"Hah?" Gue yang duduk di kursi meeting cuma bisa melongo denger ucapan salah satu pemimpin rapat kali ini. Wajar aja gue di telpon buat ngadirin rapat darurat di kampus akademi keperawatan gue.
Ternyata...
"Bagaimana saudari Delia? Setuju?"
Setuju?
Apa yang harus gue setujui?
Ya ini. Kendala yang bikin rapat ini dibuat.
Bencana gempa yang terjadi di pulau jawa kemarin mengalami kekurangan tenaga bantuan, termasuk dalam hal medis maupun para-medis. Disinilah gue -dan orang-orang yang satu tempat kuliah sama gue- sebagai perawat kegawat daruratan dibutuhkan.
"Izin bertanya, moderator. Kapan saya bisa berangkat?"
"Lusa." Gue hela nafas pelan.
Lusa...
Gue pergi ke lokasi yang sama dengan suami gue.
Tugas ini didelegasikan ke gue. Gue ga bisa nolak.
Dan untuk ketemu sama suami gue.
Gue ga akan nolak.
"Saya setuju"
.
.
.Pesawat yang bakal kami tumpangi berangkat sekitar 5 menit lagi. Gue sendiri udah duduk didalam pesawat bareng mbak Hana -yang juga didelegasiin-. Sebenernya orang rumah ga ada yang setuju, tapi ini tugas gue juga. Dan gue ga bisa nolak.
"Del, pokoknya nanti kalo udah disana lo kudu hati-hati pake banget. Jangan terlalu sering jaga, inget anak lo. Gue bakal awasin terus!" Kata mbak Hana yang sebenernya kesel karena keputusan gue buat nerima tugas ini.
"Iya, mbak iyaaaa..."
"Mbak kira-kira kita satu posko ga ya sama bang Jo."
"Emang kenapa?"
"Mau peyuk peyuuukkk..." kata gue yang bikin mbak Hana ketawa sambil noyor kepala gue.
Akhirnya pesawat kami lepas landas. Hanya memakan 45 menit dan kami sampai di jakarta. Sampai bandara kami sudah dijemput dengan mobil bangker tentara yang bikin gue agak kaget.
"Selamat siang, mbak. Dipersilahkan untuk naik." Kata seorang laki-laki yang bikin lamunan gue tersadar. Mata gue otomatis ngeliat dua balok di kerah seragamnya.
Letnan Satu.
Gue cuma senyum dan nyusul mbak Hana naik ke mobil, dan diikuti oleh abang-abang tentara tadi. Sepanjang jalan kami ngobrol banyak. Karena udaah kenal satu sama lain dan udah lama ga ketemu jadi banyak banget hal yang bisa diomongin.
Perjalanan dengan mobil ini makan lumayan banyak waktu dan itu bikin beberapa rekan gue tertidur, bahkan mbak Hana udah nyender di bahu gue dan hilang kesadaran.
"Pada kecapekan semua..." kata abang yang tadi negor gue. Gue angkat wajah dan ngeliat dia yang duduk didepan gue.
"Iya, pada ga tahan sama perjalanan jauh..." kata gue sambil senyum.
"Lulusan akper Depkes juga?" Tanya dia yang gue bales anggukan kepala.
"Adek saya juga lulusan sana."
"Oh lulusan sana juga. Angkatan berapa?" Dia keliatan mikir
"Kalo nggak salah angkatan 55."
"Oh,kalo saya 50, bang."
"Ga ketemu ya."
"Iya hehe..." dia cuma senyum dan buat tatapannya ke luar. Ada beberapa bangunan atau taman yang menarik perhatian gue. Pingin mampir bentar tapi gue kesini bukan ajang wisata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuning Hijau [Joshua Hong]
Fiksi PenggemarBiasanya tentara sama perawat itu jodoh "Nggak mau, nanti gue jadi jablay"- Delia(24) Perawat PNS yang sebentar lagi dapet gelar Ners. "Nggak ah, nanti gue jarang diurus" - Joshua (30) Letnan Satu yang sebentar lagi naik pangkat jadi Kapten.