkata-kata apa lagi. Lantas menggendong istrinya, Delia yang kini mencengkram bahunya kuat.
Diikuti dan di bantu sang ibu, akhirnya Joshua berhasil membawa Delia ke dalam mobil. Belum juga pintu ditutup, sang ayah sudah menginjak pedal gas.
"S-sakit, bang..." rintih Delia yang tengah mengenggam erat tangan Joshua dan ibunya.
"I-iya, sayang... iya..." sementara Joshua tidak bisa berkata apapun. Sungguh, ia memucat sekarang. Bahkan remasan kuat tangan Delia sama sekali tak berasa.
"I-ibuu..."
"Tahan sayang, tahan. Lia kuat. Ayo tarik nafas, hembuskan, tarik nafas, hembuskan..." intruksi sang ibu yang Delia turuti. Berulang kali mengambil nafas dan menghembuskan untuk mengurangi rasa sakit luar biasa. Tanpa sadar, Joshua ikut melakukan gerakan relaksasi itu bahkan sang ayah yang tengah mengemudi juga melakukan hal yang sama.
Dengan bantuan sirene dan motor penggiring di depan, mereka bisa tiba di rumah sakit hanya dengan waktu 20 menit yang seharusnya memakan waktu 45 menit.
Begitu disana, mereka disambut dengan ranjang operasi. Dan begitu Joshua meletakkan Delia disana, ranjang itu langsung di dorong.
"Aakhh..."
"Ibu Delia! Ibu Delia dengarkan intruksi saya..." ucap seorang bidan.
"Delia, ngucap nak... istighfar... nyebut..." peringat sang ayah yang hanya sanggup Delia jawab dengan anggukan lemah. Tidak ada yang bisa Delia lakukan selain mengenggam tangan suaminya. Mencari pegangan untuk menunjukkan berapa besar sakit yang ia rasakan.
Dengan cepat Delia di masukkan ke dalam ruang persalinan dengan Joshua. Sebenarnya saat Delia bertanya dulu, Joshua tidak mau ikut masuk ke ruang persalinan karena ia memang tidak menyukai ruang eksekusi beraroma etanol dan darah itu. Tapi saat keadaan sudah seperti ini, Joshua malah tidak terpikir akan rasa takutnya.
Delia di pindah ranjangkan ke ranjang khusus dengan bantuan Joshua dan beberapa bidan. Salah satu bidan mendekati Delia dan merobek daster yang sedari tadi Delia pakai, menggantinya dengan selembar kain berwarna hijau.
"Aaghhh...." dan Delia masih meringis menahan sakit dalam genggaman Joshua.
"Kita mulai ya bu. Pak Joshua, bisa di bantu istrinya?" Tanya dokter yang kini sudah siap membantu persalinan hanya di jawab dengan anggukan kaku dari Joshua.
Dan perjuangan itu di mulai.
"Ibu Delia, atur nafasnya bu... dorong sekali lagi."
Delia meremat tangan Joshua dengan kencang bersamaan dengan dorongan yang ia berikan untuk mengeluarkan anaknya.
"Ayo bu, dorong lagi..."
"Ayo sayang..." Delia kembali mendorong perutnya. Ini benar-benar menyakitkan.
Joshua hanya bisa terdiam. Wajahnya sudah memucat dan berkeringat dingin. Melihat Delia yang tampak sangat kesakitan begini, ia sangat tidak tega. Lantas ia memajukan tubuhnya ke arah Delia. Mengusap dahinya pelan seraya melantunkan surah yasin untuk Delia agar wanita itu di kuatkan.
"Ayo ibu Delia, sedikit lagi bu. Kita dorong..." Delia menarik nafasnya sebelum kembali mendorong bayi yang siap keluar dari dalam kandungannya. Mengenggam erat tangan Joshua dan....
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuning Hijau [Joshua Hong]
FanfictionBiasanya tentara sama perawat itu jodoh "Nggak mau, nanti gue jadi jablay"- Delia(24) Perawat PNS yang sebentar lagi dapet gelar Ners. "Nggak ah, nanti gue jarang diurus" - Joshua (30) Letnan Satu yang sebentar lagi naik pangkat jadi Kapten.