It was like a nightmareAnd it's painful for me
'Cause nobody wants to die too fast
Remember the day of grief
Now it's strange for me
I could see your face
I could hear your voice
"Remember the day we met and it's painful for me. 'Cause nobody wants to die too fast Remember the day we dream and it's painful for me. I could see your face, I could hear your voice" gue nyanyiin lirik lagu Reluctant Heroes yang jadi soundtrack anime kesukaan gue. Anime lama sih, tapi gue suka banget.
Hari ini selasa dan gue dapet jadual jaga malam. Good deh, jadi pagi ini gue bisa guling-gulingan di ranjang. Pengen nyuci, tapi kemarin udah nyuci. Kan jatah nyuci 3 hari sekali.
Dirumah ini juga rasanya lagi adem ayem aja. Karena ayah gue -yang kebetulan libur kerja- lagi main catur sama mbah Romo, mbah Yu yang lagi ngerajut sambil nonton siaran langsung dari Makkah dan ibu gue lagi nyobain resep kue baru yang dikasih sama temen arisannya.
Gue? Diam disini sambil nge-stalk akun oppa-oppa.
"Delia?! Delia?! Delia dimana?!" Waduh, suaranya mbah Romo itu. Dengan gercep gue bangun dan ngeraih kerudung yang gue gantung di gagang pintu.
"Ada apa Romo?" Tanya gue panik.
"Ah, gapapa... Romo minta tolong, ada yang pencet bel tadi..." kata mbah Romo yang bikin gue masang muka flat. Padahal ada ayah disitu. Yaudah deh, gue balik ke kamar buat ambil kerudung.
Gue denger bel rumah ditekan lagi sebelum gue ngeraih gagang pintu.
"Siapa ya?" Tanya gue tanpa liat siapa yang ada di balik pintu. Pandangan yang gue liat pertama kali adalah dada pria yang dibalut jaket bomber. Dan begitu gue liat muka orang itu, seketika teriakan keluar dari mulut gue.
"Aaaakkkk!!"
"E-eh... orang mau namu malah di teriakin." Omel orang itu yang juga kaget.
"J-jo.... ngapain lo disini?" Joshua lagi-lagi menghela nafas.
"Mana orang tua lo?"
"Mau ngapain?"
"Ck! Bukain sekarang atau gue teriak?"
"Eh,jangan dong. Masih pagi juga. Bentar gue panggilin."
"Gue ga disuruh masuk gitu?"
.
.
.Reaksi pertama yang keluarga gue katakan setelah gue bilang kalo Joshua dateng adalah mereka yang langsung lari buat ngeliat bentukan Joshua.
Dan sekarang, gue duduk ditengah-tengah ayah dan Romo sementara Joshua duduk dihadapan kami.
"Jadi... namanya Joshua?"
"Siap. Benar." Kata Joshua yang jadi negapin duduknya.
Bener deh, pengen banget dia gue katain abis ini. Mana perwira yang katanya tertantang? Ngapa jadi kaku kayak patung pahlawan gitu?
"Kamu kerja dimana?"
"Siap. Di Komando Daerah Militer II Sriwijaya."
"Perwira? Atau Bintara?"
"Siap. Perwira." Jawab dia tegas yang bikin mbah Romo ngangguk-ngangguk.
"Kamu tau kan, Delia putri tunggal saya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuning Hijau [Joshua Hong]
Fiksi PenggemarBiasanya tentara sama perawat itu jodoh "Nggak mau, nanti gue jadi jablay"- Delia(24) Perawat PNS yang sebentar lagi dapet gelar Ners. "Nggak ah, nanti gue jarang diurus" - Joshua (30) Letnan Satu yang sebentar lagi naik pangkat jadi Kapten.