11 - Final Chapter

35.1K 1.9K 304
                                    

Di atas sebuah rooftop bangunan di depan posko 8, terdapat dua orang pria berseragam loreng dalam posisi tiarap. Satu tentara memegang teropong di tangannya, menatap jenuh pada seorang sniper yang tengah membidik sesuatu sedari tadi tanpa bergerak sedikitpun. Sesekali sniper itu mengulas sebuah senyum hingga memperlihatkan dertan giginya bahkan sesekali tertawa kecil.

"Izin bang. Sebenarnya abang ini lagi ngapain, sih?" Tanyanya yang sudah benar-benar jenuh karena harus menemaninya bertahan dalam posisi seperti ini selama 5 jam.

"Ssttt.... diem, Le. Saya lagi bidik pemandangan ini..." ucap Kapten Joshua yang masih membidik senapannya.

"Pemandangan apa, bang? Kenapa pake senapan? Saya punya teropong nih bang." Tawar si ajudan yang membuat Joshua berdecak.

"Nggak mau. Teropong itu kalah akurat sama teropong disini. Pake teropong itu saya ga bisa liat dengan jelas." Tolak Joshua tanpa bergerak dari posisinya sama sekali. Merasa benar-benar frustasi, si ajudan mengangkat teropongnya untuk melihat pemandangan apa yang Kaptennya lihat.

"Lho, bang. Itu suster Delia kan?" Tanyanya saat menangkap Delia yang tengah berdiri disamping jendela posko, tampak wanita itu tengah mengobrol dengan orang yang ada di dalam.

"Iya."

"Abang kenapa ngeliatin perempuan begitu? Izin bang, ini kriminal." Ucapnya yang membuat Joshua berdecak dan menatapnya dengan tatapan galak.

"Kamu kira saya tentara mesum?"

"Siap, benar bang."

"Sialan kamu." Umpat Joshua seraya menutup wajah ajudannya dengan topi yang dipakainya sendiri. Lalu kembali membidik senapannya.

"Le.."

"Siap, bang."

"Menurut kamu suster Delia gimana?" Tanya Joshua yang masih pada tempatnya.

"Hm... cantik bang. Ramah lagi orangnya." Kata si ajudan. Joshua hanya tersenyum. Matanya tidak salah.

"Tapi bang, ada yang aku bingungin sama suster Delia."

"Apa?"

"Sejak dia datang kesini, saya perhatiin dia selalu pake baju kegedean. Kalau pas badan, bagian perutnya pasti lebar. Macem istri saya waktu hamil."

"Dia emang lagi hamil." Ucap Joshua santai yang membuatnya terkejut.

"Hah? Yang bener bang? Abang tau dari mana?"

"Kamu liat dijari manis tangan kirinya ada cincin?" Tanya Joshua, si ajudan kembali mengangjat teropongnya dan menyorot bagian yang dimaksud.

"Iya, bang. Ada." Lalu Joshua menarik kalung Akmilnya. Terselit sebuah cincin emas diantara bandul khas akademi militer itu.

"Si cantik itu saya yang hamilin." Ucap Joshua bangga. Sedangkan Ajudannya hanya bisa melongo.

"Kenapa abang gak cerita kalo suster Delia itu istrinya?"

"Emang boleh?"

"Siap, salah."

"Makanya kamu jangan kasih tau siapa-siapa. Terutama Lettu Amel. Jangan sampe itu cewek tau."

"Siap, bang. Bu Amel masih suka abang, dia galak lagi."

"Pinter kamu, Le." Joshua kembali membidik 'pemandangannya' tanpa berkedip. Dengan teropong seakurat ini, bahkan ia bisa melihat bekas cacar di dekat alis Delia.

Wanita itu tengah mengobrol seraya bertumpu pada kusen jendela, sesekali tangan Delia -yang tanpa sadar- mengelus perutnya yang sudah terlihat membuncit. Delia tertawa, mungkin karena guyonan lawan bicaranya.

Kuning Hijau [Joshua Hong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang